Tembak Sejumlah Anak, Sersan dan Mayor IDF Israel Ini Terkena Bom
Pasukan Israel mengeklaim melucuti milisi perlawanan yang kerap membom mereka.
REPUBLIKA.CO.ID, RAMALLAH -- Segala perbuatan pasti dibalas, apapun itu. Jika baik, maka dibalas dengan kebaikan pula, dan begitu sebaliknya. Ini sekelompok pasukan IDF beberapa kali menembaki anak-anak di Qalqiya, Tepi Barat, Palestina. Sebagai balasannya, mereka terkena ledakan bom yang gagal mereka deteksi.
Mereka adalah sersan pertama yang ternyata mati. Kemudian 3 orang lainnya cedera, termasuk komandan Batalyon 8211. Mereka terkena serangan pejuang Palestina yang mengaktifkan alat peledak di sebuah kendaraan militer. Lokasinya di Tamoun, sebelah utara Tepi Barat yang dijajah.
“Semua pasukan itu sedang berada di dalam kendaraan lapis baja ringan jenis 'Daud' tadi malam dalam sebuah operasi penggerebekan, Tanpa disadari, sebuah bom meledak di dalam kendaraan mereka,” tulis pernyataan IDF dilansir the Times of Israel, Senin (20/1/2025).
Menurut media zionis itu, perwira yang terluka tersebut berpangkat mayor dan menjabat sebagai komandan batalyon di Brigade Efraim, yang bertanggung jawab atas wilayah Qalqilya.
Tamoun menjadi terkenal dalam beberapa hari terakhir setelah operasi tentara Israel menewaskan tiga sepupu Palestina, termasuk dua anak di bawah usia 10 tahun. Israel mengklaim pada saat itu sedang menargetkan jaringan milisi yang memasang alat peledak.
Tamoun terletak di Provinsi Tubas dan Lembah Yordan bagian utara. Wilayahnya meluas hingga perbatasan Yordania, di sebelah timur Tepi Barat yang dijajah.
Wali Kota Tamoun Najeh Bani Odeh mengatakan ulah IDF di sana menewaskan 19 warga Palestina, puluhan orang terluka, sekitar 200 orang ditangkap, dan sebagian infrastruktur seperti jaringan air dan listrik, rumah dan toko, hancur.
Sejalan dengan genosida di Jalur Gaza sejak 7 Oktober 2023, tentara Israel memperluas operasinya dan pemukim meningkatkan serangan mereka di Tepi Barat, termasuk Yerusalem, yang menyebabkan 848 warga Palestina syahid, 6.700 orang terluka, dan 6.700 orang terluka. penangkapan 14.300 orang, menurut data resmi Palestina.
90 persen hancur
Kantor Koordinasi Urusan Kemanusiaan atau Office for the Coordination of Humanitarian Affairs (OCHA) PBB pada Senin (20/1/2025) mengatakan 92 persen rumah di Jalur Gaza atau sekitar 436.000 rumah hancur atau rusak akibat agresi Israel. Sementara 90 persen warga sipil Palestina mengungsi dari tempat tinggalnya.
Perwakilan WHO di Palestina, Rick Peeperkorn mengatakan, pengumuman gencatan senjata merupakan sumber harapan, namun tantangan ke depan sangat menakutkan.
"Memenuhi kebutuhan yang sangat besar dan memulihkan sistem kesehatan akan menjadi tugas yang kompleks dan sulit (di Gaza), mengingat skala dan kompleksitas operasi dan kendala yang ada," kata Rick, dikutip dari laman WAFA Palestine News and Info Agency, Senin (20/1).
Gencatan senjata di Jalur Gaza mulai berlaku pada Ahad (19/1), setelah ditunda selama lebih dari dua jam setengah. Karena pengumuman otoritas Israel yang menjajah Palestina mengatakan bahwa gencatan senjata tidak akan dilaksanakan sebelum menerima daftar tahanan wanita yang dijadwalkan untuk dibebaskan.
Sejak 7 Oktober 2023, pasukan penjajah Israel telah melancarkan agresi ke Jalur Gaza. Israel pelaku genosida di Gaza telah membunuh sedikitnya 46.913 warga Palestina, termasuk 17.581 anak-anak dan sekitar 12.048 wanita. Israel juga melukai lebih dari 110.750 orang Palestina. Sementara sekitar 11.000 orang masih hilang di bawah reruntuhan bangunan dan jalanan di Gaza, tempat Israel melakukan genosida.
Di tempat lain, Spanyol mengatakan bahwa upaya Badan Bantuan dan Pekerjaan PBB untuk Pengungsi Palestina (UNRWA) sangat diperlukan terkait masa depan Jalur Gaza. Hal ini disampaikan dalam sebuah pernyataan dari Kementerian Luar Negeri Spanyol pada Ahad (19/1) malam untuk mengomentari perkembangan terbaru di Jalur Gaza.
Pernyataan tersebut menyatakan bahwa memperkuat gencatan senjata dan mengizinkan masuknya bantuan kemanusiaan dalam jumlah besar ke Gaza merupakan hal yang sangat penting.
Pernyataan tersebut menekankan bahwa Spanyol akan mendukung upaya untuk mencapai stabilitas di Gaza, dan upaya ini tidak akan mungkin terjadi kecuali Otoritas Palestina memikul tanggung jawab pemerintahannya di semua wilayah, membangun kembali keamanan dan layanan dasar, dan bersiap untuk membangun kembali Gaza.
Pernyataan tersebut menekankan bahwa pemerintah Spanyol akan terus bekerja sama dengan mitra dan sekutu regional untuk mendorong implementasi solusi dua negara, yang merupakan jaminan terbaik bagi perdamaian dan stabilitas di wilayah tersebut.
- pasukan idf
- israel
- Palestina
- gaza
- tel aviv
- netanyahu
- amerika serikat
- operasi badai al aqsa
- thufan al aqsa
- two state solution israel dan palestina
- solusi dua negara palestina dan israel
- perdamaian di palestina
- hamas
- hizbullah
- IDF
- israel defense force
- bantuan untuk palestina
- bantuan untuk gaza
- bantuan kemanusiaan
- bantu palestina