Terdeteksi Ratusan Kasus HMPV di Jakarta Sejak 2022, Ini Langkah yang Diambil Pemprov

Pemprov Jakarta mulai melakukan langkah untuk mencegah penyebaran HMPV.

ANTARA FOTO/Aswaddy Hamid
Sejumlah penumpang kapal yang sakit mendapatkan pelayanan kesehatan di Terminal Ketibaan Pelabuhan Dumai, Riau, Senin (6/1/2025). Otoritas kesehatan (KKP) di pelabuhan tersebut meningkatkan pengawasan kesehatan terhadap penumpang kapal yang tiba dari luar negeri untuk mencegah penyebaran penyakit menular dan berbahaya seperti gejala flu dan demam yang diakibatkan oleh Human Metapneumovirus (HMPV).
Rep: Bayu Adji Prihammanda Red: Mas Alamil Huda

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jakarta mulai melakukan langkah untuk mencegah penyebaran Human Metapneumovirus (HMPV). Pasalnya, virus yang belakangan dilaporkan merebak di Cina itu diketahui sudah lama ditemukan di Indonesia.

Baca Juga


Penjabat (Pj) Gubernur Jakarta Teguh Setyabudi mengaku telah memerintahkan jajarannya untuk mengantisipasi HMPV. Menurut dia, Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi Jakarta juga menyiapkan langkah terkait untuk mengantisipasi penyebaran HMPV.

"Saya sudah minta kepada Kadis Kesehatan untuk mengambil langkah-langkah terkait dengan masalah tersebut. Nanti secara teknis Ibu Kadis yang (menyampaikan)," kata dia di Ragunan, Jakarta Selatan, Rabu (8/1/2025).

Ia menambahkan, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) juga telah memberikan sosialisasi terkait HMPV. Namun, Dinkes Provinsi Jakarta disebut akan memberikan perhatian khusus terkait HMPV.

"Ya itu kan dari Kemenkes sudah (ada sosialisasi). Nanti kami secara khusus akan lebih memberikan perhatian," ujar Teguh.

Ketika ditanya ada atau tidaknya temuan kasus HMPV di Jakarta, Teguh tak mau memberikan jawaban tegas. Ia mengaku akan berkoordinasi terlebih dahulu dengan pihak terkait. "Kami koordinasikan nanti," kata dia.

Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi Jakarta mencatat kasus infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) akibat Human Metapneumovirus (HMPV) telah ditemukan di wilayah Jakarta sejak 2022. Hingga 2024, setidaknya terdapat seratusan kasus ISPA akibat HMPV di Jakarta.

Kepala Dinkes Jakarta Ani Ruspitawati mengatakan, berdasarkan data hasil pemeriksaan, kasus ISPA yang disebabkan HMPV sudah ada sejak 2022 di Jakarta. Dari data Dinkes Provinsi Jakarta, angka kasus ISPA akibat HMPV di Jakarta selalu mengalami peningkatan setiap tahunnya.

"HMPV merupakan salah satu dari banyak mikroorganisme atau agen penyebab penyakit ISPA, baik pada saluran napas atas maupun bawah yang ditemukan hampir sepanjang tahun," kata dia melalui keterangannya, Rabu (8/1/2025).

 

 

Hingga saat ini, sesuai data yang diperoleh Dinkes Provinsi Jakarta, jumlah penderita ISPA akibat HMPV sebanyak 19 kasus pada 2022, 78 kasus hingga Oktober 2023, dan 100 kasus pada 2024. Artinya, setidaknya sudah ada 197 kasus ISPA akibat HMPV di Jakarta sejak 2022.

"Data ini akan kami terus lengkapi melalui koordinasi dengan berbagai fasilitas pelayanan kesehatan dan laboratorium yang ada di Jakarta," kata Ani.

Menurut dia, saat ini memang jumlah penderita ISPA dan pneumonia sedang meningkat sejak November 2024. Namun, hal itu dinilai sebuah kewajaran lantaran pola peningkatan kasus relatif berulang setiap tahun, di mana kasus ISPA cenderung meningkat menjelang akhir tahun hingga awal tahun.

Ia menambahkan, HMPV juga bukanlah satu-satunya penyebab penyakit ISPA. Setidaknya, lanjut dia, ada 23 mikroorganisme atau agen penyebab lain yang sering ditemukan pada penderita ISPA, seperti Virus Influenza tipe A dan tipe B, Adenovirus, Coronavirus, dan lainnya. Menurut dia, virus penyebab ISPA selain HMPV, yang saat ini beredar dan dominan adalah virus influenza tipe A H1N1 pdm2009, Rhinovirus, dan Respiratory Syncytial Virus.

Ani juga mengingatkan bahwa HMPV bukan merupakan virus baru dan sudah dikenal di dunia medis. Ia menyebutkan, HMPV telah ditemukan pada 2001. Artinya, HMPV bukanlah virus baru seperti Covid-19 yang pertama kali ditemukan pada 2020.

Karena itu, Ani mengimbau masyarakat agar tidak panik menghadapi potensi penyebaran virus tersebut. Menurut dia, penularan virus itu dapat dihindari dengan menerapkan pola hidup sehat untuk mencegah sakit, menghindari penularan dengan etika batuk, rajin mencuci tangan, dan menggunakan masker ketika sakit.

“Kami mengimbau masyarakat tidak panik, namun tetap waspada. Walaupun mayoritas penderita ISPA akibat HMPV tidak mengalami sakit berat, tapi pada kelompok rentan, yaitu pada kalangan anak, lansia, dan orang dengan gangguan sistem kekebalan tubuh, infeksi ini dapat menjadi lebih berat dan membutuhkan perawatan untuk penderitanya,” ujar Ani.

Ani menjelaskan, gejala umum penderita ISPA akibat berbagai virus atau mikroorganisme lain juga sama. Gejala umum yang ditunjukkan antara lain batuk, demam, hidung tersumbat, dan sesak napas. Jika terjadi infeksi pada saluran napas bawah, akan menjadi bronchitis, pneumonia, atau radang paru.

 

Menurut dia, Pemprov Jakarta juga telah melakukan berbagai upaya untuk membuat masyarakat tetap sehat. Adapun upaya yang dilakukan adalah dengan gencar melakukan edukasi kepada masyarakat untuk mengenali gejala ISPA, mencegah sakit, menghindari penularan dengan etika batuk, menggunakan masker ketika sakit, mencuci tangan, hidup sehat untuk meningkatkan daya tahan tubuh.

"Selain itu, kami juga menyiapkan fasilitas untuk menangani kasus ISPA dan penyakit menular," kata dia.

Ani menambahkan, pihaknya juga akan memperkuat sistem kewaspadaan penyakit berpotensi wabah dengan mengembangkan sistem surveilans penyakit berbasis laboratorium. Hal itu dilakukan untuk melengkapi sistem surveilans ILI & SARI (Influenza-Like Illnesses & Severe Acute Respiratory Infection) yang telah ada sebelumnya.

Sebelumnya, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin meminta masyarakat untuk tidak panik terkait informasi soal HMPV. Pasalnya, HMPV bukanlah virus baru dan sudah dikenal dalam dunia medis.

“HMPV sudah lama ditemukan di Indonesia, kalau dicek apakah ada, itu ada. Saya sendiri kemarin melihat data di beberapa lab, ternyata beberapa anak ada yang terkena HMPV,” kata dia.

Ia menjelaskan, virus HMPV berbeda dengan Covid-19. Sebab, Covid-19 merupakan virus baru, sedangkan HMPV adalah virus lama yang sifatnya mirip dengan flu. Karenanya, ia menilai, sistem imunitas manusia sudah mengenal virus ini sejak lama dan mampu meresponsnya dengan baik.

“HMPV adalah virus lama yang sudah ada sejak 2001 dan telah beredar ke seluruh dunia sejak 2001. Selama ini juga tidak terjadi apa-apa juga,” ujar Budi.

Mengenai pemberitaan tentang meningkatnya kasus HMPV di Cina, Budi menegaskan bahwa informasi tersebut tidak benar. Hal ini juga telah dikonfirmasi oleh pemerintah Cina dan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Menurutnya, peningkatan kasus flu biasa di negara empat musim seperti Cina sering terjadi saat musim dingin.

“Saya sudah lihat datanya, yang naik di Cina itu virusnya bukan HMPV tapi melainkan tipe H1N1 atau virus flu biasa. HMPV itu ranking nomor tiga di China dari sisi prevalensi, jadi itu tidak benar,” kata Menkes.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Berita Terpopuler