Warga Suriah Mulai Angkat Senjata Usir Israel
Serangan udara Israel tewaskan enam warga di Suraian selatan.
REPUBLIKA.CO.ID, DEERA – Sejumlah warga Suriah mulai melakukan perlawanan terhadap pasukan penjajah Israel yang mencoba memasuki wilayah mereka. Serangan balasan Israel menewaskan enam orang warga yang melawan itu pada Selasa.
Ini bentrokan bersenjata perdana setelah kepemimpinan baru yang dipimpin kelompok Islam telah dibentuk setelah pemberontak menggulingkan mantan pemimpin Bashar al-Assad dari kekuasaan pada Desember. Pihak Israel menyatakan pasukannya bentrok dengan militan yang menembaki mereka. Kekerasan di wilayah perbatasan menandai meningkatnya pertikaian antara Israel dan Suriah.
Israel mengatakan pihaknya tidak akan mentolerir kehadiran militan Islam di Suriah selatan dan telah mengirim pasukannya ke zona perbatasan Suriah. Kepemimpinan Suriah mengatakan pihaknya tidak berniat membuka front melawan Israel.
Militer Israel mengatakan militan di Suriah selatan melepaskan tembakan ke arah pasukan Israel, tanpa menyebutkan secara spesifik apakah pasukan Israel berada di wilayah Suriah ketika mereka menjadi sasaran.
Dikatakan pasukannya membalas tembakan dan sebuah pesawat tempur Israel menyerang para militan. Pihaknya tidak memberikan rincian mengenai korban namun mengatakan “serangan telah teridentifikasi”.
Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia, sebuah pemantau perang yang berbasis di Inggris, telah merilis rincian lebih lanjut tentang serangan Israel di dekat kota Deraa, Suriah. Pemboman udara yang mematikan di desa Koya terjadi setelah pasukan Israel yang mencoba memasuki kota tersebut bentrok dengan pemuda setempat, menurut observatorium tersebut.
Bentrokan terus berlanjut ketika pesawat Israel terbang di atas bagian utara desa tersebut, tambah pemantau perang, dan mencatat bahwa penduduk sudah mulai melarikan diri.
Kementerian Luar Negeri Suriah mengatakan enam orang gugur dalam serangan di Koya, sebuah kota di provinsi selatan Daraa, dan menambahkan bahwa jumlah korban diperkirakan akan meningkat karena cedera serius yang diderita akibat serangan itu.
Mereka menyerukan penyelidikan internasional terhadap serangan Israel di wilayahnya, dan menggambarkannya sebagai “pelanggaran terang-terangan terhadap kedaulatannya”. Sebelumnya, Israel mengatakan telah menyerang dua pangkalan militer, Tadmur dan T4, di provinsi Homs di Suriah tengah.
Kementerian Luar Negeri Suriah memuji anggota Dewan Keamanan PBB yang mengecam serangan mematikan Israel di dekat Deraa, dan memperbarui seruan bagi komunitas internasional untuk menekan Israel agar mengakhiri serangannya. Dewan Keamanan telah mengadakan pengarahan mengenai Timur Tengah sebelumnya, di mana beberapa negara mengkritik serangan Israel terhadap Suriah.
“Hari ini, kita menyaksikan peningkatan nyata agresi pasukan Israel yang menewaskan enam warga sipil tak berdosa,” kata Kementerian Luar Negeri Suriah dalam sebuah pernyataan. “Kami menekankan bahwa alasan yang sebelumnya digunakan Israel untuk melakukan serangan berulang-ulang di wilayah Suriah telah sepenuhnya terbantahkan, namun Israel terus melanjutkan agresinya tanpa pencegahan apa pun.”
Israel telah membom Suriah selama bertahun-tahun dan mengatakan bahwa mereka menargetkan pasukan yang didukung Iran. Kampanye tersebut semakin intensif setelah jatuhnya Presiden Suriah Bashar al-Assad, bahkan ketika Iran kehilangan pengaruhnya di Suriah, dan kelompok sekutu Teheran, termasuk Hizbullah, menarik diri dari negara tersebut.
Pasukan Israel juga telah bergerak maju di Suriah dan memperluas pendudukan mereka hingga melampaui Dataran Tinggi Golan.
Israel menghabiskan waktu bertahun-tahun melakukan serangan udara di Suriah selama pemerintahan Assad, menargetkan instalasi militer yang terkait dengan Iran dan transfer senjata dari Teheran yang ditujukan untuk kelompok bersenjata Hizbullah di Lebanon.
Jalur senjata tersebut terputus ketika Assad digulingkan namun Israel terus melakukan serangan terhadap pangkalan militer Suriah. Kepala kebijakan luar negeri Uni Eropa Kaja Kallas pada hari Selasa memperingatkan bahwa serangan Israel ke Suriah “berisiko meningkat lebih lanjut”.
Berbicara pada konferensi pers bersama dengan Menteri Luar Negeri Israel Gideon Saar, Kallas mengatakan keduanya telah membahas tindakan Israel. “Dan kami (UE) merasa hal-hal tersebut tidak diperlukan, karena Suriah saat ini tidak menyerang Israel,” kata Kallas.
Kementerian luar negeri juga mendesak warga Suriah untuk menolak segala upaya untuk mengusir mereka atau “menegakkan realitas baru di lapangan”. Pernyataan itu muncul ketika Israel mendekati kelompok minoritas Druze di Suriah, yang sebagian besar berada di provinsi selatan Suwayda.
Kelompok Hamas di Palestina mengutuk serangan mematikan di Koya tersebut. “Agresi fasis ini mewakili peningkatan serius pelanggaran Zionis terhadap Republik Arab Suriah dan saudara-saudaranya, dan merupakan kejahatan perang baru,” katanya melalui Telegram.
Ia menambahkan: “Agresi Zionis yang menargetkan warga sipil di Suriah menegaskan bahwa pendudukan memperluas agresinya untuk mencakup semua masyarakat di wilayah tersebut, dan tidak lagi terbatas pada Gaza dan Tepi Barat, yang memerlukan sikap serius dari negara-negara Arab dan Islam.”