BSI: Investasi Emas Bisa Jadi Solusi Pelunasan Biaya Haji

Nilai emas terus naik setiap tahunnya.

Dok Republika
Karyawan menata produk emas BSI saat kegiatan peninjauan kesiapan Bank Emas BSI di Gedung BSI, Jakarta, Rabu (5/3/2025). BSI memperkuat komitmen untuk menjadikan ekonomi syariah sebagai salah satu pendorong utama pertumbuhan ekonomi nasional, setelah perseroan resmi ditunjuk sebagai salah satu pengelola bisnis bank emas atau bullion bank pertama di Indonesia.
Rep: Dian Fath Risalah Red: Friska Yolandha

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Sales and Distribution PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI) Anton Sukarna mengatakan, investasi emas bisa menjadi solusi pelunasan biaya ibadah haji dengan masa tunggu hingga 20 tahun. Sebab, nilai emas terus naik setiap tahunnya.

Baca Juga


“Kalau punya uang lebih dan tidak dipakai, daripada disimpan kemudian lupa, tabung emas saja. Jadi pada saat Anda pergi haji nanti, apalagi kalau sudah daftar Rp 25 juta (setoran awal Biaya Penyelenggaraan Ibadah Haji/BPIH), begitu berangkat haji, Anda bisa melunasi dari penjualan emas yang disimpan setiap bulan secara disiplin,” kata Anton dalam acara buka puasa bersama media di Jakarta, Rabu (5/3/2025).

Anton mencatat, ke depan, biaya ibadah haji diperkirakan akan semakin meningkat secara bertahap. Hal ini didasarkan pada perkembangan biaya haji yang naik setiap tahun.

Biaya perjalanan ibadah haji (Bipih) 2023 yang harus dibayar jemaah sebesar Rp 49,8 juta. Tahun selanjutnya, Bipih meningkat menjadi sekitar Rp 55,6 juta. Anton memperkirakan, Bipih pada 2026 meningkat menjadi Rp 65,2 juta.

Meski biaya haji terus meningkat, gramasi emas yang diproyeksikan menjadi semakin kecil. Bipih 2023 senilai Rp 49,8 juta setara dengan 55,3 gram emas. Dengan Bipih 2026 yang diperkirakan mencapai RpN65,2 juta, nilai itu diproyeksikan setara dengan 32,6 gram emas.

“Ini untuk haji (proyeksi gramasi emas untuk contoh kasus biaya haji). (Investasi emas) bisa juga untuk keperluan lain seperti sekolah atau pendidikan anak, biaya nikah, untuk macam-macam,” kata Anton.

Ia menjelaskan, emas memiliki nilai intrinsik atau nilai fundamental serta memiliki sifat lindung nilai (hedging). Harga emas cenderung mengalami peningkatan setiap tahun. Pada 2021, sebut Anton, harga emas berada di kisaran Rp900 ribu per gram. Kini, pada 2025, harga emas menyentuh di kisaran RpN1,5 juta per gram.

 

Anton pun mendorong masyarakat untuk menabung emas secara berkala. Apalagi, saat ini masyarakat bisa memiliki emas dalam satuan yang lebih kecil seperti mulai dari 0,1 gram. Menabung emas juga dapat dilakukan melalui aplikasi digital seperti yang telah disediakan oleh BSI.

“Jadi, orang kalau punya kekayaan supaya tidak hilang, salah satunya beli emas. Kalau beli tanah kan tidak bisa diecer. Tapi kalau emas, kita bisa beli dalam satuan yang lebih kecil,” ujar Anton.

BSI sendiri telah mengantongi izin usaha bulion dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) per 12 Februari 2025. Melalui layanan bank emas, BSI salah satunya menyediakan BSI Emas Digital yang memungkinkan nasabah untuk berinvestasi emas mulai dari 0,1 gram dan dapat diakses melalui BYOND by BSI.

Bank syariah ini juga menyediakan BSI Gold yang memudahkan nasabah untuk membeli emas fisik secara tunai dan cicil dengan harga kompetitif.

Selain itu, BSI tengah mengembangkan ATM Emas yang memudahkan nasabah untuk cetak emas di pusat dan cabang BSI. Perseroan menargetkan, ke depan akan memiliki sekitar 50 ATM Emas.

Selama tahun 2024, total emas kelolaan BSI tercatat mencapai 17,5 ton dengan volume transaksi mencapai 29,7 ton. Menurut BSI, potensi bisnis logam mulia akan terus dikembangkan melalui optimalisasi ekosistem bank emas yang telah dimiliki perseroan saat ini.

BSI mencatat, peluang untuk mengembangkan pasar emas Indonesia juga sangat besar mengingat permintaan emas per kapita Indonesia masih terendah di Asia Tenggara yakni 0,16 gram per orang. Di sisi lain, emas yang beredar di masyarakat Indonesia mencapai 1.800 ton dari sektor hulu ke hilir, merujuk pada kajian McKinsey.

Sementara jumlah emas batangan diproyeksikan mencapai 321 ton yang merupakan aset yang dapat dimonetisasi. Jumlah ini berpotensi untuk terus meningkat mengingat Indonesia memiliki potensi cadangan emas nomor enam terbesar di dunia yang setara dengan 2.600 ton.

 

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Berita Terpopuler