Mengintip Proses Kaderisasi Intelijen Mossad dan Shin Bet Israel
Israel menyiapkan agen intelijen Mossad dan Shin Bet sejak remaja.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Israel memiliki agen mata-mata yang diakui kehebatannya oleh dunia, yaitu Mossad dan Shin Bet. Keduanya memiliki kekuatan SDM berkualitas yang selama ini berperan di berbagai operasi militer besar di tengah perang Israel melawan Palestina, Lebanon, Yaman, Suriah, dan Iran.
Pada September 2024 lalu, dunia dihebohkan dengan aksi intelijen Mossad menyebar bom dalam bentuk alat komunikasi pager yang dikirim ke Lebanon. Saat itu, Hizbullah Lebanon merupakan kelompok militer yang terus menerus membombardir Israel. Tel Aviv dan area sekitarnya selalu kedatangan bom Hizbullah.
Untuk melawan aksi pemboman Hizbullah yang didukung Iran, agen Mossad Israel menganalisis strategi jitu mengimbangi perlawanan Hizbullah. Salah satu bentuknya adalah melalui pemboman dengan disamarkan dalam bentuk perangkat teknologi komunikasi yang digunakan orang-orang Hizbullah, yaitu pager.
Agen Mossad membuat bom pager dalam jumlah besar untuk kemudian didistribusikan ke Lebanon. Sampailah produk tersebut ke pasar dan dibeli oleh para end user warga Lebanon, termasuk pasukan Hizbullah. Pada September 2024, pager yang tadinya alat komunikasi berubah jadi bom yang membunuh belasan orang dan melukai lebih dari 2.800 orang.
Aksi pemboman itu diakui sejumlah pengamat militer dan intelijen sebagai strategi tak terpikirkan oleh lawan. Juga berhasil memunculkan efek kejut Hizbullah. Aksi tersebut merupakan rekayasa Mossad, agen intelijen Israel.
Bagaimana Israel menciptakan SDM Mossad dan Shin Bet?
Media Israel Yedioth Ahronoth menjelaskan hal tersebut dalam sebuah laporannya. Berdasarkan pemberitaan tersebut, terungkap bahwa Israel sudah merekrut pemuda berbakat untuk kemudian menjadi agen Mossad dan Shin Bet.
Sejak kelas sembilan (tiga SMP), siswa yang dikader untuk menjadi anggota badan intelijen utama Israel Mossad dan Shin Bet diidentifikasi dan didaftarkan dalam program elit Odem. Di sana mereka mengadopsi ditandai dengan huruf kode sebagai pengganti nama lengkap.
Dijalankan bersama oleh Kementerian Pertahanan , Kementerian Pendidikan , IDF, Mossad dan Shin Bet, program ini digambarkan sebagai "permata kepemimpinan di arena teknologi," yang diciptakan oleh arsitek inisiatif elit lainnya untuk rekrutan militer masa depan
Angkatan pertama di sekolah menengah khusus yang didirikan di kota Katzrin di Dataran Tinggi Golan kini tengah menyelesaikan ujian matrikulasi, dan pendaftaran untuk kelas berikutnya telah dimulai. Para lulusan akan menempuh pendidikan teknik elektro di Technion, di samping pelatihan khusus, paparan terhadap pasukan keamanan, dan partisipasi dalam proyek teknologi mutakhir. Setelah ini, mereka akan menjalani enam tahun dinas militer, mempersiapkan diri untuk peran kepemimpinan dalam bidang teknologi di Shin Bet dan Mossad.
Program ini bertujuan untuk mewujudkan kesetaraan gender dan geografis, dengan 38% peserta perempuan dan 40% dari Israel utara dan selatan. Lembaga pertahanan berupaya untuk menaikkan kedua angka tersebut menjadi 50%.
Fokus akademik dan sains
Roy Shefer, kepala divisi program elit, mengatakan program Odem mengatasi kekurangan kritis bakat teknologi dan manajerial di unit keamanan teratas Israel.
"Daripada menunggu hingga akhir kelas 12 agar siswa mencapai tingkat yang dibutuhkan, Odem memulai pelatihan di kelas 10, dengan fokus pada bidang akademis seperti matematika, fisika, dan bahasa Inggris, serta keterampilan kepemimpinan," katanya.
"Tujuannya," jelasnya, "adalah memberi anak laki-laki dan perempuan kesempatan untuk menutup kesenjangan, memperluas pengetahuan teknologi, dan mengembangkan diri secara pribadi selama tahap formatif—sebelum keputusan dibuat dan peluang ditutup."
A., siswa kelas 12 dari Kiryat Shmona dan anggota kelas kelulusan pertama Odem, mengatakan program tersebut sejalan dengan aspirasinya. "Saya ingin menjalankan peran yang berarti di mana keterampilan saya dapat memberikan kontribusi bagi negara saya. Setelah 7 Oktober , jelas betapa pentingnya program ini. Di Shin Bet dan Mossad, Anda jarang mendapat penghargaan atas tindakan Anda, dan tidak seorang pun mungkin tahu bahwa Andalah yang bertindak. Bagi saya, itulah keindahannya."
S., seorang siswa kelas 12 dari komunitas perbatasan Gaza, menyuarakan sentimen tersebut, mengaitkan ambisinya dengan pendidikannya yang berpusat pada pelayanan dan Zionisme . "Orang-orang di balik perkembangan teknologi menyelamatkan hidup saya," katanya. "Bahkan dalam perang saat ini, peran penting teknologi tidak dapat disangkal. Saya selalu ingin memahami pekerjaan mereka yang berada di balik layar dan menemukan di mana saya dapat berkontribusi. Ambisi saya adalah menjadi salah satu dari mereka—melindungi orang lain secara diam-diam, memastikan tidak seorang pun menyadari adanya ancaman."
Pasti serangan militer
Pada 2024 lalu, mantan agen Mossad Tamir Hayman memantau situasi Israel yang diserang oleh Iran. Saat itu, dia menilai, kalau Israel diserang secara militer, maka negara zionis tersebut pasti akan membalas dengan serangan militer yang lebih hebat.
"Israel tidak membalas dengan melumpuhkan ekonomi dan lainnya. Militer dibalas dengan militer," begitu jelas Hayman.
Dia menjelaskan, Israel memiliki sumber daya militer yang terus dipertahankan dan bahkan ditingkatkan. Meski baru saja digunakan untuk melawan musuh, kekuatan militer Israel akan cepat dipulihkan karena adanya dukungan pendanaan dan politik yang kuat.
- mossad
- shin bet
- Palestina
- gaza
- israel
- tel aviv
- netanyahu
- amerika serikat
- operasi badai al aqsa
- thufan al aqsa
- two state solution israel dan palestina
- solusi dua negara palestina dan israel
- perdamaian di palestina
- hamas
- hizbullah
- IDF
- israel defense force
- bantuan untuk palestina
- bantuan untuk gaza
- bantuan kemanusiaan
- bantu palestina