Mengapa Sahur Disebut Sajian yang Diberkahi oleh Rasulullah?
Rasulullah SAW mengimbau umat Islam agar makan sahur sebelum mulai puasa Ramadhan.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sahur merupakan santap hidangan yang dilakukan sebelum masuk waktu subuh sebagai persiapan menjalani puasa seharian.
Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan Imam an-Nasa'i, dijelaskan bahwa makanan sahur adalah diberkahi. Nabi Muhammad SAW sangat menganjurkan umat Islam untuk tidak meninggalkan sahur.
عَنْ الْعِرْبَاضِ بْنِ سَارِيَةَ قَالَ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَهُوَ يَدْعُو إِلَى السَّحُورِ فِي شَهْرِ رَمَضَانَ وَقَالَ هَلُمُّوا إِلَى الْغَدَاءِ الْمُبَارَكِ
Dari al-Irbadh bin Syariyah radhiyallahu 'anhu, dia berkata, “Aku mendengar Rasulullah SAW mengajak makan sahur di bulan Ramadhan. Beliau bersabda, 'Kemarilah kalian menuju makan yang diberkahi'" (HR An-Nasa'i).
أَخْبَرَنَا إِسْحَقُ بْنُ مَنْصُورٍ قَالَ أَنْبَأَنَا عَبْدُ الرَّحْمَنِ قَالَ حَدَّثَنَا شُعْبَةُ عَنْ عَبْدِ الْحَمِيدِ صَاحِبِ الزِّيَادِيِّ قَالَ سَمِعْتُ عَبْدَ اللَّهِ بْنَ الْحَارِثِ يُحَدِّثُ عَنْ رَجُلٍ مِنْ أَصْحَابِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ دَخَلْتُ عَلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَهُوَ يَتَسَحَّرُ فَقَالَ إِنَّهَا بَرَكَةٌ أَعْطَاكُمْ اللَّهُ إِيَّاهَا فَلَا تَدَعُوهُ
"Aku mendengar Abdullah bin al-Harits menceritakan dari seorang sahabat Nabi Muhammad SAW, 'Aku pernah masuk menemui Nabi Muhammad SAW saat beliau sedang makan sahur. Kemudian, Rasulullah SAW bersabda, 'Sesungguhnya itu (makan sahur) adalah berkah yang Allah berikan kepada kalian, maka janganlah kalian meninggalkannya'" (HR an-Nasa'i).
Berdasar dua hadis tersebut, Nabi Muhammad SAW menyampaikan bahwa makanan sahur adalah makanan yang diberkahi. Rasulullah SAW juga sangat menyarankan umatnya agar tidak meninggalkan sahur.
Sahur pun menjadi salah satu aspek yang membedakan antara puasa Islam dan puasa yang dilakukan kaum Yahudi dan Nasrani.
Dari Amr bin al-Ash, ia berkata, Nabi SAW bersabda, "Sesungguhnya, keutamaan yang ada antara shaum kita (Islam) dan Ahli kitab itu adalah makan sahur" (HR Muslim).
Berkaitan dengan sahur, ada pula tradisi yang hidup di tengah kaum Muslimin perbagai negeri. Kebiasaan yang dimaksud adalah membangunkan orang-orang pada dini hari agar mereka bisa sahur. Di masyarakat Makkah, misalnya, ada budaya demikian.
Seperti disebutkan dalam Ensiklopedia Peradaban Islam Makkah, penduduk kota kelahiran Rasulullah SAW itu memiliki kelompok-kelompok yang bertugas membangunkan orang-orang untuk sahur. Caranya dengan keliling kampung-kampung dan membawa lentara khas Arab (fanus) serta menabuh gendang (duf al-bazah) secara berirama. Mereka juga meneriakkan yel-yel untuk menyemarakkan suasana.
Akan halnya zaman Rasulullah SAW, upaya membangunkan warga untuk menunaikan sahur lebih terpusat. Dalam arti, suara azan digunakan sebagai tanda dimulainya waktu bersahur. Nabi SAW memerintahkan seorang sahabatnya, Bilal bin Rabah, untuk mengumandangkan azan sebagai tanda waktu santap sahur.
Adapun Abdullah bin Ummi Maktum ditugaskan oleh beliau untuk melakukan azan sebagai tanda masuknya waktu subuh atau usainya sahur.