Laporan Investigasi: Militer Israel Aku Kegagalan, Remehkan Kemampuan Hamas

Militer Israel gagal dalam misinya untuk melindungi warga sipil

AP Photo/Majdi Mohammed
Tentara Israel berjalan di depan warga Palestina yang mengungsi akibat operasi militer Israel dari kamp pengungsi Jenin di Tepi Barat, Kamis, 23 Januari 2025.
Red: Teguh Firmansyah

REPUBLIKA.CO.ID, TEL AVIV -- Militer Israel mengakui 'kegagalan total' mereka untuk mencegah serangan Hamas pada 7 Oktober. Otoritas Zionis mengakui bahwa selama bertahun-tahun mereka telah meremehkan kemampuan kelompok Palestina tersebut.

Baca Juga


Seperti dilansir laman Aljazirah, ringkasan investigasi militer Israel, yang diterbitkan pada Kamis, mengatakan bahwa militer Israel gagal dalam misinya untuk melindungi warga sipil Israel.

“Tanggal 7 Oktober adalah kegagalan total, IDF (militer) gagal dalam memenuhi misinya untuk melindungi warga sipil Israel,” kata seorang pejabat senior militer Israel kepada wartawan setelah penyelidikan tersebut dipublikasikan.

“Terlalu banyak warga sipil yang tewas hari itu sambil bertanya dalam hati atau dengan lantang, di mana IDF?” kata pejabat tersebut, yang berbicara dengan syarat anonim.

Penyelidikan tersebut mengatakan persepsi bahwa Hamas tidak tertarik pada konflik skala penuh dan bahwa Israel akan memiliki peringatan cukup jika terjadi serangan telah  mengakibatkan kurangnya kesiapan dan kemampuan untuk menanggapi serangan.

Penyelidikan tersebut juga menemukan bahwa Israel telah memfokuskan upaya intelijen dan militernya pada bidang lain, seperti Hizbullah di Lebanon, dan terlalu bergantung pada tindakan defensif saja.

Sejak operasi mematikan yang menewaskan sekitar 1.139 orang di Israel dan memicu perang di Gaza yang telah membunuh lebih dari 48.000 warga Palestina, pertanyaan telah diajukan kepada pemerintahan Netanyahu dan militer atas penanganan terhadap serangan tersebut.

Selama serangan itu, lebih dari 200 orang juga ditawan. Seruan agar Benjamin Netanyahu mengundurkan diri pun meluas. Insiden itu telah mengakibatkan pengunduran diri kepala mata-mata Israel Aharon Haliva pada tahun 2024.

Pada Januari, jenderal tertinggi Israel Herzi Halevi juga mengundurkan diri, dengan alasan kegagalan keamanan dan intelijen yang 'mengerikan' sehingga menyebabkan serangan itu.

Komando selatan tentara Yaron Finkelman juga mengundurkan diri. "Saya menerimanya, tanggung jawab itu milik saya, saya adalah komandan tentara pada tanggal 7 Oktober, saya memikul tanggung jawab saya sendiri, dan saya juga memikul tanggung jawab penuh atas kalian semua. Dan saya mengakui bahwa setiap bawahan saya yang melakukan kesalahan, adalah bagian dari [kesalahan] saya sendiri," kata Halevi.

Penyelidikan menyimpulkan bahwa serangan Hamas terjadi dalam tiga gelombang dan, pada puncaknya, lebih dari 5.000 pejuang dan warga sipil memasuki Israel.

Laporan tersebut mengatakan pada gelombang pertama, lebih dari 1.000 pejuang Nukhba, pasukan elit Hamas, 'menyusup' ke Israel di bawah perlindungan tembakan gencar. Mereka dikatakan bertanggung jawab atas penghancuran sistem komunikasi militer Israel dan pusat komando dan kendalinya, yang menciptakan kekacauan saat tentara berjuang untuk mendapatkan kembali kendali.

Gelombang kedua, menurut penyelidikan, melibatkan sekitar 2.000 pejuang. Sementara gelombang ketiga melibatkan ratusan orang lagi yang bergabung dalam serangan tersebut, bersama dengan beberapa ribu warga sipil.

Namun Hamas menegaskan bahwa hanya beberapa ratus pejuangnya yang melakukan serangan itu.

Israel tembaki warga sendiri

Investigasi sebelumnya yang dilakukan oleh media Israel Haaretz menemukan bahwa militer Israel sendiri mungkin telah menembaki dan membunuh warga sipil Israel selama serangan Hamas, dalam upaya untuk mencegah pejuang Palestina menyandera.

Menanggapi rilis penyelidikan tersebut, pemimpin oposisi Yair Lapid kembali menyerukan agar Netanyahu membentuk komisi resmi untuk menyelidiki serangan tersebut.

“Tentara menunjukkan keberanian dan integritas, dan sedang menyelidiki dirinya sendiri tanpa ada upaya untuk menutupi atau menghindari tanggung jawabnya,” tulis Lapid di X. “Sudah waktunya bagi kelompok pengecut dan gagal yang disebut pemerintah Israel untuk melakukan hal yang sama,” katanya menambahkan.


BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler