BMKG Jelaskan Fenomena Cuaca Ekstrem yang Picu Banjir Jabodetabek
Pola curah hujan yang teramati menunjukkan peningkatan frekuensi dan intensitas.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Hujan intensitas tinggi menyebabkan banjir di wilayah Jabodetabek. Menurut Direktur Informasi Perubahan Iklim Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Fachri Radjab, terdapat tiga faktor yang menyebabkan tingginya curah hujan saat ini.
Faktor pertama adalah gelombang atmosfer aktif seperti Rossby Ekuatorial, Low Frequency, dan Kelvin yang meningkatkan pertumbuhan awan hujan di berbagai wilayah. Kedua, sirkulasi siklonik dan konvergensi angin di Samudra Hindia yang menyebabkan perlambatan angin dan konvergensi di sekitar pesisir barat Sumatra hingga Jawa bagian barat, memicu peningkatan curah hujan.
"Terakhir, labilitas atmosfer tinggi yang mendukung perkembangan awan konvektif di berbagai daerah yang meningkatkan potensi hujan lebat terutama pada siang hingga malam hari," kata Fachri, Selasa (4/3/2025).
Fachri menjelaskan, fenomena cuaca ekstrem skala harian dipicu fenomena dalam skala waktu yang pendek. Sementara La Nina, fenomena iklim pada skala waktu bulanan yang pengaruhnya terlihat pada curah hujan akumulasi bulanan atau musiman.
Fachri menegaskan kejadian curah hujan ekstrem pada awal Maret 2025 tidak bisa serta merta disebut sebagai perubahan pola musim hujan. Perubahan pola musim umumnya ditentukan berdasarkan kecenderungan jangka panjang yang terjadi berkali-kali, seperti pergeseran puncak musim hujan yang konsisten dalam beberapa tahun atau dekade.
Dalam konteks pemanasan global, Fachri menjelaskan, pola curah hujan yang teramati menunjukkan peningkatan frekuensi dan intensitas curah hujan ekstrem. Data menunjukkan curah hujan harian maksimum tahunan mengalami peningkatan di berbagai lokasi, termasuk Jakarta.
"Namun, curah hujan tahunan di beberapa wilayah justru cenderung menurun, mengindikasikan bahwa total akumulasi curah hujan mengalami penurunan, sementara kejadian ekstrem semakin sering terjadi dengan intensitas yang lebih tinggi," katanya.
Di Bekasi, Jawa Barat, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) setempat mencatat banjir tersebar di 20 titik dan tujuh wilayah kecamatan terdampak musibah tersebut usai diguyur hujan deras sejak Senin (3/3) malam hingga hari ini.
Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kota Bekasi Priadi Santoso menjelaskan hujan dengan intensitas tinggi menjadi penyebab terjadi banjir yang diperparah dengan kondisi serupa di wilayah hulu Kali Bekasi, khususnya Bogor sehingga membuat debit air sungai tinggi dan meluap.
"Hujan dengan intensitas tinggi yang berlangsung dalam durasi lama di wilayah hulu Kali Bekasi dan Kota Bekasi menyebabkan peningkatan debit air dan banjir di beberapa wilayah," katanya di Bekasi, Selasa.
Ia menyebutkan setidaknya terdapat 20 titik banjir yang tersebar di tujuh kecamatan se-Kota Bekasi dengan ketinggian air bervariasi mulai 20 sentimeter hingga tiga meter, menyebabkan ribuan warga terpaksa mengungsi. Banjir merendam tujuh kecamatan antara lain Kecamatan Bekasi Timur, Bekasi Utara, Bekasi Selatan, Medan Satria, Jatiasih, Pondok Gede dan Kecamatan Rawalumbu.