Ekspor Produk Halal Indonesia Bisa Capai Rp 700 Triliun pada 2024
BPJPH prioritaskan peningkatan daya saing global produk halal.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Produk halal Indonesia semakin mengglobal. Kepala Badan Penyelenggara Jaminan Produk Halal (BPJPH) Ahmad Haikal Hasan menekankan pentingnya sertifikasi halal demi peningkatan daya saing global bagi produk-produk halal Indonesia.
“Indonesia memiliki sumber daya dan pasar yang besar, tetapi masih tertinggal dalam ekspor produk halal. Kita harus bergerak cepat dan strategis untuk meningkatkan daya saing global. Proses sertifikasi halal kami genjot agar semakin mudah, murah, dan cepat, agar industri kita bisa lebih kompetitif di pasar internasional,” ujar Haikal dikutip dari keterangan resmi di Jakarta, Jumat (7/3/2025).
Berdasarkan data dari Kementerian Perdagangan (Kemendag), pada periode Januari hingga Oktober 2024, Indonesia mencatatkan ekspor produk halal senilai 41,42 miliar dolar AS (sekitar Rp 673,90 triliun).
Lebih lanjut, berdasarkan laporan dari Komite Nasional Ekonomi dan Keuangan Syariah (KNEKS), surplus neraca perdagangan produk halal Indonesia mencapai 29,09 miliar dolar AS (sekitar Rp 474,9 triliun) pada periode yang sama.
Adapun sektor makanan olahan masih mendominasi ekspor dengan nilai 33,61 miliar dolar AS (sekitar Rp 548,7 triliun), diikuti pakaian Muslim dengan nilai 6,83 miliar dolar AS (sekitar Rp 111,5 triliun), farmasi dengan nilai 612,1 juta dolar AS (sekitar Rp 9,9 triliun) dan kosmetik dengan nilai 362,83 juta dolar AS (Rp 5,92 triliun).
Data ini diperoleh dari BPJPH, yang juga menyoroti bahwa negara tujuan utama ekspor produk halal Indonesia mencakup Amerika Serikat, China, India, Pakistan, dan Malaysia.
“Kita tidak boleh puas dengan capaian saat ini. Indonesia harus mengambil peran lebih besar dalam ekosistem halal dunia,” kata Haikal.
Menurutnya, Indonesia yang memiliki potensi besar untuk menjadi pemain utama dalam industri halal global ternyata baru menguasai 3 persen dari total perdagangan industri halal dunia.
“Pemerintah terus berupaya memastikan sertifikasi halal yang lebih efisien dan fleksibel, tanpa mengurangi standar yang ketat. Semua ini demi menjadikan Indonesia sebagai pusat industri halal dunia,” ujar dia menambahkan.
Sementara itu, CEO Rumah Zakat Irvan Nugraha turut menyampaikan pandangannya mengenai ekosistem ekonomi syariah yang dapat mendukung pertumbuhan industri halal Indonesia.
“Kami berada dalam ekosistem keuangan syariah, dan itu berarti kami punya tanggung jawab besar untuk memperkuat ekonomi keuangan sosial syariah. Tim kami juga telah berperan sebagai Pendamping PPH dalam upaya mendorong pertumbuhan industri halal di Indonesia,” kata Irvan.