Menjemput Hidayah Allah di Turki
Hati pria Prancis ini tersentuh usai mendengarkan pembacaan ayat-ayat Alquran.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Emile Zehnder (85 tahun) amat mencintai istrinya. Setelah perempuan terkasihnya itu wafat, pria asal Strasbourg, Prancis, ini sangat terpukul. Bahkan, ia sempat mengalami depresi.
Keadaannya berubah sejak awal tahun 2022. Kala itu, lingkungan tempat tinggalnya kedatangan warga baru. Mereka adalah sepasang suami dan istri yang bernama Enver Kodat dan Halide.
Keduanya orang yang keturunan Turki itu lalu memperkenalkan diri kepada para tetangga, termasuk Zehnder.
“Kalau Anda mau, boleh ikut bersama kami, untuk berlibur atau sekadar jalan-jalan? Turki negara yang indah untuk liburan,” kata Enver kepadanya.
Zehnder hanya tersenyum dan sekadar mengiyakan. Namun, siapa sangka ucapan itu membekas dalam ingatannya sesampainya di rumah.
Lama kelamaan, ia pun menginsafi. Tidak ada salahnya menikmati suasana baru di luar Prancis, alih-alih terus di rumah yang selalu membuatnya kangen sang mendiang istri.
Kira-kira sepekan setelah pertemuan tersebut, Zehnder pun memberi tahu tetangganya bahwa dirinya berminat ikut ke Turki.
Hari yang dinanti pun tiba. Mereka berangkat dari Paris dengan menumpangi pesawat terbang. Begitu mendarat di Ankara, perjalanan diteruskan ke Elazig, yakni kota tempat Enver Kodat berasal.
Sesampainya di rumah keluarga besar Enver, Zehnder dijamu dengan penuh kehangatan. Ia diterima layaknya tamu kehormatan.
Hari berikutnya, Zehnder ikut dengan pasangan suami-istri itu ke Elazig, sebuah kota di Turki timur yang merupakan tempat Halide berasal. Lingkungan tempat tinggal ayah dan ibu Halide itu juga sangat kental akan nuansa Islam.
Sekitar sepekan lamanya Zehnder menjadi tamu keluarga Halide. Mereka menjamunya dengan penuh ramah tamah.
Pada suatu hari, Zehnder berjalan-jalan di gang yang tidak terlalu sempit di Elazig. Tampak orang-orang berkumpul mengelilingi seorang tua yang mengenakan jubah putih. Dengan bahasa Inggris yang patah-patah, ia pun bertanya kepada seorang hadirin.
Rupanya, pria yang sedang berceramah itu adalah seorang ulama. Di sela-sela tausiahnya, dai lokal itu membacakan sesuatu yang belum pernah didengar Zehnder.
Dari penjelasan seorang “penerjemah dadakan” di dekatnya, lelaki Prancis itu akhirnya mengetahui. Dai tersebut sedang membacakan Alquran. Ia pun meminta terjemahan satu ayat yang tadi dibacakan, yakni surah Yunus ayat ke-25.
Kembali ke rumah keluarga Halide, Zehnder masih teringat tentang pembacaan Alquran tadi. Pada malam, ia tidak bisa tidur. Hingga dini hari, duda tersebut menonton video lantunan ayat-ayat Alquran, yang ditemukannya melalui situs YouTube.
Keesokan pagi, Zehnder memberitahukan kepada Enver dan Halide bahwa dirinya ingin memeluk Islam.
“Aku ingin menjadi seorang Muslim. Tolong tunjukkan padaku bagaimana caranya,” kata pria yang kini berusia 85 tahun itu kepada kedua sahabat Turki-nya itu.
Enver dan Halide awalnya terkejut. Apa yang membuat Zehnder tiba-tiba tertarik pada Islam? Lelaki asal Strasbourg itu pun menceritakan kesan yang didapatinya selama perjalanan Elazig.
Pasangan suami-istri itu lalu menyarankannya agar bersama-sama pergi ke Kantor Mufti provinsi setempat. Sesampainya di tujuan, ketiga orang itu diterima Wakil Mufti, Ozer Comert. Setelah mengetahui maksud kedatangan mereka, pemuka agama itu kemudian menerangkan cara-cara berislam.
Tidak hanya itu, Zehnder pun diajarkan mengenai rukun iman, rukun Islam, serta sekilas perikehidupan Rasulullah SAW. Beberapa kisah keteladanan Nabi Muhammad SAW diceritakan kepadanya. Beberapa kali, lelaki Prancis itu sampai menitikkan air mata lantaran terharu akan budi pekerti sang pembawa risalah Islam.
Keesokan harinya, Zehnder datang lagi ke kantor mufti tersebut, masih dengan ditemani Enver dan Halide. Kali ini, ia sudah siap dengan keputusannya, yakni menjadi Muslim.
Ia lalu mengucapkan dua kalimat syahadat, yakni dalam bahasa Arab dan bahasa Prancis. Ustaz Ozer Comert membimbingnya hingga tuntas.
“Saya bahagia karena saya menjadi seorang Muslim,” kata Zehnder, seperti dikutip Republika dari laman Daily Sabah.
Mulai saat itu, ia pun memilih nama baru, yakni Emin. Itu berasal dari kata amin dalam bahasa Arab. Kepada Daily Sabah, ia mengungkapkan kebahagiaan dirinya sebagai Muslim. Ke depan, lanjutnya, ia ingin semakin banyak belajar perihal Islam.
“Setelah istri saya meninggal, saya mulai lebih banyak menghabiskan waktu dengan tetangga saya. Mereka juga banyak mendukung saya. Setelah itu, saya ingin belajar lebih banyak tentang Islam," jelasnya.