DeepSeek Diblokir di Italia, Khawatir Data Pengguna Dimanfaatkan Intelijen China

DeepSeek menjadi aplikasi gratis paling banyak diunduh di AS dan Inggris.

AP Photo/Jon Elswick
Logo aplikasi DeepSeek terlihat di iPhone Senin, 27 Januari 2025, di Washington.
Rep: Gumanti Awaliyah Red: Qommarria Rostanti

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Platform kecerdasan buatan (AI) asal China, Deep Seek, tidak lagi tersedia untuk diunduh di beberapa toko aplikasi di Italia sejak Rabu (29/1/2025). Hal ini dipicu oleh kekhawatiran yang meningkat dari pemerintah Italia terkait pengelolaan data pribadi pengguna yang berpotensi dimanfaatkan oleh intelijen China.

Baca Juga


Otoritas perlindungan data pribadi Italia, yang dikenal sebagai Garante, meminta DeepSeek dan afiliasinya memberikan informasi terkait jenis data yang dikumpulkan, sumber, tujuan penggunaan, dasar hukum, serta apakah data disimpan di China. Seiring dengan hal itu, pemerintah Italia juga memblokir akses DeepSeek di negara tersebut.

“Kantor kami akan meluncurkan penyelidikan mendalam untuk melihat apakah aturan GDPR (peraturan perlindungan data Uni Eropa) dipatuhi,” kata kepala regulator data Italia, Pasquale Stanzione, seperti dilansir The Guardian, Jumat (31/1/2025).

DeepSeek tidak tersedia di Google Play Store, meskipun masih dapat diakses di Apple App Store oleh beberapa pengguna di Italia. Apple dan Google Play belum memberikan pernyataan resmi mengenai hal ini.

DeepSeek dirilis pada pekan lalu dan langsung menjadi aplikasi gratis yang paling banyak diunduh di App Store di Amerika Serikat dan Inggris. Peluncuran ini juga telah mengguncang pasar teknologi, menyebabkan penurunan hampir 1 triliun dolar AS pada nilai saham di indeks teknologi utama AS.

Berbeda dengan Italia, pemerintah Inggris memberikan kebebasan kepada masyarakat yang ingin menggunakan DeepSeek. Namun pemerintah masih tetap memantau potensi ancaman keamanan nasional dan akan mengambil tindakan jika diperlukan.

Dalam kebijakan pribadinya, DeeSeek menyatakan bahwa data pengguna disimpan di server yang aman yang berlokasi di Republik Rakyat China. Perusahaan menyebut data digunakan untuk memenuhi kewajiban hukum, kepentingan publik, atau untuk melindungi kepentingan vital pengguna dan masyarakat luas.

Namun di bawah UU Intelijen Nasional China disebutkan bahwa semua perusahaan, organisasi, dan warga negara harus mendukung, membantu, dan bekerja sama dengan upaya intelijen nasional.

Sementara itu, Open AI yang memiliki ChatGPT sedang menyelidiki dugaan bahwa DeepSeek telah melakukan distilasi secara tidak sah terhadap model AI mereka. Distilasi merupakan teknik untuk menyederhanakan model AI besar menjadi versi lebih kecil dan cepat.

“Kami tahu bahwa beberapa pihak di China secara aktif berupaya meniru model AI canggih dari AS dengan berbagai metode, termasuk distilasi. Kami mengambil tindakan pencegahan yang agresif dan proaktif untuk melindungi teknologi kami dan akan terus bekerja sama dengan pemerintah AS untuk melindungi model-model paling canggih yang sedang dibangun di sini,” kata OpenAI.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler