Israel Tembaki Rombongan Pulang ke Gaza Utara, Satu Anak Syahid

Sebanyak 300 ribu orang dilaporkan mulai pulang ke utara Gaza.

AP Photo/Jehad Alshrafi
Pengungsi Palestina kembali ke rumah mereka di bagian utara Jalur Gaza, Senin, 27 Januari 2025.
Red: Fitriyan Zamzami

REPUBLIKA.CO.ID, GAZA – Seorang anak syahid dan beberapa warga sipil lainnya terluka pada Senin malam setelah pasukan Israel menembaki gerobak di sebelah barat kamp pengungsi Al-Nuseirat di Jalur Gaza tengah. Penembakan ini adalah kesekian kalinya Israel melanggar gencatan senjata.

Baca Juga


Kantor berita WAFA melansir, Rumah Sakit Al-Awda di Gaza melaporkan bahwa jenazah Nadia Mohammed Al-Amoudi yang berusia lima tahun, bersama dengan tiga warga sipil lainnya yang terluka, dibawa ke fasilitas tersebut setelah penembakan Israel. Semuanya berasal dari daerah Al-Jisr di sebelah barat kamp yang berupaya kembali ke Gaza utara.

Ribuan warga yang mengungsi mulai kembali ke Kota Gaza dan Jalur utara hari ini melalui pesisir Jalan Al-Rasheed di Gaza tengah, setelah dipindahkan secara paksa oleh militer Israel selama genosida yang berlangsung lebih setahun lalu.

Antara 7 Oktober 2023 hingga 19 Januari 2025, pasukan Israel melancarkan agresi militer besar-besaran di Jalur Gaza, yang mengakibatkan lebih dari 158.000 korban jiwa, yang sebagian besar adalah perempuan dan anak-anak. Selain itu, lebih dari 14.000 warga sipil masih hilang.

Agresi Israel telah menyebabkan lebih dari 85 persen penduduk Gaza mengungsi setelah rumah mereka dihancurkan, berjumlah lebih dari 1,93 juta orang dari total 2,2 juta jiwa. Selain itu, sekitar 100.000 warga telah meninggalkan Jalur Gaza sejak serangan dimulai.

Merujuk Aljazirah, rombongan orang – beberapa diantaranya menggendong bayi atau membawa banyak barang di bahu mereka – menuju ke utara dengan berjalan kaki di sepanjang jalan di tepi pantai Laut Mediterania, kemarin.

“Ini seperti saya dilahirkan kembali dan kami menang lagi,” kata Umm Mohammed Ali, seorang ibu Palestina. Penyeberangan lain dibuka tiga jam kemudian, kali ini membiarkan kendaraan masuk. “Jantung saya berdebar kencang, saya pikir saya tidak akan pernah kembali lagi,” kata Osama (50 tahun), seorang pegawai negeri dan ayah dari lima anak, ketika ia tiba di Kota Gaza.

“Entah gencatan senjata berhasil atau tidak, kami tidak akan pernah meninggalkan Kota Gaza dan wilayah utara lagi, bahkan jika Israel mengirimkan tank untuk kami masing-masing. Tidak ada lagi perpindahan.”

Kantor Media Pemerintah di Gaza mengatakan “lebih dari 300.000 pengungsi” warga Palestina telah kembali ke wilayah utara setelah militer Israel mengizinkan pemulangan tersebut mulai pagi ini. Pernyataan singkat di Telegram mengatakan mereka “kembali hari ini… ke gubernuran di utara” Gaza.

Kehancuran di Rafah...

 

Tak hanya di utara, Lembaga Médecins Sans Frontières/Dokter Tanpa Batas (MSF) mengatakan pada Senin bahwa kota Rafah, di Jalur Gaza selatan, hancur akibat perang genosida Israel. Organisasi tersebut mencatat bahwa pemindahan persenjataan yang tidak meledak yang tersebar di antara puing-puing rumah akan memakan waktu bertahun-tahun, sehingga semakin menghambat proses pembangunan kembali.

“Orang-orang mencoba membangun kembali dari reruntuhan. Rafah hancur, rumah-rumah, toko-toko, jalan-jalan dan fasilitas kesehatan hancur serta sistem listrik dan air rusak. Daerah tersebut juga tidak aman karena artileri yang belum meledak tersebar di sisa-sisa bangunan, yang akan memakan waktu bertahun-tahun,” kata Pascale Coissard, koordinator darurat MSF, dalam sebuah pernyataan.

“Layanan kesehatan, termasuk bantuan kemanusiaan lainnya, dan pembangunan kembali kota diperlukan agar kehidupan dapat kembali ke Rafah, namun masih terlalu berbahaya bagi orang-orang untuk kembali ke sebagian besar wilayah.” Ia menegaskan, meski suara bom sudah tidak terdengar lagi, namun tetap ada bahayanya.


Sementara itu, Nadia Abo Mallouh, koordinator medis pendukung MSF yang pernah bekerja di rumah sakit Emirat, berkata, “Sangat sulit untuk kembali ke tempat yang dulunya penuh dengan kehidupan.”

“Kami bahkan tidak bisa mengenali jalan di mana rumah sakit Emirat berada. Sedih sekali melihat rumah sakit yang dulunya membawa kehidupan ke bumi kosong total, tidak ada tanda-tanda kehidupan, semuanya hancur,” imbuhnya.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Berita Terpopuler