Dari Sabar Itu Indah Menuju Sabar yang Indah

Mendaki pendidikan irfani

retizen /Edu Sufistik
.
Rep: Edu Sufistik Red: Retizen

Oleh: Muhammad Syafi’ie el-Bantanie


(Founder Edu Sufistik)

Saya selalu terkesan setiap kali membaca surat Yusuf. Surat ini termasuk yang sering saya hayati dan renungi pesan dan maknanya. Sangat menginspirasi dan mencerahkan. Kali ini saya ingin mengupas ayat 18 dan 83 surat Yusuf. (Silakan buka Al-Qur’an dan terjemahnya terlebih dahulu agar bisa mengikuti pembahasannya).

Pada ayat 18 berkisah tentang saudara-saudara Yusuf yang merancang berita bohong bahwa Yusuf tewas diterkam serigala. Untuk menguatkan berita itu, mereka membawa baju Yusuf yang dilumuri darah palsu. Saudara-saudara Yusuf menyampaikan berita bohong itu kepada ayah mereka, Nabi Yaqub ‘alaihissalam. Mendengar cerita anak-anaknya, Nabi Yaqub berujar penuh makna, fashabrun jamiilun ((فصبر جميل.

Kemudian, pada ayat 83 berkisah tentang berita yang dibawa oleh saudara-saudara Yusuf kepada ayah mereka tentang Bunyamin, adik Yusuf. Atas skenario Nabi Yusuf, yang ketika itu sudah menjadi Raja Mesir, Bunyamin ditangkap prajurit kerajaan agar Nabi Yusuf bisa memperkenalkan dirinya kepada adiknya itu. Namun, saudara-saudara Yusuf tidak menyadari skenario itu. Mereka menyampaikan berita penangkapan itu kepada ayah mereka. Ketika Nabi Yaqub mendengar berita itu, beliau kembali berujar dengan kalimat yang sama, fashabrun jamiilun (فصبر جميل).

Saya ingin membahas jawaban Nabi Yaqub yang sangat inspiring. Pelajaran mahal bagi kita tentang kesabaran. Pertanyaannya apa perbedaan makna dari redaksi fashabrun jamiilun pada ayat 18 dan 83? Dalam kajian Ulum Al-Qur’an, pengulangan ayat atau redaksi dalam Al-Qur’an pasti memiliki tujuan dan makna. Tidak mungkin pengulangan biasa.

Persoalannya, memang sulit kita menangkap makna itu jika hanya membaca terjemah Al-Qur’an. Karena itu, kita coba meninjaunya dari sisi gramatika Bahasa Arab. Redaksi فصبر جميل, secara analisis gramatika Bahasa Arab, bisa dii’rab dengan dua skema. Skema pertama, فصبر جميل adalah susunan mubtada-khabar.

Mubtada adalah isim marfu’ yang letaknya diawal kalimat. Sementara, khabar adalah isim marfu’ yang menerangkan mubtadanya, sehingga maknanya menjadi sempurna dan bisa dipahami. Susunan mubtada dan khabar membentuk pola jumlah ismiyah. Karena agak sulit mencari padanannya dalam Bahasa Indonesia, kita sebut saja dengan subjek dan predikat yang lebih mendekati. Dengan demikian, karena susunan mubtada-khabar, diterjemahkan dengan sabar itu indah.

Skema kedua, فصبر جميل adalah susunan na’at-man’ut. Susunan ini relatif lebih mudah dicari padanannya dalam Bahasa Indonesia, yaitu sifat dan yang disifati. Na’at adalah isim yang menyifati man’ut-nya dan letaknya setelah yang disifati (man’ut). Sementara, man’ut adalah isim yang disifati oleh na’at. Dengan demikian, karena susunan na’at-man’ut, diterjemahkan dengan sabar yang indah.

Jika kita cermati latar belakang kisahnya, maka redaksi فصبر جميل pada ayat 18 lebih pas dimaknai dalam susunan mubtada-khabar. Dengan demikian, ayat ini seolah berpesan seseorang yang diuji Allah dengan sebuah musibah, maka modal terbaiknya adalah bersabar. Boleh jadi pada awalnya, dia belum bisa memahami dan merasakan bahwa sabar itu indah. Namun, pada akhirnya dia akan memahami dan merasakan bahwa sabar itu betul-betul indah. Inilah sabar yang berproses.

Sementara, redaksi فصبر جميل pada ayat 83 lebih pas dimaknai dalam susunan na’at man’ut. Pada ayat ini Nabi Yaqub kembali memperoleh berita tentang kehilangan anaknya yang lain, yaitu Bunyamin setelah puluhan tahun sebelumnya kehilangan Yusuf. Kita tidak meragukan betapa hebatnya kesabaran Nabi Yaqub yang kehilangan Yusuf selama puluhan tahun. Dan, kemudian harus kehilangan Bunyamin. Maka, redaksi فصبر جميل pada ayat 83 lebih pas dimaknai sabar yang indah. Inilah sabar yang menjadi. Sabar yang telah terinternalisasi menjadi sifat yang melekat pada diri pribadi.

Tentu saja jika dinisbatkan kepada Nabi Yaqub, maka sedari awal redaksi فصبر جميل pada ayat 18 sudah dimaknai dalam susunan na’at-man’ut. Artinya, kesabaran Nabi Yaqub sedari awal adalah sabar yang indah. Sabar yang sudah melekat pada diri setiap nabi dan rasul yang mulia.

Namun demikian, dalam konteks Al-Qur’an sebagai mauizhah (pelajaran bernilai) bagi orang-orang beriman, maka redaksi فصبر جميل pada ayat 18 dimaknai dalam susunan mubtada-khabar, sementara pada ayat 83 dimaknai dalam susunan na’at-man’ut. Artinya, seseorang boleh jadi dalam beberapa kali menghadapi musibah, sikap sabarnya adalah sabar yang berproses. Sabar yang belum menjadi sifat melekat. Ibarat batu yang dilemparkan ke sungai, menghasilkan dentuman dulu, riak-riak air, dan baru kemudian tenang kembali.

Akan tetapi, ketika sudah terlatih untuk kesekian kalinya menghadapi musibah atau ujian, maka sabarnya berubah dari sabar yang berproses menuju sabar yang menjadi. Sabar yang telah terinternalisasi menjadi sifat yang melekat pada diri pribadi. Dari sabar mubtada khabar menjadi sabar na’at-man’ut.

Itulah kenapa jika kita mencermati terjemahan Al-Qur’an, pada ayat 18 فصبر جميل diterjemahkan, “Maka hanya bersabar itulah yang terbaik/terindah (bagiku).” Inilah sabar mubtada-khabar. Seolah Nabi Yaqub ingin mewakili perasaan kita semua saat diuji dengan musibah. Maqam orang yang perlu belajar dan berproses untuk menjadi sabar, meski sebenarnya Nabi Yaqub berada di maqam sabar yang indah.

Sementara, pada ayat 83 فصبر جميل diterjemahkan, “(Kesabaranku) adalah kesabaran yang indah.” Inilah sabar na’at-man’ut. Seolah Nabi Yaqub ingin mengabarkan kepada kita bahwa ketika terus belajar dan berproses menjadi sabar, maka pada akhirnya sabar akan benar-benar menjadi sifat yang melekat pada diri kita. Dan, kita mengetahui pada ayat-ayat selanjutnya, Allah mempertemukan kembali Nabi Yaqub dengan kedua anaknya, Yusuf dan Bunyamin. Inilah buah kesabaran Nabi Yaqub. Sekaligus menjadi pelajaran indah bagi kita semua. Wallaahu a’lam

sumber : https://retizen.id/posts/510094/dari-sabar-itu-indah-menuju-sabar-yang-indah
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Disclaimer: Retizen bermakna Republika Netizen. Retizen adalah wadah bagi pembaca Republika.co.id untuk berkumpul dan berbagi informasi mengenai beragam hal. Republika melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda baik dalam dalam bentuk video, tulisan, maupun foto. Video, tulisan, dan foto yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim. Silakan kirimkan video, tulisan dan foto ke retizen@rol.republika.co.id.
Berita Terpopuler