Perbedaan Perlakuan Israel dan Hamas Terhadap Tahanan 

Islam mengajarkan tahanan diperlakukan dengan baik.

EPA-EFE/MOHAMMED SABER
Pengungsi Palestina berjalan di samping bangunan yang hancur di Khan Younis, Jalur Gaza Selatan, Rabu (5/6/2024). Menurut Kementerian Kesehatan Palestina dan Pasukan Pertahanan Israel (IDF), sejak militan Hamas melancarkan serangan terhadap Israel dari Jalur Gaza pada 07 Oktober 2023, dan operasi Israel di Gaza dan Tepi Barat tercatat Lebih dari 36.000 warga Palestina dan lebih dari 1.400 warga Israel terbunuh. EPA-EFE/MOHAMMED SABER
Rep: Fuji E Permana Red: Muhammad Hafil

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Gencatan senjata antara Israel dan Hamas yang mulai berlaku tanggal 20 Januari 2025 mendapatkan sambutan kedua belah pihak bahkan seluruh dunia. Ada yang menarik dari pertukaran tahanan antara Israel dan Hamas, yakni cara memperlakukan tahanan yang kontras antara Israel dan Hamas yakni dalam tahanan maupun cara pembebasan tahanan.

Baca Juga


Ketua Dewan Syuro Ikatan Dai Indonesia (Ikadi), Prof Tulus Musthofa mengatakan, ajaran Islam mengatur dengan jelas prinsip-prinsip perlakuan terhadap tahanan perang, termasuk selama gencatan senjata dan pertukaran tahanan. Dalam konflik antara Israel dan Hamas, terlihat perbedaan mencolok dalam cara kedua pihak memperlakukan tahanan yang dapat dianalisis dalam perspektif ajaran Islam.

"Islam sebagai agama yang mengatur segala aspek kehidupan memiliki ajaran dalam memperlakukan tahanan perang," kata Prof Tulus kepada Republika, Selasa (21/1/2024)

Prof Tulus menyampaikan, Islam mengajarkan dan mewajibkan umatnya untuk memperlakukan tahanan dengan baik, bahkan jika mereka adalah musuh. 

Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:

وَيُطْعِمُوْنَ الطَّعَامَ عَلٰى حُبِّهٖ مِسْكِيْنًا وَّيَتِيْمًا وَّاَسِيْرًا 

Mereka memberikan makanan yang disukainya kepada orang miskin, anak yatim, dan tawanan. (QS Al-Insan Ayat 8)

Prof Tulus menerangkan, ayat ini menegaskan bahwa tahanan perang memiliki hak untuk diperlakukan secara manusiawi, termasuk dalam kebutuhan dasar seperti makanan dan perlindungan.

Ketua Dewan Syuro Ikadi ini menambahkan, Perang Badar adalah salah satu contoh utama bagaimana Rasulullah SAW memperlakukan tahanan perang. Setelah kaum Muslimin menang, mereka berhasil menangkap 70 tahanan dari pihak Quraisy. 

Rasulullah SAW memberikan beberapa instruksi. Pertama, perlakuan manusiawi, tahanan diberikan makanan yang sama dengan yang dikonsumsi kaum Muslim. Dalam banyak riwayat, para sahabat memberikan roti kepada para tahanan, sementara mereka sendiri makan kurma.

Kedua, larangan penyiksaan. Nabi Muhammad SAW mencontohkan larangan menyiksa tahanan. Beliau bersabda, "Jangan menyiksa makhluk Allah." (HR Imam Ahmad)

"Ketiga, negosiasi yang adil dalam pertukaran, Islam juga memperbolehkan pertukaran tahanan dengan prinsip keadilan dan kemanusiaan. Ini tercermin dalam Perang Badar, ketika Nabi Muhammad SAW membebaskan tahanan dengan tebusan atau pertukaran yang saling menguntungkan," kata Prof Tulus.

Prof Tulus juga menjelaskan perlakuan Israel terhadap tahanan Palestina yang jauh berbeda dari cara Islam memperlakukan tahanan. Pertama, tahanan Palestina sering dilaporkan mengalami penyiksaan fisik dan mental di penjara Israel. 

"Anak-anak, perempuan, dan pria dewasa (Palestina) menghadapi perlakuan keras (di dalam penjara Israel) termasuk penahanan administratif tanpa pengadilan," jelas Prof Tulus.

Ia menerangkan, banyak tahanan Palestina melaporkan bahwa mereka tidak mendapatkan akses yang memadai ke makanan, air bersih, layanan kesehatan, dan hak-hak dasar lainnya.

 

Kedua, dalam pertukaran tahanan, Israel sering melakukan pembebasan tahanan Palestina dalam jumlah besar, tetapi tanpa mengakui kondisi buruk yang dialami tahanan selama penahanan. Israel biasanya tidak mengizinkan perayaan publik untuk tahanannya yang dibebaskan atau tahanan Palestina yang kembali ke keluarga mereka, termasuk yang baru saja terjadi.

Prof Tulus mengatakan, sementara perlakuan Hamas terhadap tahanan Israel sesuai ajaran Islam. Hamas dilaporkan memperlakukan tahanan Israel dengan standar yang jauh lebih manusiawi. Tahanan Israel diberikan makanan dan perawatan medis yang memadai.

"Contoh mencolok adalah tahanan Gilad Shalit, seorang tentara Israel yang ditahan selama lima tahun oleh Hamas. Setelah dibebaskan, ia tampak sehat dan bugar, menandakan bahwa ia tidak diperlakukan dengan buruk selama masa penahanannya," jelas Prof Tulus.

Prof Tulus menambahkan, bahkan ada foto seorang tahanan Israel yang mencium kepala anggota Hamas karena merasa terkesan dengan perlakuan yang ia terima.

Hamas juga sering membebaskan tahanan Israel dengan menunjukkan sikap sesuai dengan ajaran Islam, yaitu menghormati nilai-nilai kemanusiaan meskipun sedang dalam situasi konflik. Sebaliknya, Hamas juga memastikan bahwa pertukaran tahanan dilakukan secara adil, biasanya meminta pembebasan ratusan hingga ribuan tahanan Palestina sebagai imbalan untuk satu atau dua tahanan Israel.

Prof Tulus mengatakan, hamas dan implementasi nilai Islam. Perlakuan Hamas terhadap tahanan Israel lebih mencerminkan prinsip-prinsip Islam yang menekankan pada keadilan, kemanusiaan, dan larangan penyiksaan.

"Hal ini menunjukkan bahwa meskipun Hamas berada dalam situasi perang yang tidak seimbang, mereka berusaha mematuhi nilai-nilai Islam dalam memperlakukan tahanan," ujar Prof Tulus.

Prof Tulus mengatakan, Israel melakukan pelanggaran hak asasi. Perlakuan Israel terhadap tahanan Palestina bertentangan dengan prinsip-prinsip Islam maupun hukum internasional, yang mengutuk penyiksaan, penghinaan, dan perlakuan tidak manusiawi terhadap tahanan.

Kesimpulannya, perlakuan terhadap tahanan dalam konflik Israel dan Hamas menunjukkan perbedaan yang signifikan. Dalam perspektif Islam, perlakuan Hamas terhadap tahanan Israel lebih sesuai dengan ajaran Islam, yang menekankan pada penghormatan terhadap hak asasi manusia, bahkan terhadap musuh. 

"Sebaliknya, perlakuan Israel terhadap tahanan Palestina sering kali dianggap melanggar prinsip-prinsip keadilan dan kemanusiaan," kata Prof Tulus.

Prof Tulus menegaskan, ajaran Islam mengingatkan bahwa ada etika yang harus diterapkan termasuk dalam perang dengan nilai-nilai moral yang tinggi, termasuk memperlakukan tahanan dengan martabat dan kemanusiaan.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler