Israel Langgar Gencatan Senjata, Bunuh Anak-Anak di Gaza

Pekerja Palestina mulai menemukan janazah-jenazah yang terkubur di Rafah.

(AP Photo/Jehad Alshrafi)
Pengungsi Palestina meninggalkan Khan Younis untuk kembali ke Rafah, menyusul gencatan senjata antara Hamas dan Israel, di Jalur Gaza, Ahad, 19 Januari 2025.
Red: Fitriyan Zamzami

REPUBLIKA.CO.ID, GAZA -- Pasukan penjajah Israel (IDF) melakukan pelanggaran gencatan senjata pada hari kedua gencatan senjata di Gaza, Senin. Penembak runduk IDF menembak mati seorang anak dan melukai lainnya pada Senin malam di kota Rafah di Jalur Gaza selatan.

Baca Juga


Kantor berita WAFA melansir bahwa Zakariya Hameed Yahya Barbakh terbunuh di dekat bundaran Al-Awda di Rafah tengah setelah ditembak oleh penembak jitu Israel. Seorang anak lainnya terluka saat mencoba mengambil jenazah Barbakh.

Sebelumnya malam ini, satu warga sipil dan seorang anak tewas dan sembilan lainnya, termasuk anak-anak, terluka akibat tembakan Israel di kota Rafah.

Sementara tiga orang yang terluka akibat serangan pesawat tak berawak Israel tiba di Rumah Sakit Eropa di Gaza selatan, lapor WAFA. Serangan yang dilakukan oleh quadcopter terjadi ketika warga Palestina memeriksa rumah mereka di kota Rafah, katanya. Insiden ini terjadi pada hari kedua gencatan senjata Hamas-Israel, yang sebagian besar telah dilaksanakan sejauh ini.

Kesepakatan gencatan senjata mulai berlaku pada Ahad pukul 11.15; Namun, pelanggaran terhadap perjanjian yang dilakukan oleh pasukan pendudukan terus memakan korban jiwa warga sipil di Gaza.

Sementara, sebanyak jenazah 137 warga Palestina kini telah ditemukan dari berbagai daerah di kota yang hancur tersebut sejak gencatan senjata mulai berlaku pada Ahad. Badan Pertahanan Sipil Palestina mengatakan pencarian sekitar 10.000 jenazah yang terkubur di reruntuhan sejak dimulainya perang Israel di Gaza berlanjut pada hari kedua gencatan senjata.

Jumlah korban jiwa akibat agresi Israel di Jalur Gaza melonjak menjadi 47.035 warga sipil dan 111.091 orang luka-luka sejak 7 Oktober 2023. Sumber medis mengatakan bahwa pendudukan Israel melakukan tiga pembantaian terhadap keluarga di Jalur Gaza, yang menyebabkan terbunuhnya 23 warga negara dan melukai 83 orang selama 24 jam terakhir.

Mereka menunjukkan bahwa 122 warga Palestina yang terbunuh, 62 diantaranya telah ditemukan jenazahnya, dan 341 orang terluka tiba di rumah sakit di Jalur Gaza, sebagai akibat dari agresi Israel di Jalur Gaza selama 24 jam terakhir.

Mereka menunjukkan bahwa ratusan warga Palestina yang terbunuh masih berada di bawah reruntuhan dan di jalan, sehingga ambulans dan kru pertahanan sipil tidak dapat menjangkau mereka.

Sementara, dalam komentar publik pertama mereka sejak bersatu kembali dengan orang yang mereka cintai, kerabat dari tiga wanita Israel yang dibebaskan dari penawanan di Gaza berterima kasih kepada mereka yang memungkinkan pembebasan mereka.

Mereka juga memohon kepada pemerintah Israel untuk melaksanakan perjanjian gencatan senjata bertahap dengan Hamas yang berujung pada pembebasan orang-orang yang mereka cintai, dan memperingatkan bahwa jalan menuju pemulihan mungkin masih panjang, lapor kantor berita Associated Press.

“Doron meminta saya untuk menyampaikan pesan ini,” kata Yamit Ashkenazi, saudara perempuan Doron Steinbrecher yang dibebaskan, dalam pernyataan kepada media di rumah sakit tempat para wanita tersebut masih menjalani evaluasi medis.

“Turunlah ke jalan-jalan. Kita harus melaksanakan semua langkah kesepakatan. Sama seperti saya bisa kembali ke keluarga saya, semua orang juga harus kembali,” kata Ashkenazi, berbicara atas nama saudara perempuannya.

Kepala staf militer Israel juga telah memberikan penilaian singkat mengenai situasi saat ini karena gencatan senjata di Gaza dan Lebanon sebagian besar masih berlaku.

“Seiring dengan persiapan pertahanan yang intens di Jalur Gaza, kita harus bersiap untuk operasi besar-besaran di Yudea dan Samaria dalam beberapa hari mendatang untuk mencegah dan menangkap teroris sebelum mereka mencapai warga kita,” kata Herzi Halevi dalam sebuah pernyataan. “Yudea dan Samaria” mengacu pada Tepi Barat yang diduduki. Halevi juga menginstruksikan pasukan Israel “untuk merumuskan rencana untuk melanjutkan pertempuran di Jalur Gaza dan Lebanon”.

Pengungsi Palestina meninggalkan Khan Younis untuk kembali ke Rafah, menyusul gencatan senjata antara Hamas dan Israel, di Jalur Gaza, Ahad, 19 Januari 2025. - ((AP Photo/Jehad Alshrafi))

Menteri Keuangan sayap kanan Israel Bezalel Smotrich menyerang kepala staf militer Israel dan mengatakan Israel harus “menduduki seluruh” Jalur Gaza. Berbicara kepada Radio Tentara Israel, pemimpin Partai Religius Zionis itu berpendapat Herzi Halevi bukanlah orang yang tepat untuk memimpin militer.

Smotrich mengatakan yang dibutuhkan adalah seseorang yang memahami bahwa menduduki Gaza adalah misinya, seseorang “yang berdiri di belakangnya dan siap untuk melaksanakannya”.

Dia menambahkan bahwa Israel harus “menetapkan kekuasaan militer” di Gaza, dan menambahkan bahwa tidak ada “kekuatan ketiga” yang dapat mengendalikan wilayah tersebut.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler