Larangan Mencela Makanan

Islam melarang umatnya mencela makanan dan berperilaku mubazir.

Pixabay
ILUSTRASI Makanan.
Red: Hasanul Rizqa

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Imam Nawawi dalam kitabnya, Riyadlush Shalihin, mengungkapkan, hendaknya seorang Muslim tidak mencela makanan sebagaimana dicontohkan Nabi Muhammad SAW.

Baca Juga


Mencela makanan, ungkap Imam Nawawi, merupakan tanda kesombongan dari seorag Muslim. "Mencela makanan merupakan tanda keangkuhan," ungkap Imam Nawawi mengingatkan.

Imam Nawawi kemudian mengutip hadis Nabi Muhammad SAW yang diriwayatkan dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu berkata, "Rasulullah SAW tidak pernah mencela makanan sekalipun. Jika suka, beliau makan dan jika tidak suka, Rasulullah SAW tidak memakannya." Hadis riwayat Bukhari-Muslim.

Menurut Imam Nawawi, memuji makanan berarti menyenanginya. Sedangkan mencela makanan, berarti merendahkan kenikmatan yang diberikan Allah SWT.

Menurut Imam Nawawi, mulianya akhlak Rasulullah SAW karena tidak pernah mencela makanan. Ia lalu mengutip hadis Rasulullah SAW yang diriwayatkan Jabir radhiyallahu anhu.

"Nabi Muhammad SAW pernah menanyakan lauk pauk kepada keluarganya, tetapi mereka menjawab, 'Kami hanya mempunyai cuka.'

Kemudian, Rasulullah SAW memintanya dan makan dengannya seraya bersabda, 'Lauk yang paling lezat adalah cuka, lauk yang paling lezat adalah cuka.'" Hadis riwayat Muslim.

Imam Nawawi menganjurkan umat Muslim untuk memuji makanan, meskipun dengan pujian yang sangat sederhana.

Hindari mubazir

Beberapa orang acap kali berlebihan ketika mengambil sajian, semisal nasi atau lauk pauk, untuk makan. Padahal, mereka tidak bisa menghabiskannya dan bahkan memilih untuk membuang sisanya.

Islam melarang perbuatan tabdzir, yakni pemborosan dalam harta atau makanan. Menurut Ahmad Mustafa al-Maraghi dalam kitab Tafsir al-Maraghi, agama ini mengharamkan perilaku berlebihan dalam hal-hal yang bersifat duniawi atau arti untuk kepentingan dunia.

Allah menegaskan di dalam Alquran:

وَءَاتِ ذَا ٱلْقُرْبَىٰ حَقَّهُۥ وَٱلْمِسْكِينَ وَٱبْنَ ٱلسَّبِيلِ وَلَا تُبَذِّرْ تَبْذِيرًا

إِنَّ ٱلْمُبَذِّرِينَ كَانُوٓا۟ إِخْوَٰنَ ٱلشَّيَٰطِينِ ۖ وَكَانَ ٱلشَّيْطَٰنُ لِرَبِّهِۦ كَفُورًا

Artinya: “Dan berikanlah kepada keluarga-keluarga yang dekat akan haknya, kepada orang miskin dan orang yang dalam perjalanan dan janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros. Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara setan dan setan itu adalah sangat ingkar kepada Tuhannya” (QS al-Isra: 26-27).

Dalam konteks ini, jalan paling baik adalah membungkus sisa makanan yang ada, bila masih memungkinkan. Opsi lainnya, berikan makanan yang tersisa kepada orang yang membutuhkan dalam keadaan layak dan bersih.

Infografis Alasan Nabi Muhammad tidak Pernah Makan Makanan Panas - (Republika.co.id)

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Berita Terpopuler