Ketika Rasulullah Memilih Madinah daripada Kampung Halamannya

Orang-orang Anshar menangis haru begitu mendengar perkataan Nabi SAW.

Antara/Saptono
ILUSTRASI Seorang jamaah berdoa di dekat Kubah Hijau, yang di bawahnya terdapat makam Nabi Muhammad SAW di Madinah, Arab Saudi.
Red: Hasanul Rizqa

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Perang Hunain baru saja usai. Inilah pertempuran yang pecah hanya sekira dua pekan sejak Pembebasan Makkah (Fath Makkah). Pasukan Muslimin tidak hanya terdiri atas kaum Anshar dan Muhajirin yang membersamai Nabi Muhammad SAW sejak dari Madinah, melainkan juga orang-orang Quraisy Makkah yang baru saja memeluk Islam.

Baca Juga


Kemenangan yang gemilang berhasil diraih pasukan Muslimin atas izin Allah SWT. Umat memperoleh harta rampasan perang (ghanimah) dan tawanan yang terbilang banyak.

Rampasan perang ini termasuk 24 ribu ekor unta, 40 ribu kambing, serta 4000 waqih perak (1 waqih = 213 gram perak). Itu belum termasuk enam ribu orang tawanan.

Hunain juga menunjukkan kemurahan hati kaum Muslimin, yang memperlakukan tawanan dengan baik. Bahkan, sebanyak 600 orang di antaranya dibebaskan secara cuma-cuma. Sisa tawanan ditahan dalam rumah-rumah khusus hingga berakhirnya Pengepungan Thaif.

Dalam mengelola ghanimah, Nabi Muhammad SAW memberikan rampasan perang itu kepada orang-orang Quraisy yang baru saja memeluk Islam. Dahulu, yakni sebelum Fath Makkah, mereka tergolong kelompok yang kerap memusuhi dakwah Rasulullah.

Sejak masuk Islam, mereka ini---yang di dalamnya termasuk sejumlah tokoh besar Quraisy--pun berstatus mualaf. Kebaikan Rasulullah SAW pada kaum mualaf itu menunjukkan kebesaran Islam.

Bagaimanapun, di sisi lain, ada penafsiran yang berbeda. Kebaikan Nabi SAW diam-diam menjadi pembicaraan di kalangan Ansar.

 

 

Golongan penduduk asli Madinah itu mengira, Rasulullah SAW pasca-Fath Makkah telah berpihak kepada orang-orang Quraisy. Mungkin maklumlah, mereka toh adalah orang-orang dari kampung halaman beliau sendiri.

Akhirnya, "kegelisahan" ini sampai pada telinga Nabi SAW. Melalui Sa'ad bin Ubadah, Rasulullah SAW lantas meminta mereka untuk berkumpul di sebuah lembah yang agak jauh dari perbatasan Makkah.

Setelah mengumpulkan kaum Anshar semua di sana, Nabi SAW pun berkata kepada mereka.

"Saudara-saudara Ansar,'' kata Nabi kemudian. ''Ada desas-desus yang disampaikan kepadaku, yang merupakan perasaan yang timbul dalam hati kalian terhadapku. Bukankah kalian dahulu dalam kesesatan ketika aku datang, lalu Allah membimbing kalian? Kalian dalam kesengsaraan, lalu Allah memberikan kecukupan kepada kalian, dan ketika kalian dalam memusuhi satu sama lain, Allah kemudian mempersatukan kalian?"

 

Mendengar itu, orang-orang Ansar hanya menekur.

 

Rasulullah berkata lagi, "Kalau kalian mau--dan tentu kalian benar dan dapat dibenarkan bila melakukannya---maka kalian dapat mengatakan, 'Engkau (Muhammad) dahulu datang kepada kami ketika engkau didustakan orang-orangmu, maka kami-lah yang mempercayaimu. Ketika kau ditinggalkan orang-orang kampungmu, kamilah yang menolongmu. Ketika kau diusir, kamilah yang memberikanmu tempat.'"

Beliau meneruskan perkataannya, "Saudara-saudara Ansar, bilakah kalian marah hanya karena sekelumit harta duniawi yang kuberikan kepada orang-orang yang perlu dilunakkan hatinya itu (mualaf Quraisy)? Padahal, keislaman dan keimanan kalian sudah mantap, sudah dapat dipercaya.

Tidakkah engkau rela, wahai saudara-saudara Ansar, bila orang-orang itu pulang ke kota mereka dengan membawa kambing dan unta, sedangkan kalian pulang membawa Rasulullah?"

Mendengar ucapan itu, meledaklah tangis haru seluruh kaum Ansar. Mereka begitu bahagia mendengar perkataan Nabi SAW, yang bermakna jelas: beliau akan kembali ke Madinah.

"Sungguh, kami lebih senang mereka pulang dengan seluruh harta duniawi, sedangkan engkau pulang bersama kami, ya Rasulullah!" seru mereka.

Demikianlah, Nabi Muhammad SAW kembali bersama kaum Anshar dan Muhajirin ke Madinah. Bahkan, Allah Ta'ala juga menakdirkan bahwa sang Khatam al-anbiya wafat di sana.

Infografis sejarah Perang Badar - (Republika)

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler