Perundingan Nuklir AS-Iran Dimulai

Perundingan dilakukan di Oman, tempat AS dan Iran sempat bersepakat pada 2015 lalu.

Kementerian Luar Negeri Iran via EPA
Menteri Luar Negeri Iran Abbas Araghchi, kiri, bertemu dengan rekannya dari Oman Sayyid Badr Albusaidi sebelum bernegosiasi dengan utusan AS di Muscat, Oman, Sabtu, 12 April 2025.
Red: Fitriyan Zamzami

REPUBLIKA.CO.ID, MUSCAT – Perundingan nuklir antara negosiator Iran dan Amerika Serikat dimulai hari ini di Muscat, Oman. Pihak-pihak yang akan melakukan pembicaraan dilaporkan telah berangkat ke negara tersebut. 

Baca Juga


Pembicaraan di Muscat  adalah perundingan pertama di bawah pemerintahan Donald Trump saat ini. Ia bertekad ingin menghentikan program nuklir Iran yang berkembang pesat dan mengancam akan melakukan tindakan militer jika tidak ada kesepakatan.

Presiden Iran Masoud Pezeshkian mengatakan negaranya tidak menginginkan perang atau bom nuklir. Iran sejak lama menekankan bahwa program nuklir mereka untuk keperluan sipil.

“Delegasi Iran, dipimpin oleh Menteri Luar Negeri Abbas Araghchi berangkat ke Muscat, tempat pembicaraan Iran-AS,” kata kantor berita resmi IRNA. Belakangan, TV pemerintah Iran mengatakan Araghchi bertemu dengan pejabat Oman setelah kedatangannya di ibu kota. 

Menurut kantor berita Iran Tasnim, delegasi tersebut akan memulai negosiasi tidak langsung setelah pertemuan dengan Menteri Luar Negeri Oman Badr bin Hamad al-Busaidi. Pembicaraan diperkirakan akan dimulai pada sore hari dengan al-Busaidi sebagai perantara, tambah Tasnim.

Abbas Araghchi memimpin delegasi Iran. Seorang diplomat yang sangat berpengalaman, Araghchi sebelumnya adalah kepala perunding nuklir Iran. Dia telah menghadiri beberapa perundingan rahasia awal di Muscat 12 tahun lalu yang berujung pada penandatanganan perjanjian multilateral bersejarah di Wina pada 2015. 

Seorang wanita Iran berjalan di dekat papan iklan anti-Israel di alun-alun Enghelab di Teheran, Iran, 26 Oktober 2024. - (EPA-EFE/ABEDIN TAHERKENAREH)

Di pihak AS, pembicaraan akan ditangani oleh Steve Witkoff. Witkoff adalah pengembang properti New York dan teman Presiden AS Donald Trump. Dia sebelumnya ditugaskan untuk memimpin perundingan gencatan senjata di Gaza dan juga diminta menangani perang Rusia-Ukraina.

Abbas Araghchi mengatakan negaranya berupaya mencapai “kesepakatan yang adil dan bermartabat” dengan AS. “Jika ada kemauan yang cukup, kami akan mengambil keputusan mengenai jadwal perundingan,” ujarnya setelah pertemuannya dengan menteri luar negeri Oman di Muscat, Sabtu.

Araghchi menambahkan jika AS mengadopsi pendekatan yang sama, maka ada peluang untuk mencapai “pemahaman awal” yang dapat membuka jalan bagi negosiasi.

Beberapa jam sebelum perundingan dimulai, Trump mengatakan kepada wartawan di pesawat Air Force One bahwa dia ingin Iran "menjadi negara yang luar biasa, hebat, dan bahagia. Namun mereka tidak boleh memiliki senjata nuklir."

Dia menggambarkan pertemuan hari ini di Oman sebagai pertemuan “besar”. Iran menegaskan program nuklirnya hanya untuk tujuan sipil.


 

Komentar Trump muncul beberapa hari setelah dia mengeluarkan ancaman militer baru terhadap Iran. “Jika hal itu membutuhkan militer, kita akan menggunakan militer,” kata Trump pada hari Rabu ketika ditanya apa yang akan terjadi jika perundingan gagal menghasilkan kesepakatan.

Perundingan nuklir sedianya sudah dimulai AS dan Iran di ibu kota Austria, Wina, pada Juli 2015. Perjanjian tersebut – yang disebut Rencana Aksi Komprehensif Bersama (JCPOA) – menunjukkan Iran setuju untuk mengekang program nuklirnya dengan imbalan keringanan sanksi.

Perjanjian yang ditandatangani oleh Iran dan enam negara besar – Amerika Serikat, China, Rusia, Inggris, Perancis dan Jerman, bersama dengan UE – sebenarnya bermula dari perundingan rahasia lebih dari dua tahun sebelumnya di negara Teluk Oman.

Dan ke negara kecil di Teluk inilah para perunding AS dan Iran kembali hari ini untuk mencoba membuat kembali perjanjian setelah perjanjian pertama dibatalkan oleh Trump pada 2018, yang menerapkan kembali sanksi keras terhadap Iran.

Awal pekan ini, saat kunjungan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, Trump mengungkapkan bahwa akan ada pembicaraan baru. Presiden AS menggambarkan diskusi tersebut sebagai diskusi “langsung”, sebuah klaim yang dibantah oleh Iran yang mengatakan bahwa pembicaraan akan berlangsung melalui mediasi Oman.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler