Israel Dicurigai Hilangkan Dr Hussam Abu Safiya

Tentara Israel kini menyangkal penahanan Abu Safiya.

Media Sosial/Muhannad Al-Muqayyad
Dr Hussam Abu Safiya, direktur Rumah Sakit Kamal Adwan, berjalan menuju dua tank Israel sebelum ditangkap pada 29 Desember 2024.
Red: Fitriyan Zamzami

REPUBLIKA.CO.ID, TEL AVIV – Organisasi hak asasi manusia terkemuka Israel, Dokter untuk Hak Asasi Manusia-Israel (PHRI) mengatakan militer Israel membantah menahan Direktur Rumah Sakit Kamal Adwan, dr Hussam Abu Safiya. Sangkalan ini dikhawatirkan merupakan tanda bahwa dr Abu Safiya telah “dihilangkan”. 


“Meskipun ada dokumentasi yang jelas mengenai penangkapannya, tentara secara resmi menyatakan bahwa mereka tidak memiliki indikasi penangkapan atau penahanan direktur Rumah Sakit Kamal Adwan, Dr Hussam Abu Safiya,” kata kelompok itu dalam sebuah pernyataan dilansir Aljazirah, Jumat.

“Pada hari yang sama, juru bicara militer mengkonfirmasi bahwa dia ditangkap dan dipindahkan untuk diinterogasi, namun sejak itu, keberadaannya telah hilang seluruhnya.”

Dr Abu Safiya terdokumentasi melalui rekaman dan kesaksian pasien dan staf Kamal Adwan ditangkap pada Jumat pekan lalu. Saat itu tentara Israel menyerbu rumah sakit setelah sepekan melakukan pengepungan. Tentara Israel kemudian membakar rumas sakit dan menahan 350 orang dari fasilitas itu.

Saksi mata mengeklaim mendengar dr Abu Safiya dibawa ke Sde Teiman, kamp tahanan Israel paling brutal. Kala itu, Israel tak menyangkal telah menahan dokter berusia 51 tahun itu.

PHRI menambahkan bahwa setidaknya 230 dokter telah ditangkap di Gaza oleh tentara Israel sejak Oktober 2023. “Keberadaan dan nasib banyak dokter masih belum diketahui, dan permintaan lokasi mereka masih belum terjawab selama berbulan-bulan,” katanya.


Mereka menyatakan, penyangkalan tersebut bukan hal yang baru bagi tentara Israel. “Penyangkalan tentara Israel sangat memprihatinkan karena ini bukan kasus pertama di mana mereka menyangkal penangkapan seseorang dari Gaza setelah hal itu didokumentasikan,” kata Naji Abbas, direktur Departemen Tahanan di PHRI.

Menurutnya, tanggapan ini menunjukkan bahwa tentara Israel menghilangkan orang-orang dari Gaza dan menolak memberikan informasi tentang mereka. Dalih itu juga agar mereka bisa menolak mengizinkan pengacara untuk mengunjungi tahanan, hal yang melanggar hukum internasional.

Abbas menambahkan bahwa organisasi hak asasi manusia telah mendokumentasikan beberapa kasus di mana orang-orang yang ditahan oleh militer Israel di lokasi yang dirahasiakan telah meninggal saat berada dalam tahanan.

PHRI mengatakan dalam pernyataan sebelumnya bahwa pengadilan Israel memberi waktu satu minggu kepada negara tersebut untuk mengungkap keberadaan dr Abu Safiya. Abbas mengatakan kelompoknya menuntut agar lokasinya diungkapkan “segera”.

Masyarakat Tahanan Palestina juga menyuarakan kekhawatiran atas nasib Abu Safiya. Kelompok tersebut mengatakan mereka menganggap militer Israel “bertanggung jawab penuh” atas nasib dokter tersebut dan memperingatkan bahwa risiko yang dihadapi dokter tersebut akan meningkat setiap saat. “Dr Abu Safiya adalah satu dari ribuan tahanan di Gaza yang menghadapi kejahatan penghilangan paksa,” katanya.

Setahun Pembantaian di Gaza - (Republika)

 

Dua pelapor PBB memperbarui seruan mereka pada Kamis untuk pembebasan dr Hussam Abu Safiya. Hal ini disampaikan dalam pernyataan bersama Pelapor Khusus PBB tentang hak atas kesehatan, Tlaleng Mofokeng, dan Pelapor Khusus PBB tentang situasi hak asasi manusia di wilayah Palestina, Francesca Albanese.

Di tengah pembantaian Israel yang sedang berlangsung di Gaza utara, nama dr Abu Safiya bersinar sebagai simbol kemanusiaan dan ketabahan dalam menghadapi genosida yang telah dialami Jalur Gaza selama kurang lebih 15 bulan.

Dalam pernyataan mereka, Mofokeng dan Albanese menekankan perlunya mengakhiri serangan Israel saat ini di Gaza, terutama terhadap fasilitas medis, dan memastikan pembebasan Abu Safiya dan semua petugas kesehatan yang ditahan secara sewenang-wenang, di sisi lain.

“Kami sangat prihatin dengan nasib Abu Safiya, seorang dokter lain yang diculik dan ditahan secara sewenang-wenang oleh pasukan pendudukan, kali ini karena melanggar perintah evakuasi dan (menolak) meninggalkan pasien dan rekannya,” tambah pernyataan itu.

Pernyataan tersebut mengatakan bahwa serangan terang-terangan Israel terhadap hak atas kesehatan di Gaza dan wilayah pendudukan Palestina lainnya, lebih dari setahun setelah genosida, mengarah pada tingkat impunitas baru.

Kedua ahli tersebut menyoroti beberapa tragedi yang dialami Abu Safiya sebagai akibat dari genosida Israel saat ini di Gaza. Diantaranya mereka mencatat bahwa putranya terbunuh di hadapannya, dan dokter tersebut terluka saat menjalankan tugasnya, namun ia terus memberikan perawatan kepada pasien.

Pada Selasa, Mofokeng, melalui platform X, meminta Israel untuk membebaskan Abu Safiya dan menghentikan genosida di Gaza. Sehari sebelumnya, Albanese menyampaikan seruan yang sama, menyerukan kepada para dokter sedunia melalui platform X untuk memutuskan semua hubungan dengan Israel, sebagai cara yang efektif untuk mengecam kehancuran sistem layanan kesehatan di Gaza.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler