Hikmah 3 Peristiwa antara Nabi Musa dan Khidir
Inilah hikmah peristiwa yang dialami Nabi Musa bersama Khidir, menurut Ibnu 'Arabi.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Nabi Musa AS pernah mendapatkan pertanyaan dari umatnya mengenai siapakah orang paling pintar di dunia. Karena merasa dirinya nabi, saudara Harun AS itu pun menjawab bahwa tidak ada orang yang lebih berilmu dari dirinya.
Usai menjawab itu, seketika turunlah Malaikat Jibril, menyampaikan teguran Allah kepada sang nabi. Musa AS lalu diberi tahu bahwa ada seorang hamba Allah yang lebih berilmu darinya.
Sosok yang dimaksud ialah Khidir AS. Setelah berhasil menemuinya di majmu al-bahrain, Musa AS pun memohon kepada sang wali Allah agar boleh mengikutinya.
Dalam perjalanan, Khidir melakukan tiga tindakan yang membuat Musa heran: melubangi kapal yang ditumpangi, membunuh seorang anak, dan memperbaiki dinding rumah tanpa meminta upah. Setelah Musa tiga kali mempertanyakan tindakan tersebut, Khidir menjelaskan bahwa semua perbuatannya atas petunjuk Allah: kapal dilubangi agar tidak dirampas raja zalim, anak dibunuh karena akan menyesatkan orang tuanya yang mukmin, dan dinding diperbaiki untuk menjaga harta anak yatim hingga dewasa.
Ibnu 'Arabi dalam Fushush al-Hikam menafsirkan kisah tersebut. Musa diketahui memprotes Khidir yang menghilangkan nyawa seorang anak. Padahal, jauh sebelumnya, Musa sendiri pernah memukul seorang Mesir sehingga tidak sengaja membunuhnya.
Dengan menemani Khidir, Nabi Musa sesungguhnya diingatkan kembali bahwa ada kehendak Allah SWT di balik dua perbuatan menghilangkan nyawa itu, baik pelakunya Nabi Khidir maupun Musa sendiri.
Tentang Nabi Khidir yang melubangi kapal milik orang miskin. Perbuatan ini tampak zalim. Namun, belakangan diketahui bahwa adanya lubang itu membuat penguasa yang zalim enggan merampas kapal yang menjadi sumber mata pencaharian bagi orang papa itu.
Kisah ini sejatinya mengingatkan Musa sendiri tentang ibu kandungnya. Saat masih bayi, Musa dihanyutkan oleh ibunya ke sungai. Sekilas, perbuatan ini tampak zalim. Akan tetapi, Musa justru selamat dari peraturan Firaun yang mewajibkan bayi laki-laki untuk dibunuh.
Malahan, ibunya Musa dapat menyusui anaknya itu di lingkungan istana Firaun. Baik perbuatan Khidir maupun ibunda Musa sama-sama diilhami oleh Allah SWT.
Tentang Khidir yang membetulkan dinding rumah di suatu desa. Nabi Musa berkomentar karena orang alim itu tidak meminta imbalan dari perbuatannya itu. Akhirnya, terungkap bahwa rumah itu milik dua anak yatim. Di bawah dinding yang dibetulkan Khidir terdapat harta simpanan ayah mereka, seorang saleh lagi beriman kepada Allah SWT.
Makna kisah ini selaras dengan pengalaman Nabi Musa sendiri ketika baru tiba di Madyan, seperti dijelaskan dalam surah al-Qasas ayat 23-29. Waktu itu, Musa menolong dua putri Nabi Syu'aib dengan memberi minum kepada ternak mereka.
Tidak tebersit sedikit pun pikiran untuk meminta imbalan. Musa hanya berdoa memohon rahmat dan petunjuk kepada Allah SWT. Ternyata, ada hikmah di balik keikhlasan itu, yakni Musa akhirnya dapat bekerja untuk Syu'aib dan bahkan menjadi menantunya.