Sadar Israel akan Khianati Gencatan Senjata, Begini Sikap Tegas Hamas
Israel dinilai enggan untuk berkomitmen pada gencatan senjata yang langgeng.
REPUBLIKA.CO.ID, BEIRUT — Tencamnya keberlanjutan gencatan senjata diakui pimpinan gerakan perlawanan Palestina, Hamas.
Pejabat Hamas mengatakan, Israel secara aktif bekerja untuk menggagalkan kesepakatan gencatan senjata, seorang pejabat senior Palestina mengatakan kepada Al Mayadeen pada Senin (10/2/2025).
Pejabat tersebut menyatakan bahwa pernyataan Israel mengenai fase kedua dari kesepakatan tersebut menandakan keengganan untuk berkomitmen pada gencatan senjata yang langgeng.
Selain itu, Hamas, menurut pejabat tersebut, melihat Israel sangat bergantung pada keputusan sembrono Presiden AS Donald J Trump untuk membenarkan kebijakan dan tindakannya pada tahap berikutnya.
Hamas mengatakan bahwa jika Israel tidak mematuhi fase kedua dari perjanjian tersebut, maka penjajah akan membayar harga yang mahal, demikian pejabat Palestina itu menggarisbawahi.
Media Israel pada Ahad (9/2/2025) waktu setempat, mengungkapkan bahwa Perdana Menteri Benjamin Netanyahu sengaja menghalangi negosiasi gencatan senjata yang sedang berlangsung dengan Hamas. Pimpinan Partai Likud tersebut bertujuan untuk menggagalkan kesepakatan sebelum sampai tahap berikutnya.
Laporan media menunjukkan, delegasi Israel yang dikirim ke Qatar tidak memiliki kewenangan untuk mengambil keputusan. Hal tersebut menandakan keengganan Netanyahu untuk melanjutkan kesepakatan yang akan mengamankan pembebasan lebih banyak tahanan Palestina dan gencatan senjata permanen di Gaza.
Haaretz mengutip sumber yang menyatakan bahwa kehadiran delegasi di Doha hanya untuk pamer."Netanyahu mengisyaratkan dengan jelas bahwa dia tidak ingin melanjutkan ke tahap berikutnya," kata salah satu sumber, seraya menambahkan bahwa dia memandang gencatan senjata tersebut merusak posisi politiknya.
Laporan tersebut menunjukkan, Netanyahu lebih peduli untuk menenangkan faksi sayap kanan Israel daripada mengamankan kebebasan tawanan Israel. "Para pemilih sayap kanan melihat di lapangan bahwa kami belum mengalahkan Hamas dan para operatornya terus berjalan dengan senjata," sumber tersebut menjelaskan, merujuk pada bagaimana eksistensi Hamas saat acara pembebasan tawanan yang diselenggarakan di Gaza yang mengejek klaim Netanyahu tentang kemenangan total.