Media Militer Israel Ungkap Trump Jauhi Netanyahu dan Tutup Komunikasi, Ada Apa?

Trump kecewa dengan sikap Netanyahu yang memanipulasi.

Kobi Gideon/GPO
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu berbicara dengan Presiden Donald Trump sebelum keberangkatan presiden dari Bandara Internasional Ben Gurion Israel pada 23 Mei 2017.
Red: Nashih Nashrullah

REPUBLIKA.CO.ID, TEL AVIV— Radio Angkatan Darat Israel mengatakan bahwa orang-orang dekat Presiden Amerika Serikat Donald Trump telah memberitahu Menteri Urusan Strategis Israel Ron Dermer bahwa presiden Amerika Serikat tersebut telah memutuskan untuk memutuskan kontak dengan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu.

Baca Juga


Radio Angkatan Darat, dikutip dari Aljazeera, Jumat (9/5/2025) menjelaskan bahwa orang-orang yang dekat dengan Trump mengatakan kepada Dermer bahwa Netanyahu memanipulasi Presiden Amerika, dan menekankan bahwa apa yang paling dibenci Trump adalah tampil sebagai orang yang dimanipulasi.

Radio tersebut mengutip seorang pejabat Israel yang mengatakan bahwa pembicaraan Menteri Dermer dengan para pejabat senior Partai Republik dengan arogansinya yang biasa tidak berhasil.

Sementara itu, surat kabar Yisrael Hayom mengutip orang-orang yang dekat dengan Trump yang mengkonfirmasi bahwa hubungan antara presiden Amerika Seriikat dan Netanyahu telah mencapai tingkat terendah, dengan menambahkan, "Netanyahu memanipulasi kami dan tidak melaksanakan apa yang telah kami sepakati dan tidak ingin melanjutkan kesepakatan."

Mereka menekankan bahwa Netanyahu saat ini diharuskan untuk mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk mencapai visi Trump untuk Timur Tengah, namun dia menolak untuk bekerja sama untuk mendukung langkah-langkah tersebut.

Surat kabar tersebut mengutip seorang pejabat Israel yang mengatakan bahwa Trump meminggirkan Netanyahu hingga ia kembali ke jalur yang benar, dan menambahkan, "Ada isu bahwa selain mengecualikan kami dari perkembangan, Trump tidak akan mengunjungi Israel."

Pejabat Israel tersebut menuntut agar pemerintahan Trump mengetahui bahwa ada sensitivitas politik dan rakyat terhadap setiap pembicaraan mengenai negara Palestina saat ini.

Dia menekankan Dermer menghabiskan waktu berjam-jam untuk menyusun bahasa yang mengindikasikan kesiapan Israel untuk sebuah negara Palestina di masa depan.

Kecewa

Surat kabar tersebut sebelumnya menegaskan bahwa Trump "kecewa" dengan Netanyahu dan berniat untuk mengambil "langkah" di Timur Tengah "tanpa menunggunya".

Sejak awal masa jabatan presiden barunya, pada 20 Januari 2025, Trump telah memberikan dukungan yang bervariasi dan tidak terbatas kepada pemerintah Netanyahu, yang sejak 7 Oktober 2023 telah mengobarkan perang genosida terhadap warga Palestina di Jalur Gaza.

Namun, surat kabar "Israel Hayom" mengutip sumber yang tidak disebutkan namanya yang mengatakan bahwa "ada penurunan hubungan pribadi dan kekecewaan timbal balik antara Netanyahu dan Trump."

Surat kabar tersebut menambahkan bahwa dua sumber senior yang dekat dengan Trump mengatakan, dalam percakapan tertutup dalam beberapa hari terakhir, bahwa ia telah memutuskan untuk tidak menunggu Israel lebih lama lagi dan bergerak maju dengan langkah-langkah di Timur Tengah tanpa "menunggu Netanyahu".

BACA JUGA: Ini Pesan Kuat di Balik Keberhasilan Rudal Houthi Hantam Bandara Israel

Sumber-sumber tersebut tidak menjelaskan lebih lanjut tentang sifat dari langkah-langkah yang akan diambil Trump secara sepihak, namun ada keluhan di Tel Aviv bahwa Trump terkadang bertindak tanpa koordinasi dengan Israel.

Contoh terbaru adalah kesepakatan gencatan senjata yang dicapai oleh Amerika Serikat dan kelompok Houthi Yaman, yang tidak menyertakan Israel dan tidak diberitahukan tentang hal itu sebelum diumumkan.

Zionis dan Ekstremis di Kabinet Trump - (Republika)

 

 

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON— Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengatakan bahwa dia menghormati janji kelompok Ansarullah Houthi di Yaman untuk menghentikan penargetan kapal-kapal di Laut Merah.

Dalam pidatonya di Gedung Putih, Trump mengatakan bahwa Washington telah mencapai hasil yang sangat baik dengan Houthi.

"Mereka telah dihantam dengan sangat keras, tetapi mereka memiliki kemampuan yang luar biasa untuk menerima serangan, mereka telah menerimanya dan mereka menunjukkan keberanian yang luar biasa," dikutip dari Aljazeera, Rabu (8/5/2025).

Trump mengumumkan pada Selasa kemarin, bahwa dia telah memutuskan untuk menghentikan serangan terhadap Yaman sebagai imbalan atas komitmen Houthi untuk menghentikan penargetan kapal-kapal.

Dalam pidatonya kepada wartawan di Gedung Putih, dia mengatakan bahwa Washington belum mencapai kesepakatan dengan Houthi, tetapi "mereka menyerah," dan "mereka berkata kepada kami: Tolong hentikan pengeboman terhadap kami dan kami akan berhenti menargetkan kapal-kapal."

Sementara itu, Pasukan Yaman tidak akan ragu-ragu untuk melakukan serangan terhadap Amerika Serikat jika Washington melanjutkan serangannya ke Yaman, juru bicara militer Houthi Yahya Saree mengatakan.

Pada saat yang sama, Saree mengkonfirmasi kelanjutan larangan lalu lintas maritim Israel di Laut Merah dan Laut Arab dan larangan lalu lintas udara di Bandara Lod.

Dia menambahkan dalam sebuah pernyataan video bahwa angkatan bersenjata Yaman memiliki kemampuan untuk menanggapi agresi Israel.

BACA JUGA: Hadapi Perang Darat Israel, Pejuang Gaza: Kami Tetap di Sini Berjuang Sampai Akhir

Juru bicara Houthi, Mohammed Abdulsalam, mengatakan bahwa kesepakatan antara Sanaa dan Washington menyerukan diakhirinya agresi Amerika Serikat terhadap Yaman dengan imbalan diakhirinya penargetan terhadap kapal-kapal Amerika Serikat dan kapal-kapal komersial di Laut Merah, kecuali kapal-kapal Israel.

Dalam sebuah wawancara dengan Aljazeera, Abdul Salam mengkonfirmasi bahwa mereka akan menilai tingkat dukungan Amerika Serikat untuk Israel di masa depan. “Kesepakatan dengan Washington bukanlah sesuatu yang mendadak, tetapi terjadi setelah diskusi panjang melalui perantara.

Houthi Laut Merah - (Republika)

 

Juru bicara Houthi itu mengatakan, ketentuan-ketentuan dalam perjanjian tersebut menetapkan bahwa pengeboman Amerika Serikat di Yaman akan dihentikan, dan salah satu tujuannya adalah untuk menghentikan dukungan Yaman untuk Jalur Gaza.

"Setelah agresi Amerika Serikat ke Yaman gagal dan tekanan diplomatik dan militer gagal mencapai tujuan yang telah ditetapkan Amerika sejak awal, mereka kembali menerima bahwa mereka akan menghentikan agresinya dan kami akan berhenti bereaksi," katanya.

"Jika agresi Amerika Serikat terhadap Yaman berhenti dan tidak kembali lagi untuk menargetkan Yaman dengan nama apa pun, kami tidak akan menargetkan kapal-kapal Amerika Serikat atau kapal-kapal lain, dengan pengecualian kapal-kapal Israel, yang masih dilarang di bawah resolusi Yaman, hingga bantuan dikirimkan ke Jalur Gaza," kata Abdulsalam, seraya menambahkan bahwa serangan apa pun terhadap Houthi kapan pun merupakan hak mereka untuk merespons dan mempertahankan diri.

Mengenai bagaimana kesepakatan ini tercapai, Mohammed Abdulsalam menjelaskan bahwa upaya yang dipimpin oleh Kesultanan Oman dimulai sejak awal (dua atau tiga minggu pertama serangan udara Amerika Serikat ke Yaman.

Houthi menerima surat demi surat dan menanggapinya melalui para mediator, dan menerima ide dan proposal agar Yaman menghentikan dukungan untuk Gaza, tetapi mereka menolak tuntutan tersebut.

BACA JUGA: Ini Pesan Kuat di Balik Keberhasilan Rudal Houthi Hantam Bandara Israel

Dia menambahkan bahwa kesepakatan yang diumumkan oleh presiden Amerika Serikat kemarin bukanlah sesuatu yang mendadak, namun merupakan hasil dari konsultasi, sesi dan pertemuan intensif, semuanya melalui mediator Oman yang mengatur pertukaran pesan antara Houthi dan pihak Amerika Serikat.

Perjanjian tersebut memungkinkan Yaman untuk melanjutkan dukungannya terhadap perjuangan Palestina dan mencegah agresi Amerika Serikat terhadap Yaman, sebagai imbalan bagi Houthi untuk berhenti menanggapi agresi Amerika Serikat, yang datang untuk mendukung Israel. 


 

Pembalasan terhadap Israel akan datang

"Perjanjian ini adalah sebuah pencapaian yang pertama-tama melayani perjuangan Palestina dan kedua melayani perjuangan Yaman, dan membuat Israel berada dalam situasi yang terisolasi, karena akan menerima pukulan dari Houthi hingga tujuan yang sah untuk mendukung rakyat Palestina tercapai," kata juru bicara Houthi.

Dia menekankan dalam konteks yang sama bahwa "tanggapan terhadap entitas Israel pasti akan datang."

Ketika ditanya apakah kesepakatan tersebut termasuk Amerika Serikat berhenti mendukung Israel secara logistik dan intelijen, Abdulsalam mengatakan bahwa mereka akan mengevaluasi dukungan dan koordinasi ini di masa depan dan menentukan posisi mereka sesuai dengan itu.

Dia menambahkan, "Apakah pihak Amerika Serikat akan bergerak untuk memberikan dukungan dan perlindungan kepada pihak Israel dalam melakukan kejahatannya? Kami dapat menilai tahap dan memiliki posisi pada saat itu," katanya, seraya menambahkan bahwa pembalikan posisi Amerika akan memberikan tekanan nyata pada pihak Israel.

Mengenai berkas Yaman, juru bicara Houthi menjelaskan bahwa prioritas saat ini adalah untuk terus mendukung perjuangan Palestina. Mereka menolak untuk mengaitkan masalah dukungan dengan berkas apa pun.

Dia menambahkan bahwa kesepakatan yang diumumkan oleh presiden Amerika Serikat kemarin bukanlah sesuatu yang mendadak, namun merupakan hasil dari konsultasi, sesi dan pertemuan intensif, semuanya melalui mediator Oman yang mengatur pertukaran pesan antara Houthi dan pihak Amerika Serikat.

“Perjanjian tersebut memungkinkan Yaman untuk melanjutkan dukungannya terhadap perjuangan Palestina dan mencegah agresi Amerika Serikat terhadap Yaman, sebagai imbalan bagi Houthi untuk berhenti menanggapi agresi Amerika Serikat, yang datang untuk mendukung Israel," kata juru bicara Houthi.

BACA JUGA: Mengapa Umat Islam Kini Lemah dan tak Berdaya? Ini 7 Sebabnya Menurut Alquran Hadits

Sementara itu, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu bersumpah akan menanggapi setiap serangan terhadap Israel dengan kekuatan penuh. "Kami akan terus menargetkan Houthi dengan atau tanpa Amerika," kata dia menanggapi kesepakatan Houthi dan Amerika Serikat.

Houthi telah melakukan serangan rudal dan pesawat tak berawak terhadap Israel dan kapal-kapal terkait, untuk mendukung Gaza, sejak November 2023, dan telah memperluas penargetan mereka dengan menyertakan kapal-kapal Amerika Serikat dan Inggris, setelah mantan Presiden Amerika Serikat Joe Biden membentuk sebuah koalisi untuk menghadapi mereka dan melakukan serangan di Yaman.

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler