Kisah Empat Perempuan yang Menemukan Islam di Penjara Dubai

Empat perempuan menemukan tujuan dan keyakinan barunya dalam Islam.

Foto : MgRol112
Ilustrasi Mualaf
Rep: Muhyiddin Red: Muhammad Hafil

REPUBLIKA.CO.ID, DUBAI -- Menjelang datangnya bulan Ramadhan, empat perempuan dari berbagai penjuru dunia, yang dipenjara di Dubai karena berbagai kejahatan, menemukan tujuan dan keyakinan barunya dalam Islam.

Baca Juga


Kisah mereka dimulai dari balik tembok penjara di Lembaga Pemasyarakatan Kepolisian Dubai di Al Awir. Mereka membagikan kisah perjalanan pribadi mereka yang mendalam dengan The National. Walaupun, nama mereka telah diubah demi privasi. 

Jalan empat perempuan ini menuju penjara berbeda-beda, namun perjalanan mereka menuju Islam memiliki benang merah yang sama. Karena, mereka semua tertarik pada agama tersebut melalui kebaikan, ketahanan, dan kasih sayang para perempuan Muslim yang mereka temui di dalam penjara.

Pada Mei 2025 lalu, salah satu perempuan bernama Greta (25 tahun) ditangkap di Bandara Dubai saat membawa delapan kilogram kokain. Wanita Brasil itu diyakinkan oleh seorang teman masa kecilnya untuk menyelundupkan narkoba ke UEA dengan imbalan 5.175 dolar AS atau sekitar Rp 84,5 juta. 

Uang itu sangat ia butuhkan untuk membiayai dua tahun terakhir kuliah fisioterapinya. "Saya ketakutan," ujarnya kepada The National

Dia takut bukan hanya karena ditangkap, tetapi karena semua yang ada di sekitarnya terasa asing. "Saya tidak bisa berbahasa Inggris dan untuk pertama kalinya saya melihat begitu banyak perempuan berbusana Islami. Itu sangat luar biasa," ucapnya. 

Saat menunggu vonis, Greta merasa takjub dengan kebaikan hati para narapidana dan petugas penjara Muslim. “Mereka adalah orang-orang yang paling menghibur saya. Mereka mengatakan bahwa Tuhan tidak pernah melupakan siapa pun," katanya. 

Penasaran dengan keyakinan yang menumbuhkan kebaikan tersebut, ia mulai menghadiri ceramah-ceramah Islam di penjara. Hampir empat bulan lalu, ia pun mencari Alquran dalam bahasanya dan seorang polisi memutar rekaman Alquran dalam bahasa Arab untuknya.

"Saya tidak tahu bagaimana menjelaskannya, tetapi ketika saya mendengarnya, saya merasakan hubungan yang erat dengan Tuhan," ucapnya. 

"Tidak ada rasa takut, tidak ada beban di hati saya, hanya kedamaian. Saat itulah saya memutuskan untuk memeluk Islam," kata Greta. 

Kini Greta tengah menjalankan Ramadhan pertamanya. Menjelang bulan suci ini, dia pun belajar tentang puasa dari para perempuan muslim di sekitarnya. 

"Mereka memberi tahu saya bagaimana puasa tidak hanya membersihkan tubuh tetapi juga jiwa," ujarnya. 

Perempuan lainnya yang menemukan Islam di penjara Dubai adalah Aadhya (25 tahun). Perjalan hidup perempuan ini diwarnai pergolakan batin, kecanduan, dan penghancuran diri. 

Sebelum penangkapannya April lalu, Aadhya telah berjuang melawan penyalahgunaan zat terlarang selama bertahun-tahun, memprioritaskan narkoba di atas segalanya, termasuk putrinya yang berusia enam tahun. 

 

“Saya tidak peduli dengan apa pun kecuali mabuk,” ujar Aadhya 

Ibunya, yang bekerja di UEA sebagai pembantu rumah tangga, mengatur agar dia bekerja di sebuah supermarket di Emirates tetapi Aadhya ditangkap di bandara karena membawa narkoba sebelum dia dapat memulai pekerjaannya.

Perempuan asal India ini tumbuh dengan keyakinan bahwa umat Islam harus dijauhi. “Saya disuruh untuk tidak berbicara dengan mereka, tidak duduk dengan mereka, tidak makan dengan mereka. Jadi, dalam pikiran saya, Islam adalah sesuatu yang negatif,” katanya. 

Selama di tahanan sementara, ia pun tidak melakukan apa pun dan mulai membaca buku-buku dalam bahasa aslinya, Malayalam. Saat itulah dia mulai memahami ajaran Islam. 

“Awalnya, saya membaca untuk mengisi waktu, tetapi kemudian saya mulai bertanya-tanya 'mengapa agama ini begitu berfokus pada kebaikan, amal, dan pengembangan diri?' Ternyata sangat berbeda dari apa yang selama ini saya dengar," ucapnya. 

Setelah sembilan bulan, ia dipindahkan ke penjara pusat, di mana ia bertemu dengan perempuan Muslim yang menjawab pertanyaan-pertanyaannya. “Saya menghadiri ceramah, mendengarkan, dan mengamati. Semakin banyak yang saya pelajari, semakin saya ingin menjadi bagian darinya," ujarnya. 

Ia pun akhirnya memeluk Islam pada Mei lalu, satu bulan setelah dijatuhi hukuman 25 tahun penjara. “Saya menelepon ibu saya dan memberi tahu dia. Dia berkata, 'kalau kamu yakin, mungkin Islam akan lebih baik untukmu, terutama dengan kecanduanmu'. Dia benar," jelasnya. 

Bagi Aadhya, Islam bukan hanya sistem kepercayaan baru, tetapi juga keselamatannya. “Kecanduan adalah penjara saya sebelum saya memasuki penjara ini. Namun, dalam Islam, saya menyadari bahwa narkoba bukan sekadar kejahatan yang dapat dihukum oleh hukum; itu adalah dosa karena dapat menghancurkan Anda dan orang-orang di sekitar Anda. Itu mengubah perspektif saya sepenuhnya," katanya. 

Beberapa bulan pertama setelah berhenti mengkonsumsi barang haram ia pun menjadi sangat brutal. Ia agresif, berkelahi dengan polisi, dan  dengan narapidana lain. "Tubuh saya gemetar karena putus zat. Namun, semakin banyak saya membaca, semakin saya berhenti memikirkan rasa sakit itu. Sekarang, saya bersih dan merasa bebas," ujarnya. 

Dan dia menganggap bulan suci Ramadhan ini sebagai kesempatan kedua dalam hidup. “Ramadhan akan menjadi kesempatan emas bagi saya untuk merenungkan siapa saya dulu, siapa saya sekarang, dan siapa saya ingin menjadi,” ucapnya.

“Sebelumnya saya hanya bertahan hidup, tetapi sekarang saya hidup," ujarnya.  

Meskipun dalam keadaan sulit, kehidupan Bidemi berubah secara tak terduga lima bulan lalu ketika ia memeluk Islam.

"Saya tidak tahu apa pun tentang Islam," ujarnya. 

Seperti halnya Aadhya, perempuan asal Nigeria, Bidemi (39 tahun) juga ditangkap karena kasus narkoba. Pada tahun lalu ia dijatuhi hukuman 10 tahun penjara atas tuduhan terkait narkoba, setelah menghabiskan dua tahun di tahanan. 

 

"Suatu hari, saya berjalan melewati masjid penjara dan mendengar adzan. Saya tidak tahu mengapa, tetapi saya merasakan luapan emosi yang luar biasa, dan saya mulai menangis," ucapnya. 

Meskipun awalnya ia tidak berniat untuk pindah agama, ia terpesona dengan cara perempuan Muslim sholat. “Saya meminta salah satu narapidana Muslim untuk mengajari saya cara sholat, meskipun saat itu saya tidak berpikir untuk menjadi Muslim,” katanya. 

“Kemudian saya mulai membaca tentang Ramadhan dan bagaimana bulan itu merupakan bulan untuk memperbaiki diri, berbuat baik, dan beramal. Semakin banyak saya membaca, semakin dekat saya dengan Islam. Akhirnya, saya memutuskan untuk pindah agama," jelasnya. 

Kejutan terbesarnya datang tepat setelah pertobatannya. "Saya telah berdoa, memohon kepada Tuhan agar mengizinkan saya meninggalkan tempat ini dan bertemu putri saya lagi," ujarnya.

Beberapa hari kemudian, ia menerima 5.000 dirham atau sekitar Rp 22,2 juta dan tak lama setelah itu, ia diberi pengampunan. Ia kini bersiap untuk kembali ke Nigeria.

Rekan perempuan narapidana lainnya, Shannon (42 tahun) asal Afrika Selatan juga dijatuhi hukuman 25 tahun penjara karena tuduhan terkait narkoba pada 2023. Ia sedang hamil pada saat ditangkap dan hukumannya ditunda hingga setelah ia melahirkan putrinya, Angel, pada bulan November tahun itu.

"Saat mendengar vonis itu, saya benar-benar terpukul," ujar Shannon.

"Saya dipenuhi rasa takut, sedih, cemas, dan lelah, terutama untuk putri saya," ucapnya. 

Setelah kembali ke selnya, para tahanan Muslim-lah yang menghiburnya. "Mereka memeluk saya, menghibur saya, dan berbicara dengan penuh kebaikan dan kasih sayang sehingga saya mulai lebih banyak mendengarkan mereka. Saya jadi penasaran tentang iman mereka, tentang Islam, dan bagaimana mereka percaya bahwa Tuhan dapat mengubah segalanya," katanya.

Secara bertahap, Shannon pun menemukan penghiburan dalam ajaran Islam dan masuk Islam pada Februari 2025 lalu. Sejak saat itu, ia telah melihat apa yang ia gambarkan sebagai mukjizat yang terjadi.

“Sebelum masuk Islam, semuanya gelap, termasuk hukuman saya, kesulitan keuangan saya, kesepian saya,” ujar Shannon. 

“Namun, keadaan mulai berubah. Penjara memberi saya uang, para donatur mengirimkan hadiah untuk putri saya, lalu datanglah berita yang mengubah dunia saya, saya diberi pengampunan," katanya.

Infografis 3 Kebiasaan yang Harus Diubah Mualaf. Ilustrasi muslimah - (Republika.co.id)

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler