Tuntunan Islam untuk Memulai Persahabatan
Sahabat yang baik akan mengajak seseorang untuk tingkatkan ketakwaan.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Mencari teman dekat adalah perkara yang tidak sukar walaupun tidak bisa dikatakan mudah pula. Artinya, perlu kejelian dan kepekaan untuk menangkap getaran keikhlasan. Apa yang keluar dari hati, niscaya akan bermuara pada hati pula.
Karena itu, jika ingin memulai persahabatan, seorang Muslim dapat memperhatikan sejumlah hal. Pertama, pilihlah yang bisa menambah motivasi ke arah yang lebih baik.
Bukalah hubungan pertemanan dengan orang-orang yang dapat mengubah diri Anda menjadi lebih baik daripada kemarin. Demikian pula, jadilah Anda sosok yang mampu mempengaruhi lingkungan dengan energi-energi positif.
Kedua, umumnya pegangan dalam berteman adalah kesamaan pandangan,ideologi, atau keimanan. Hal ini tidak berarti larangan bermuamalah dengan non-Muslim.
Ajaran Islam memandang, persahabatan yang sejati tidak hanya di dunia, melainkan juga terus sampai akhirat kelak. Bukankah menyenangkan bila memiliki sahabat yang juga kelak bertetangga dengan kita di surga?
Terakhir, jalinlah pertemanan dan persahabatan dengan tulus, bukan untuk kepentingan-kepentingan pamrih tertentu. Kalau tujuan mencari teman sebanyak-banyaknya hanya untuk mencari keuntungan, itu namanya berdagang.
Karena itu, dalam pertemanan dan persahabatan pun perlu menjaga etika. Di antaranya, harus selalu berbaik sangka serta memiliki rasa empati, terlebih bila kawan dalam kesusahan.
Surga sebagai balasan
Nabi Muhammad SAW bersabda:
مَثَلُ الْجَلِيسِ الصَّالِحِ وَالسَّوْءِ كَحَامِلِ الْمِسْكِ وَنَافِخِ الْكِيرِ ، فَحَامِلُ الْمِسْكِ إِمَّا أَنْ يُحْذِيَكَ ، وَإِمَّا أَنْ تَبْتَاعَ مِنْهُ ، وَإِمَّا أَنْ تَجِدَ مِنْهُ رِيحًا طَيِّبَةً ، وَنَافِخُ الْكِيرِ إِمَّا أَنْ يُحْرِقَ ثِيَابَكَ ، وَإِمَّا أَنْ تَجِدَ رِيحًا خَبِيثَة
“Perumpamaan kawan yang baik dan yang buruk seperti seorang penjual minyak wangi dan pandai besi. Adapun penjual minyak wangi, mungkin dia akan memberikan hadiah kepadamu, atau engkau membeli darinya, atau engkau terkena wangi harum darinya. Sementara (dengan) pandai besi, mungkin dia akan membakar pakaianmu atau engkau memperoleh bau yang buruk.”
Hadis di atas mengisyaratkan perlunya memilih sahabat secara sungguh-sungguh. Jika benar persahabatannya, dia akan memperoleh banyak ilmu, hikmah, dan manfaat. Sebaliknya, apabila salah dalam berteman, percikan kesalahan juga akan menimpa seseorang.
Maka, janganlah keliru dalam memilih sahabat. Ingat pesan dari Alquran surah az-Zukhruf ayat 67:
الْأَخِلَّاءُ يَوْمَئِذٍ بَعْضُهُمْ لِبَعْضٍ عَدُوٌّ إِلَّا الْمُتَّقِينَ
“Teman-teman karib pada hari itu (Kiamat) saling bermusuhan satu sama lain, kecuali mereka yang bertakwa.”
Ali bin Abi Thalib menuturkan, "Orang-orang yang berteman sewaktu di dunia akan menjadi bermusuhan satu sama lain pada hari kiamat, kecuali orang-orang yang bertakwa."
'Ali melanjutkan, "Ada dua orang Mukmin yang berteman. Kemudian, seorang dari mereka meninggal dunia. Almarhum diberi kabar gembira bahwa dirinya masuk surga. Ia langsung teringat temannya.
Maka ia berkata, 'Ya Allah, sesungguhnya si fulan, temanku dahulu, pernah mengajakku untuk taat kepada-Mu dan Rasul-Mu. Ia mengajakku untuk kebaikan, serta mencegahku dari keburukan, dan mengabarkan kepadaku bahwa kelak aku akan bertemu dengan-Mu. Maka, ya Allah, janganlah sesatkan dirinya setelah kepergianku, sampai saat Engkau memperlihatkan surga ini kepadanya, sebagaimana Engkau telah memperlihatkannya kepadaku, sampai Engkau ridha kepadanya, sebagaimana Engkau rida kepadaku.'
Kemudian dikatakan kepada Mukmin tersebut, 'Pergilah, seandainya kamu tahu apa yang Aku sediakan baginya di sisi-Ku tentulah kamu akan banyak tertawa dan sedikit menangis.'"
'Ali melanjutkan, "Kemudian, Mukmin yang satu lagi itu meninggal sehingga ruh kedua sahabat ini bertemu. Setelah itu, dikatakan kepada mereka, 'Hendaklah masing-masing kalian memuji temannya.' Maka masing-masing berkata, "(Engkau) adalah sebaik-baiknya saudara, sahabat, dan teman.'"