Kasus HMPV Ternyata Sudah Ada di Jakarta Sejak 2022, Ratusan Kasus Terdeteksi

Hingga 2024, setidaknya terdapat seratusan kasus ISPA akibat HMPV di Jakarta.

ANTARA FOTO/Aswaddy Hamid
Seorang penumpang kapal dari Malaysia menjalani pemeriksaan suhu tubuh di Terminal Ketibaan Pelabuhan Dumai, Riau, Senin (6/1/2025). Otoritas kesehatan (KKP) di pelabuhan tersebut meningkatkan pengawasan kesehatan terhadap penumpang kapal yang tiba dari luar negeri untuk mencegah penyebaran penyakit menular dan berbahaya seperti gejala flu dan demam yang diakibatkan oleh Human Metapneumovirus (HMPV).
Rep: Bayu Adji Prihammanda Red: Mas Alamil Huda

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi Jakarta mencatat kasus infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) akibat Human Metapneumovirus (HMPV) telah ditemukan di wilayah Jakarta sejak 2022. Hingga 2024, setidaknya terdapat seratusan kasus ISPA akibat HMPV di Jakarta.

Baca Juga


Kepala Dinkes Jakarta Ani Ruspitawati mengatakan, berdasarkan data hasil pemeriksaan, kasus ISPA yang disebabkan HMPV sudah ada sejak 2022 di Jakarta. Dari data Dinkes Provinsi Jakarta, angka kasus ISPA akibat HMPV di Jakarta selalu mengalami peningkatan setiap tahunnya.

"HMPV merupakan salah satu dari banyak mikroorganisme atau agen penyebab penyakit ISPA, baik pada saluran napas atas maupun bawah yang ditemukan hampir sepanjang tahun," kata dia melalui keterangannya, Rabu (8/1/2025).

Hingga saat ini, sesuai data yang diperoleh Dinkes Provinsi Jakarta, jumlah penderita ISPA akibat HMPV sebanyak 19 kasus pada 2022, 78 kasus hingga Oktober 2023, dan 100 kasus pada 2024. Artinya, setidaknya sudah ada 197 kasus ISPA akibat HMPV di Jakarta sejak 2022.

"Data ini akan kami terus lengkapi melalui koordinasi dengan berbagai fasilitas pelayanan kesehatan dan laboratorium yang ada di Jakarta," kata Ani.

Menurut dia, saat ini memang jumlah penderita ISPA dan pneumonia sedang meningkat sejak November 2024. Namun, hal itu dinilai sebuah kewajaran lantaran pola peningkatan kasus relatif berulang setiap tahun, di mana kasus ISPA cenderung meningkat menjelang akhir tahun hingga awal tahun.

Ia menambahkan, HMPV juga bukanlah satu-satunya penyebab penyakit ISPA. Setidaknya, lanjut dia, ada 23 mikroorganisme atau agen penyebab lain yang sering ditemukan pada penderita ISPA, seperti Virus Influenza tipe A dan tipe B, Adenovirus, Coronavirus, dan lainnya. Menurut dia, virus penyebab ISPA selain HMPV, yang saat ini beredar dan dominan adalah virus influenza tipe A H1N1 pdm2009, Rhinovirus, dan Respiratory Syncytial Virus.

Ani juga mengingatkan bahwa HMPV bukan merupakan virus baru dan sudah dikenal di dunia medis. Ia menyebutkan, HMPV telah ditemukan pada 2001. Artinya, HMPV bukanlah virus baru seperti Covid-19 yang pertama kali ditemukan pada 2020.

Karena itu, Ani mengimbau masyarakat agar tidak panik menghadapi potensi penyebaran virus tersebut. Menurut dia, penularan virus itu dapat dihindari dengan menerapkan pola hidup sehat untuk mencegah sakit, menghindari penularan dengan etika batuk, rajin mencuci tangan, dan menggunakan masker ketika sakit.

“Kami mengimbau masyarakat tidak panik, namun tetap waspada. Walaupun mayoritas penderita ISPA akibat HMPV tidak mengalami sakit berat, tapi pada kelompok rentan, yaitu pada kalangan anak, lansia, dan orang dengan gangguan sistem kekebalan tubuh, infeksi ini dapat menjadi lebih berat dan membutuhkan perawatan untuk penderitanya,” ujar Ani.

Gejala umum

 

Ani menjelaskan, gejala umum penderita ISPA akibat berbagai virus atau mikroorganisme lain juga sama. Gejala umum yang ditunjukkan antara lain batuk, demam, hidung tersumbat, dan sesak napas. Jika terjadi infeksi pada saluran napas bawah, akan menjadi bronchitis, pneumonia, atau radang paru.

Menurut dia, Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jakarta juga telah melakukan berbagai upaya untuk membuat masyarakat tetap sehat. Adapun upaya yang dilakukan adalah dengan gencar melakukan edukasi kepada masyarakat untuk mengenali gejala ISPA, mencegah sakit, menghindari penularan dengan etika batuk, menggunakan masker ketika sakit, mencuci tangan, hidup sehat untuk .eningkatkan daya tahan tubuh.

"Selain itu, kami juga menyiapkan fasilitas untuk menangani kasus ISPA dan penyakit menular," kata dia.

Ani menambahkan, pihaknya juga akan memperkuat sistem kewaspadaan penyakit berpotensi wabah dengan mengembangkan sistem surveilans penyakit berbasis laboratorium. Hal itu dilakukan untuk melengkapi sistem surveilans ILI & SARI (Influenza-Like Illnesses & Severe Acute Respiratory Infection) yang telah ada sebelumnya.

Kementerian Kesehatan (Kemenkes) sebelumnya juga menyatakan bahwa virus Human Metapneumovirus (HMPV) sudah lama ditemukan di Indonesia. Virus yang belakangan dilaporkan merebak di China itu dinilai bukan penyakit mematikan.

Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin meminta masyarakat untuk tidak panik terkait informasi soal HMPV. Pasalnya, HMPV bukanlah virus baru dan sudah dikenal dalam dunia medis. Menurutnya, HMPV sebenarnya sudah ada di Indonesia sejak lama dan bukan penyakit mematikan. Meski demikian, kata Budi, publik tetap perlu melakukan langkah-langkah pencegahan, seperti istirahat yang cukup.

"Apakah HMPV ini ada di Indonesia? HMPV ini sudah ada di Indonesia sudah lama. Kalau dicek, apakah sekarang ada? Ada. Mungkin teman-teman juga yang ada di depan saya ini kalau dicek, ada juga yang kena kalau batuk-batuk," kata Budi usai acara pelepasan Peserta Fellowship Kardiointervensi ke China dan Jepang di Jakarta, Senin (7/1/2025).

Virus lama

Virus Langya ditemukan di China. - (Republika)

 

Budi menyebutkan bahwa HMPV adalah virus lama yang ditemukan pada 2001 dan sudah beredar di seluruh dunia sejak itu, dan selama ini tidak ada kejadian besar akibat itu. Selain itu, dia pun menepis pemberitaan tentang naiknya kasus HMPV di China.

"Nomor dua, apakah HMPV naik tinggi di China tahun 2024? Tidak benar juga. Sudah dibantah sama Pemerintah China, sudah dibantah juga oleh WHO (Organisasi Kesehatan Dunia). Jadi itu hoaks berita itu, ya, teman-teman," kata Budi menambahkan.

Dia menambahkan, virus yang merebak di China bukan HMPV, melainkan H1N1 atau virus influenza biasa. Secara prevalensi, katanya, di China, HMPV menempati urutan ketiga.

"Bahwa setiap musim dingin itu terjadi kenaikan (H1N1) di negara-negara empat musim itu, iya. Di China pun demikian," ujarnya.

Budi pun mengingatkan, semua orang dapat terkena flu, namun jika sistem imun baik, virus tersebut dapat ditangani oleh tubuh. Budi pun menyebutkan sejumlah hal yang dapat dilakukan untuk membangun sistem imun, seperti istirahat dan olahraga yang cukup, dan beristirahat apabila batuk dan pilek.

"Kalau tetangganya batuk pilek bersin-bersin, menghindar dari dia. Tiga M. Menjaga jarak, mencuci tangan, pakai masker," katanya.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Berita Terpopuler