Anak-Anak Gaza Mati Kedinginan, Israel Sengaja Hambat Pengiriman Selimut
Sejak 26 Desember, delapan bayi dan balita dilaporkan meninggal akibat hipotermia.
REPUBLIKA.CO.ID, GAZA — Kelompok-kelompok bantuan berjuang untuk membawa pakaian musim dingin untuk anak-anak Gaza. OCHA, badan PBB untuk pengungsi Palestina, mengatakan dalam laporannya baru-baru ini bahwa Israel menghalangi pengiriman pakaian hangat, selimut, dan terpal yang sangat dibutuhkan.
OCHA menyebutkan bahwa terbatasnya kapasitas kargo di penyeberangan, persyaratan koordinasi yang panjang yang diberlakukan oleh pihak Israel untuk membawa barang-barang penampungan ke Jalur Gaza, dan seringnya terjadi penolakan terhadap barang-barang tersebut, di samping tingginya risiko penjarahan bersenjata sebagai tantangan utama.
Setidaknya 945.000 orang di Gaza membutuhkan barang-barang tersebut.
Laporan tersebut menjelaskan, selama lebih dari sebulan, sekitar 13.000 paket pakaian anak-anak telah menunggu masuk ke Gaza dari Tepi Barat dan lebih dari 11.000 paket pakaian anak-anak telah hilang karena penjarahan. Akibatnya, hanya 19.000 paket pakaian anak-anak dari total 220.000 paket yang telah dibeli yang sejauh ini telah masuk ke Gaza.
Ini diberikan kepada anak-anak yang rentan, termasuk bayi yang baru lahir di rumah sakit dan anak-anak yang berada di tempat penampungan.
OCHA juga menyatakan di media sosial, “Antara 6 Oktober dan 31 Desember, PBB telah mencoba 165 kali untuk mengakses daerah-daerah yang terkepung di Gaza Utara."“Dari jumlah tersebut, 149 di antaranya ditolak oleh pihak berwenang Israel, dan 16 lainnya dihalangi.”
UNICEF melaporkan, serangan terbaru, menyebabkan lima anak dilaporkan tewas di Al Mawasi. "Bagi anak-anak Gaza, tahun baru ini membawa lebih banyak kematian dan penderitaan akibat serangan, kekurangan, serta meningkatnya paparan terhadap cuaca dingin," ujar Direktur Eksekutif Catherine Russell dalam pernyataannya, seraya menambahkan, "Gencatan senjata sudah sangat mendesak."
Menyoroti krisis kemanusiaan yang semakin memburuk di Gaza, UNICEF mencatat bahwa lebih dari satu juta anak hidup di tenda darurat, dengan banyak keluarga yang telah mengungsi selama berbulan-bulan.
"Sejak 26 Desember, delapan bayi dan balita dilaporkan meninggal akibat hipotermia, ancaman besar bagi anak-anak kecil yang tidak mampu mengatur suhu tubuh mereka," kata UNICEF.
Kerusakan infrastruktur sipil serta rumah sakit yang kewalahan memperburuk situasi. UNICEF juga mencatat penutupan Rumah Sakit Kamal Adwan, satu-satunya rumah sakit anak di Gaza utara, setelah serangan Israel bulan lalu.
Kementerian Kesehatan Palestina di Gaza melaporkan, sedikitnya 70 warga Palestina wafat pada Kamis lalu akibat serangan tanpa henti Israel di jalur Gaza, Palestina. Bayi baru lahir dan pasien lain pun dalam bahaya karena rumah sakit Nasser di Gaza kehabisan bahan bakar, Medecins Sans Frontieres (MSF) memperingatkan
MSF mengingatkan, Rumah Sakit (RS) Nasser, RS Al-Aqsa dan RS Eropa Gaza, di jalur Gaza, terancam ditutup karena kekurangan bahan bakar. Situasi ini mengancam nyawa ratusan pasien, termasuk bayi yang baru lahir, yang bergantung pada listrik untuk tetap hidup.
Sementara itu, tim MSF mentransfer bahan bakar ke RS Nasser dan Al-Aqsa, yang hanya berfungsi sebagai solusi sementara untuk 36 hingga 48 jam ke depan, dikutip dari laman IMEMC News, International Middle East Media Center, Ahad (12/1/2025).
Pada 8 Januari 2025, listrik untuk RS Nasser yang didukung MSF mungkin akan terputus di beberapa departemen. Sehingga pasien tidak dapat menerima perawatan yang menyelamatkan nyawa.
Di unit perawatan intensif neonatal, saat ini kami merawat tiga anak dan empat bayi baru lahir dengan ventilasi mekanis, serta 15 bayi baru lahir di inkubator, semuanya bergantung pada listrik yang disediakan oleh generator bahan bakar.
“Tanpa bahan bakar, bayi-bayi yang baru lahir ini berisiko kehilangan nyawa mereka,” kata Koordinator Darurat MSF, Pascale Coissard.
“Bayi-bayi dalam inkubator bergantung pada listrik yang konstan untuk ventilator yang membuat mereka tetap hidup,” ujar Pascale Coissard.
MSF sangat khawatir dengan situasi bencana ini, yang dapat menimbulkan konsekuensi tragis dan serius karena situasinya tidak mungkin membaik.
MSF menyerukan kepada semua pihak untuk memfasilitasi masuknya bahan bakar ke Gaza dan memastikan pengirimannya ke fasilitas medis dengan aman. Pembongkaran sistem kesehatan oleh blokade Israel, yang membahayakan nyawa manusia, harus segera dihentikan.