Trump Serius Mau Caplok Greenland, tapi Blinken Malah Bilang Begini

Greenland selama ini merupakan wilayah Denmark.

Evelyn Hockstein via AP
Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Antony Blinken.
Rep: Mas Alamil Huda Red: Erdy Nasrul

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Belum dilantik jadi presiden, Donald Trump mengeluarkan pernyataan yang menghebohkan dunia. Salah satunya adalah soal Greenland yang merupakan kawasan Negara Denmark. Trump bilang begini,

Baca Juga


“Kami membutuhkan Greenland untuk tujuan keamanan nasional. Masyarakat bahkan tidak tahu apakah Denmark mempunyai hak hukum atas wilayah tersebut. Namun, jika mereka (Denmark) memilikinya, mereka harus menyerahkannya karena kami memerlukannya untuk keamanan nasional, yaitu untuk dunia bebas," kata Trump pada konferensi pers di New York Mar-a-Lago, Selasa (7/1/2025).

Menurut Trump, tidak ada satu pihak pun yang mengetahui bahwa Denmark memiliki hak atau kepentingan yang tepat untuk Greenland. Dia juga mengemukakan bahwa masyarakat Greenland kemungkinan akan memilih untuk memperoleh kemerdekaan atau bergabung dengan AS.

Trump menambahkan bahwa bila Denmark mencegah hal itu, maka dia akan menerapkan tarif yang sangat tinggi kepada Denmark. Menteri Luar Negeri AS, Antony Blinken, menasihati dunia “untuk tidak membuang-buang waktu terlalu banyak” pada apa yang dikatakan Presiden terpilih Donald Trump tentang Greenland.

Pernyataan Trump menimbulkan reaksi dari berbagai pihak, termasuk internal pemerintah Amerika. Salah satunya Menteri Luar Negeri Amerika Antony Blinken.  “Jelas bahwa gagasan yang diungkapkan mengenai Greenland bukanlah ide yang baik,” kata Blinken saat singgah di Paris, sebagaimana diberitakan Asharq Awsath.

Dia menambahkan "Mungkin yang lebih penting, sudah jelas bahwa hal ini tidak akan terjadi, jadi kita mungkin tidak perlu membuang banyak waktu untuk membicarakannya."

Profil

Greenland adalah negara konstituen Kerajaan Denmark yang terletak di antara Samudra Arktik dan Atlantik, sebelah timur Kepulauan Arktik Kanada. Meski secara fisiogeografis merupakan bagian dari benua Amerika Utara, Greenland sangat erat secara politik dan budaya dengan Eropa, khususnya Norwegia dan Denmark, negara-negara kolonial, dan pulau Islandia selama lebih dari seribu tahun. Mayoritas penduduknya suku Inuit. Leluhur mereka pindah dari daratan Kanada pada abad ke-13 dan perlahan menyebar ke seluruh pulau ini.

Kawasan tersebut adalah pulau terbesar di dunia (Australia dan Antarktika, sama-sama lebih besar daripada Greenland, umumnya dianggap sebagai benua). Tiga per empat Greenland ditutupi oleh satu-satunya lempeng es abadi selain Antarktika. Dengan jumlah penduduk 56.480 jiwa (2013), Greenland adalah wilayah berpenduduk terjarang di dunia. Kurang lebih sepertiga penduduknya tinggal di Nuuk, ibu kota sekaligus kota terbesar. Kapal feri Arctic Umiaq Line menghubungkan berbagai kota dan permukiman dan menjadi transportasi utama di Greenland barat.

Greenland dihuni secara musiman selama kurang lebih 4.500 tahun terakhir oleh suku-suku Arktik yang leluhurnya berasal dari Kanada. Bangsa Viking mulai menetap di bagian selatan Greenland pada abad ke-10 setelah sebelumnya menghuni Islandia untuk menghindari persekusi Raja Norwegia dan pemerintahannya.

Mereka kelak berlayar dari Greenland dan Islandia ke benua Amerika. Leif Erikson menjadi orang Eropa yang tercatat menjejakkan kaki pertama kali di Amerika Utara, hampir 500 tahun sebelum Columbus mendarat di kepulauan Karibia.

Rumpun suku Inuit tiba pada abad ke-13. Meski sudah lama dipengaruhi oleh kehadiran bangsa Norwegia, Greenland baru ditetapkan secara resmi sebagai wilayah Norwegia pada tahun 1262. Koloni bangsa Nordik di Greenland lenyap pada akhir abad ke-15 sejak Wabah Hitam melanda dan melemahkan Norwegia. Tidak lama kemudian, pada tahun 1499, bangsa Portugal sempat menjelajah dan mengklaim pulau ini dan memberi nama Terra do Lavrador.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler