Setiap Tahun Ramadhan Kian Seru, Habib Husein Jafar: Puasa Jadikan Kita Semakin Bijaksana

Saat Ramadhan, Habib Husein Jafar bersyukur tak ada lagi razia warung makan.

Republika/Thoudy Badai
Habib Husein Jafar Al Hadar.
Rep: Muhyiddin Red: Erdy Nasrul

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pendakwah milenial, Habib Husein Ja'far Al Hadar bersyukur sejak Ramadhan tahun lalu tidak marak lagi razia warung makan yang buka saat puasa Ramadhan. Justru, menurut dia, pada tahun lalu muncul fenomena war takjil, yaitu pertarungan untuk mendapatkan takjil yang dilakukan muslim dan non-muslim sebagai simbol toleransi.

Baca Juga


"Pertama, saya bersyukur karena sejak tahun lalu yang populer adalah war takjil sebagai simbol toleransi antara umat beragama di bulan Ramadhan. Tidak lagi yang populer tentang razia restoran," ujar Habib Ja'far usai mengisi kajian bertema Glow Up Qalbu! Membangun Kebiasaan Positif Selama Ramadan yang digelar Muslim Pro di Masjid Agung Sunda Kelapa, Jakarta Pusat, Ahad (16/2/2025).

Dia menjelaskan, di bulan Ramadhan tidak semua orang diwajibkan berpuasa, seperti anak-anak, orang tidak berakal, orang sakit, wanita haid, wanita nifas, wanita hamil, wanita menyusui dan lain sebagainya.

Karena tidak diwajibkan berpuasa, mereka pun tentu berharap warung makan tetap buka saat bulan Ramadhan.

"Bahkan diwajibkan untuk tidak berpuasa beberapa dari mereka. Yang artinya mereka tetap butuh akses terhadap restoran dan lain-lainnya," ucap Habib Ja'far.

Menurut Habib Ja'far, orang yang berpuasa sebenarnya tidak butuh untuk dihormati orang lain. Karena, pada dasarnya Allah telah memuliakan orang yang berpuasa.

Menurut dia, Nabi Muhammad juga pernah dihina oleh orang-orang kafir yang ada di sekitarnya, tapi tidak membuat Nabi Muhammad menjadi hina karena Allah yang telah memuliakan beliau sebagai seorang Nabi dan Rasul.

"Maka dengan berpuasa kita sudah menjadi terhormat karena Allah yang menghormati kita, sehingga kita tidak butuh dihormati oleh orang lain," kata dia.

 

Sependek yang ia ketahui, tradisi Islam juha mengajarkan kepada umatnya menghormati orang yang tidak berpuasa, bukan menghormati orang yang berpuasa.

"Karena misalnya, kalau kita lagi puasa sunnah, kemudian kita bertemu kepada satu orang dan orang itu menyuguhkan makanan yang kalau kita tidak makan karena puasa, orang itu jadi kurang berkenan, jadi tersinggung," jelas Habib Ja'far.

Maka, tambah dia, sudah sepatutnya orang yang berpuasa sunnah itu membatalkan puasanya untuk menghormati orang yang tidak berpuasa.

"Jadi tradisi dan ajaran kita itu ajaran yang menghormati orang yang tidak berpuasa. Bukan sebaliknya, karena yang berpuasa itu sudah terhormat. Dan yang berpuasa yang seharusnya lebih dewasa dalam menghormati dan menghargai orang yang masih belum berpuasa," ucap Habib Ja'far.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Berita Terpopuler