Ramadhan Datang Kemaksiatan Terus Dibiarkan

Tidak adanya pelindung atau junnah di tengah umat adalah salah satu faktor utama merebaknya pembiaran kemaksiatan. Umat Islam dipaksa menikmati pelegalan kemaksiatan dengan sukarela tanpa bisa berbuat banyak, karena memang pelanggarnya adalah penguas

retizen /Nur Aini
.
Rep: Nur Aini Red: Retizen

Ramadhan datang lagi, dan ini adalah ramadan kesekian yang terus berjalan diiringi pembiaran terjadinya kemaksiatan. Salah satunya tentang pengaturan jam operasional tempat hiburan yang setengah hati menjadi bukti ketidakseriusan penguasa menutup pintu kemaksiatan.


Tempat hiburan yang merupakan sarang perbuatan maksiat seolah tidak menjadi masalah. Alasan kebijakan setengah hati ini terus saja berlindung di balik pemikiran batil. Asas kemanfaatan, dianggap kebijakan kaku yang melanggar HAM, hingga alasan ini bukan negara islam yang seolah menjadi pelegalan pelanggaran terhadap syariat adalah hal yang normal.

Ya, kebijakan di negeri ini sudah sangat kental dengan pemikiran sekularisme kapitalisme. Sekularisme, paham yang memisahkan agama dari kehidupan, paham yang mengabaikan agama, menganggap agama tak selayaknya mengatur kehidupan.

Kapitalisme, ideolagi yang menjadikan sekularisme sebagai asas perbuatan, menjadikan manfaat sebagi tujuan, menjadikan kekuatan modal sebagai penentu kebiajakan. Maka wajar jika kemaksiatan yang dianggap mendatangkan manfaat terus dipelihara, bahkan dinormalisasi meski berhadapan dengan bulan suci.

Tidak adanya pelindung atau junnah di tengah umat adalah salah satu faktor utama merebaknya pembiaran kemaksiatan. Umat Islam dipaksa menikmati pelegalan kemaksiatan dengan sukarela tanpa bisa berbuat banyak, karena memang pelanggarnya adalah penguasa penentu kebijakan. Penguasa atau pemimpin yang seharusnya menjadi junnah sebaliknya malah menjadi ancaman atas pelaksanaan syariat islam dalam kehidupan.

Ditambah lagi dengan hasil sistem pendidikan yang gagal membentuk manusia berkepribadian Islam sebaliknya menghasilkan manusia sekular menambah parah kondisi umat, kemaksiatan di depan mata dianggap sebagai hal biasa, tidak perlu diubah, dinikmati saja, atau paling hebat berprinsip individualis yang penting dirinya tidak terlibat merasa sudah aman dan nyaman. Kebijakan sistem sanksi yang lembek semakin memperparah keadaan, banyak kemaksiatan terus berulang tanpa menghasilkan efek jera.

Ramadhan kali ini seharusnya membuat kita semakin sadar, umat butuh sistem yang mengantarkan pada keberkahan di dunia dan keselamatan di akhirat. Hidup sepenuhnya untuk taat pada aturan Allah Sang Pencipta. Kemaksiatan tidak boleh dibiarkan, pelakunya harus diberi sanksi tegas agar jera dan orang lain akan berpikir seribu kali untuk melakukan kemaksiatan yang sama.

Dunia hiburan dan pariwisata dibersihkan dari kemaksiatan, didekatkan pada pembentukan kesadaran akan Maha Besar dan Maha Kuasanya Allah SWT. Begitu pula dalam bidang pendidikan, diterapkan pendidikan yang mencetak generasi yang menstandarkan perbuatan pada aturan agama, menuntut ilmu setinggi langit untuk mengantarkan manusia pada derajat mulia, membangun sistem peradaban hebat memimpin dunia.

Ramadhan kali ini seharusnya menyadarkan kita akan tujuan disyariatkannya puasa, agar kita menjadi takwa, yaitu menjalankan semua perintah Allah dan menjauhi semua larangan Allah, tidak menganggap aturanNya seperti makananan yang dihidangkan dalam prasmanan, yang disukai diambil, yang tidak disenangi ditinggalkan.

Ramadhan juga mengingatkan bahwa untuk menjadi manusia bertakwa dibutuhkan sistem Islam, sistem yang menjalankan semua syariat, mengantarkan pada ketakwaan. Sistem yang akan menutup rapat pintu kemasiatan.

sumber : https://retizen.id/posts/512844/ramadhan-datang-kemaksiatan-terus-dibiarkan
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Disclaimer: Retizen bermakna Republika Netizen. Retizen adalah wadah bagi pembaca Republika.co.id untuk berkumpul dan berbagi informasi mengenai beragam hal. Republika melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda baik dalam dalam bentuk video, tulisan, maupun foto. Video, tulisan, dan foto yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim. Silakan kirimkan video, tulisan dan foto ke retizen@rol.republika.co.id.
Berita Terpopuler