Ulama Tafsir Sebut Nama Pelaku dan Kronologi Pembunuhan Unta Nabi Shalih

Persekongkolan jahat Kaum Tsamud jadi dasar pembunuhan unta Nabi Shalih.

Reuters/Mohamed Alhwaity
Ilustrasi unta Nabi Shalih
Red: Erdy Nasrul

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Betapa baiknya Allah. Sang Mahapencipta memberikan unta ajaib kepada Kaum Tsamud. Unta yang susunya tak pernah habis, selalu turah-turah untuk dikonsumsi banyak orang. Dari susu itu, mereka membuat banyak olahan makanan dan minuman lezat. Namun unta itu mereka bunuh. Tak hanya itu, Kaum Tsamud juga diberikan nabi yang berakhlak mulia, Nabi Shalih, tapi juga hendak dihabisi nyawanya.

Begitulah sekilas kisah dakwah Nabi Shalih kepada Kaum Tsamud. Mereka adalah kaum yang luar biasa hebat, kumpulan orang kreatif yang mampu mengukir bukit batu untuk menjadi tempat tinggal yang indah dan bernilai tinggi. Jejak peninggalan mereka berupa Hegra atau al Hijr yang disebut juga al Ula dan Madain Shalih. Situs tersebut termasuk keajaiban dunia, karena bernilai seni yang sangat tinggi.

Namun nilai seni dan kehebatan karya tersebut tidak menjadikan orang-orang Tsamud semakin tunduk kepada Allah. Mereka justru menjadi sombong lagi mengingkari nikmat Allah. Firman Allah dalam Surah Hud berikut ini merekam bagaimana Nabi Shalih berdakwah kepada mereka,

۞ وَإِلَىٰ ثَمُودَ أَخَاهُمْ صَٰلِحًا ۚ قَالَ يَٰقَوْمِ ٱعْبُدُوا۟ ٱللَّهَ مَا لَكُم مِّنْ إِلَٰهٍ غَيْرُهُۥ ۖ هُوَ أَنشَأَكُم مِّنَ ٱلْأَرْضِ وَٱسْتَعْمَرَكُمْ فِيهَا فَٱسْتَغْفِرُوهُ ثُمَّ تُوبُوٓا۟ إِلَيْهِ ۚ إِنَّ رَبِّى قَرِيبٌ مُّجِيبٌ

Wa ilā ṡamụda akhāhum ṣāliḥā, qāla yā qaumi’budullāha mā lakum min ilāhin gairuh, huwa ansya`akum minal-arḍi wasta’marakum fīhā fastagfirụhu ṡumma tụbū ilaīh, inna rabbī qarībum mujīb

61. Dan kepada Tsamud (Kami utus) saudara mereka Shaleh. Shaleh berkata: “Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada bagimu Tuhan selain Dia. Dia telah menciptakan kamu dari bumi (tanah) dan menjadikan kamu pemakmurnya, karena itu mohonlah ampunan-Nya, kemudian bertobatlah kepada-Nya, Sesungguhnya Tuhanku amat dekat (rahmat-Nya) lagi memperkenankan (doa hamba-Nya)”.

Situs besejarah di Madain Saleh yang terbuka untuk turis di Arab Saudi - (BBC)
 

قَالُوا۟ يَٰصَٰلِحُ قَدْ كُنتَ فِينَا مَرْجُوًّا قَبْلَ هَٰذَآ ۖ أَتَنْهَىٰنَآ أَن نَّعْبُدَ مَا يَعْبُدُ ءَابَآؤُنَا وَإِنَّنَا لَفِى شَكٍّ مِّمَّا تَدْعُونَآ إِلَيْهِ مُرِيبٍ

qālụ yā ṣāliḥu qad kunta fīnā marjuwwang qabla hāżā a tan-hānā an na’buda mā ya’budu ābā`unā wa innanā lafī syakkim mimmā tad’ụnā ilaihi murīb

62. Kaum Tsamud berkata: “Hai Shaleh, sesungguhnya kamu sebelum ini adalah seorang di antara kami yang kami harapkan, apakah kamu melarang kami untuk menyembah apa yang disembah oleh bapak-bapak kami? dan sesungguhnya kami betul-betul dalam keraguan yang menggelisahkan terhadap agama yang kamu serukan kepada kami”.

قَالَ يَٰقَوْمِ أَرَءَيْتُمْ إِن كُنتُ عَلَىٰ بَيِّنَةٍ مِّن رَّبِّى وَءَاتَىٰنِى مِنْهُ رَحْمَةةً فَمَن يَنصُرُنِى مِنَ ٱللَّهِ إِنْ عَصَيْتُهُۥ ۖ فَمَا تَزِيدُونَننِى غَيْرَ تَخْسِيرٍ

qāla yā qaumi a ra`aitum ing kuntu ‘alā bayyinatim mir rabbī, wa ātānī min-hu raḥmatan fa may yanṣurunī minallāhi in ‘aṣaituh, fa mā tazīdụnanī gaira takhsīr

63. Shaleh berkata: “Hai kaumku, bagaimana pikiranmu jika aku mempunyai bukti yang nyata dari Tuhanku dan diberi-Nya aku rahmat (kenabian) dari-Nya, maka siapakah yang akan menolong aku dari (azab) Allah jika aku mendurhakai-Nya. Sebab itu kamu tidak menambah apapun kepadaku selain daripada kerugian.

Berkali-kali sang nabi mengajak mereka menyembah Allah, tapi tetap ditolak. Hingga suatu ketika, mereka mengaku bersedia mengikuti dakwah Nabi Shalih asalkan permintaa mereka dikabulkan, yaitu diberikan unta yang keluar dari bukit batu di sana.

Nabi Shalih menyanggupi, dengan syarat, mereka harus meninggalkan budaya menyembah berhala. Semuanya menyembah hanya Allah, Tuhan yang sesungguhnya. Kemudian mereka tidak boleh membunuh unta ajaib tersebut. Jika unta itu dibunuh, maka Allah akan menurunkan azab yang sangat pedih.

Baca Juga


Kaum Tsamud mengiyakan syarat Nabi Shalih. Kemudian di Surah yang sama, Allah berfirman mengabulkan permintaan Kaum Tsamud,

وَيَٰقَوْمِ هَٰذِهِۦ نَاقَةُ ٱللَّهِ لَكُمْ ءَايَةً فَذَرُوهَا تَأْكُلْ فِىٓ أَرْضِ ٱللَّهِ وَلَا تَمَسُّوهَا بِسُوٓءٍ فَيَأْخُذَكُمْ عَذَابٌ قَرِيبٌ

wa yā qaumi hāżihī nāqatullāhi lakum āyatan fa żarụhā ta`kul fī arḍillāhi wa lā tamassụhā bisū`in fa ya`khużakum ‘ażābung qarīb

64. Hai kaumku, inilah unta betina dari Allah, sebagai mukjizat (yang menunjukkan kebenaran) untukmu, sebab itu biarkanlah dia makan di bumi Allah, dan janganlah kamu mengganggunya dengan gangguan apapun yang akan menyebabkan kamu ditimpa azab yang dekat”.

Sejak unta itu memberikan jutaan manfaat kepada Kaum Tsamud, banyak orang berduyun-duyun mengikuti dakwah Nabi Shalih. Mereka mengikuti dan mengamalkan seruan nabi Shalih untuk mengimani tauhid dan meninggalkan budaya menyembah berhala.

Permufakatan jahat dan siapa yang terlibat di dalamnya

Transformasi masyarakat yang menjadi tauhidi ini ternyata tak disukai sekelompok orang. Ibnu Jarir at-Thabari dan al Alusi menjelaskan, di kalangan Kaum Tsamud ada dua orang wanita.

 

Pertama bernama Shaduq. Dia adalah wanita terhormat dan kaya, bekas istri lelaki suku Aslam. Setelah bercerai, Shaduq dinikahi Mashra bin Mahraj. Lelaki inilah yang sangat berambisi membunuh unta Nabi Shalih.

Kedua adalah wanita bernama Aniza, si nenek kafir, istri Dzu’ab bin Amr, pembesar Kaum Tsamud. Dia punya empat orang anak perempuan. Keempat putrinya ditawarkan menjadi istri Qadar bin Salif, lelaki yang sama dengan Mashra bin Mahraj, sangat bernafsu menghabisi unta ajaib.

Ternyata tak hanya berdua, mereka juga mendapatkan dukungan tujuh orang lainnya yang memiliki pendapat dan ambisi yang sama. Jumlah mereka yang sembilan orang diabadikan Allah dalam Surah an Naml ayat 48,

وَكَانَ فِى ٱلْمَدِينَةِ تِسْعَةُ رَهْطٍ يُفْسِدُونَ فِى ٱلْأَرْضِ وَلَا يُصْلِحُونَ

wa kāna fil-madīnati tis’atu rahṭiy yufsidụna fil-arḍi wa lā yuṣliḥụn

48. Dan adalah di kota itu sembilan orang laki-laki yang membuat kerusakan di muka bumi, dan mereka tidak berbuat kebaikan.

Mereka juga mendapatkan dukungan dari suku lain. Semuanya menentukan waktu yang tepat untuk membunuh unta tersebut. Kemudian pada suatu malam untuk menjemput azab Allah. Begitu menyaksikan unta Nabi Shalih, salah seorang membidikkan anak panah, kemudian melesatkannya sehingga melukai tulang betis si unta.

Madain Saleh - (Alarabiya)

 

Qadar bin Salif mengayunkan pedang sehingga melukai si unta. Binatang anugerah Allah itu terjatuh tak mampu berdiri. Sementara itu kaum hawa penuh bahagia menyaksikan unta pemberian Allah itu akan mati.

Sebelum dihabisi, unta tersebut diperah susunya sebanyak mungkin. Si unta melenguh keras memberikan sinyal kepada anak unta untuk melarikan diri. lalu unta yang diperah susunya tadi benar-benar dibunuh.

Si anak unta berlari ke atas bukit melenguh keras sebanyak tiga kali. Nabi Shalih terkejut mendengar suara itu. Dia kemudian memberitahukan kaumnya yang setia, bahwa hanya ada waktu tiga hari untuk menyelamatkan diri. Setelah itu azab Allah akan datang dengan sangat pedih menghabisi para pengingkar firman-Nya.

Benar saja, setelah tiga hari berlalu, di hari keempat, matahari tiba-tiba terasa sangat panas seperti tepat di atas kepala mereka. Kaum Tsamud dibiarkan terpanggang meski menjerit sekeras-kerasnya. Kemudian diakhir mereka dihabisi dengan gelegar halilintar memekak telinga hingga membuat mereka tercerai berai tak bernyawa.

Kisah tentang Nabi Shalih memberikan pelajaran kepada semua orang, bahwa Allah sangat menyayangi ciptaan-Nya. Namun kasih sayang itu jangan pernah dibalas dengan pengingkaran, karena sesungguhnya azab Allah sangatlah nyata.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler