Saat Orang Modern Trauma Ketika Bertanya tentang Agama

Orang-orang modern masih perlu diyakinkan dengan jawaban logis.

ANTARA/Indrianto Eko Suwarso
Pegawai beristirahat makan siang di salah satu kantor di Jakarta, Senin (14/6/2021).
Rep: Muhyiddin Red: A.Syalaby Ichsan

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Penulis buku Pertanyaan-Pertanyaan untuk Tuhan, Qaris Tajudin mengungkapkan pentingnya jawaban yang logis soal agama untuk orang modern. Menurut dia, masyarakat modern tidak cukup jika hanya disuguhkan dengan dalil-dalil agama seperti di pengajian-pengajian pada umumnya. 

Baca Juga


Qaris mengungkapkan, dia menulis buku Pertanyaan-Pertanyaan untuk Tuhan lantaran banyak temannya yang takut bertanya kepada ustadz atau pemuka agama. Menurut dia, mereka juga menganggap jawaban ustadz sekarang ini masih belum memuaskan. 

"Karena cara berpikir orang modern kan agak beda, terutama untuk orang-orang yang yang belum terlalu mengenal Islam," ujar direktur Tempo Institute ini kepada Republika usai menggelar diskusi bertema "Arti Agama untuk Orang Modern" di Jakarta Selatan, Sabtu (1/2/2025). 

Qaris menjelaskan, orang yang sudah sering mengikuti pengajian biasanya dikasih ayat atau hadis langsung bisa menerima. Namun, orang-orang modern masih perlu diyakinkan dengan jawaban-jawaban yang logis. 

"Kalau teman-teman yang ini kan nggak begitu. Mereka kan perlu diyakinkan dengan cara yang berbeda. Cara yang berbeda itu apa? Yaitu Bagaimana kita bisa menjawab mereka dengan jawaban-jawaban yang lebih logis," ucap Qaris. 

 

 

Dia mencontohkan, pembahasan tentang sholat. Bagi orang Islam yang taat, menurut dia, maka pembahasan tentang bab sholat dapat diterima begitu saja. Tapi, bagi orang modern yang belum banyak mengetahui tentang agama pasti akan mempertanyakan lagi. 

"Mereka pasti akan bertanya, Oke ada ayatnya, ada hadisnya, terus kenapa? Kenapa Tuhan mewajibkan itu? Nah, terus ada pertanyaan-pertanyaan yang lain," kata Qaris. 

Dalam acara diskusi tersebut, ada peserta yang trauma ketika bertanya kepada ustadz tentang masalah agama. Karena, ketika banyak bertanya, ia selalu diancam dengan dosa. 

"Mereka ada trauma itu, karena selalu dibilang, 'udah gak usah nanya nanti dosa kamu'," jelas Qaris. 

Dia mengatakan, model ustadz yang memberikan jawaban seperti kemungkinan disebabkan beberapa hal. Diantaranya, karena ketika di pesantren mereka tidak terbiasa dengan tanya-jawab yang kritis, tapi manut saja terhadap apa yang disampaikan kiainya. 

"Sehingga ketika mereka di dunia nyata mendapatkan pertanyaan seperti itu, belum siap untuk menjawab. Dianggap pertanyaan itu sebagai hujatan. Padahal, mereka memang polos gitu kan," kata Qaris. 

Lalu apa kebutuhan orang modern sebenarnya? 

Menurut Qaris, kebutuhan orang modern terhadap agama yang belum dapat dipenuhi oleh kebanyakan pemuka agama, yaitu kebutuhan spiritual. Sementara, yang kerap diulas dai atau pemuka agama saat ini hanya tentang tata caranya saja.

Seperti tentang bab sholat tadi, menurut dia, kebanyakan para pemuka agama hanya mengulas masalah fikihnya saja."Hal-hal itu saja yang banyak dibahas, tapi sangat jarang menjelaskan bagaimana meletakkan hati ketika sholat. Nah, itu yang akhirnya orang-orang modern nggak dapat apa yang dicari," kata Qaris.

"Jadi dai-dai di perkotaan terutama, itu harus menyentuh sisi spiritualnya, itu karena masyarakat kota memang haus spiritual," jelas dia. 

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler