Setelah Yaman, Trump Sebut Iran Jadi Sasaran AS berikutnya

Iran menyatakan siap menghadapi serangan Amerika.

AP Photo/Osamah Abdulrahman
Pendukung Houthi meneriakkan slogan-slogan selama demonstrasi anti-AS. dan unjuk rasa anti-Israel di Sanaa, Yaman, Senin, 17 Maret 2025.
Red: Fitriyan Zamzami

REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN –  Presiden AS Donald Trump secara langsung mengancam akan menargetkan aset-aset Iran, bahkan jika hal itu membahayakan rakyat Iran. Hal ini ia sampaikan menyusul serangan AS ke Yaman yang menewaskan lebih dari 50 orang.

Baca Juga


Eskalasi perang terhadap Iran sudah dimulai pemerintahan Trump pada periode pertama. Pada 2020, Trump memerintahkan pembunuhan Qassem Soleimeni, seorang jenderal militer Iran, ketika dia mengunjungi Irak.

Dalam sebuah postingan di platform Truth Social-nya, Presiden Trump mengangkat kemungkinan konfrontasi langsung dengan Iran ketika AS meningkatkan serangan terhadap milisi Houthi di Yaman. Trump mengatakan serangan Houthi “semuanya berasal dari, dan diciptakan oleh, IRAN”.

“Setiap serangan atau pembalasan lebih lanjut yang dilakukan oleh ‘Houthi’ akan dibalas dengan kekuatan besar, dan tidak ada jaminan bahwa kekuatan tersebut akan berhenti di situ,” katanya. Ia lebih lanjut menuduh Teheran “mendikte setiap gerakan” pemberontak sambil memberi mereka senjata dan intelijen.

“Setiap tembakan yang dilakukan oleh Houthi akan dipandang, mulai saat ini, sebagai tembakan yang berasal dari senjata dan kepemimpinan IRAN, dan IRAN akan bertanggung jawab, dan menanggung akibatnya, dan konsekuensinya akan sangat mengerikan!”

Pendukung Houthi meneriakkan slogan-slogan selama demonstrasi anti-AS. dan unjuk rasa anti-Israel di Sanaa, Yaman, Senin, 17 Maret 2025. - (AP Photo/Osamah Abdulrahman)

Mehr News melansir, Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Iran Esmail Baghaei telah memperingatkan keras ancaman Washington terhadap Teheran menyusul serangan AS di Yaman. Baghaei mengutuk keras serangan AS baru-baru ini di Yaman, dan menyatakan bahwa serangan tersebut telah mengakibatkan banyak korban sipil, termasuk perempuan dan anak-anak. 

Dia mengkritik sikap diam Barat terhadap serangan Israel yang sedang berlangsung terhadap Gaza dan Tepi Barat selama bulan Ramadhan, dan menyebutnya sebagai kelanjutan dari genosida melalui pemboman tanpa henti selama 16 bulan terakhir.

Mengenai ancaman AS terhadap Teheran setelah serangan di Yaman, ia memperingatkan bahwa Iran akan merespons dengan tegas dan dengan kekuatan penuh terhadap setiap serangan terhadap integritas teritorial, keamanan, atau kepentingan nasionalnya.

Baghaei juga menampik tuduhan AS bahwa Iran mengendalikan gerakan perlawanan Yaman, dan menyebut klaim tersebut sebagai upaya putus asa untuk membenarkan kegagalan Washington selama 20 bulan terakhir. Dia menegaskan kembali bahwa pasukan Yaman beroperasi secara independen dan membuat keputusan strategis mereka sendiri untuk mendukung gerakan perlawanan Palestina.

Houthi Laut Merah - (Republika)

PBB telah mengeluarkan pernyataan menanggapi prospek peningkatan serangan Houthi terhadap kapal komersial di Laut Merah dan peningkatan serangan AS di Yaman. “Kami menegaskan kembali keprihatinan kami atas peluncuran beberapa serangan terhadap wilayah yang dikuasai Houthi di Yaman oleh Amerika Serikat dalam beberapa hari terakhir,” kata juru bicara Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres.

Kelompok Houthi mengatakan serangan AS menewaskan 53 orang dan melukai 101 orang. “PBB menyerukan pengekangan sepenuhnya dan penghentian semua aktivitas militer,” tambah pernyataan itu.

“Eskalasi tambahan apa pun dapat memperburuk ketegangan regional, memicu siklus pembalasan yang selanjutnya dapat mengganggu stabilitas Yaman dan kawasan serta menimbulkan risiko besar terhadap situasi kemanusiaan yang sudah mengerikan di negara tersebut,” katanya.

 

Juru bicara Gedung Putih Karoline Leavitt menggandakan ancaman Presiden AS Donald Trump sebelumnya terhadap Iran, dengan mengatakan kepada wartawan “pesan kami kepada Iran adalah, sebaiknya Anda menganggap serius presiden ini”. “Saya pikir Houthi mengetahui hal ini akhir pekan lalu … ada sheriff baru di kota ini,” katanya, mengacu pada serangan AS di Yaman.

“Presiden ini tidak akan berdiam diri dan membiarkan teroris melancarkan serangan terhadap kapal komersial dan kapal Angkatan Laut AS. Tindakan tersebut tidak akan ditoleransi,” tambahnya. Leavitt sebelumnya menyalahkan serangan Houthi terhadap kapal-kapal di Laut Merah sebagai akibat dari “kelemahan menyedihkan” mantan Presiden Joe Biden.

Juru bicara Departemen Pertahanan AS Sean Parnell mengatakan pemerintahan Trump mengupayakan “perdamaian melalui kekuatan” dan “akan menggunakan kekuatan mematikan yang luar biasa sampai kita mencapai tujuan kita”. Parnell membantah bahwa serangan terhadap Houthi merupakan “serangan tanpa akhir”.

 “Ini bukan soal pergantian rezim di Timur Tengah; ini tentang mengutamakan kepentingan Amerika,” katanya. “Saya katakan pada akhir pekan, ada akhir yang jelas dari operasi ini, dan itu dimulai ketika Houthi berjanji untuk berhenti menyerang kapal dan membahayakan nyawa orang Amerika.”

Sebuah pesawat diluncurkan dari USS Harry S. Truman di Laut Merah sebelum serangan udara di Sanaa, Yaman, Sabtu, 15 Maret 2025. - ( Angkatan Laut AS via AP)

Letnan Jenderal Alexus Grynkewich, direktur operasi Kepala Staf Gabungan AS, mengatakan sejauh ini “tidak ada indikasi yang dapat dipercaya mengenai korban sipil” dalam serangan AS di Yaman, namun penilaian terus berlanjut.

Kelompok Houthi mengatakan perempuan dan anak-anak termasuk di antara korban jiwa. Grynkewich menambahkan bahwa “puluhan” pejuang diyakini telah tewas.

Grynkewich mengatakan serangan AS menargetkan “lokasi pelatihan teroris, infrastruktur kendaraan udara tak berawak, kemampuan manufaktur senjata dan fasilitas penyimpanan senjata”.

Sementara, kerumunan besar orang bergabung dalam protes di wilayah yang dikuasai Houti di Yaman setelah serangan mematikan AS menewaskan puluhan orang dan memicu kekhawatiran akan siklus kekerasan baru di negara yang dilanda konflik tersebut. Puluhan ribu demonstran, banyak yang mengacungkan senapan serbu, belati atau Alquran, meneriakkan “Matilah Amerika, matilah Israel!” di ibu kota Sanaa.

Ada juga kerumunan besar di Saada, tempat kelahiran gerakan Houthi, dan demonstrasi di Dhamar, Hodeidah dan Amran, menurut tayangan dari stasiun TV Al Masirah milik kelompok tersebut. 

“Yaman tidak akan pernah mundur. Kami menentang Amerika, kami menentang Zionis,” kata seorang pria yang meneriakkan slogan-slogan kepada massa di Sanaa, yang kemudian membalas: “Kami adalah abdi nabi.”

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler