Lawan Trump, Netanyahu Ogah Hentikan Perang di Gaza

Trump menjanjikan penyelesaian perang Gaza secepat mungkin.

AP Photo/Evan Vucci
Presiden AS Donald Trump dan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dalam pertemuan di Gedung Putih, Washington, Selasa, 4 Februari 2025.
Red: Fitriyan Zamzami

REPUBLIKA.CO.ID, TEL AVIV – Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan “tidak mungkin” Israel akan menghentikan perangnya di Gaza, bahkan jika kesepakatan dicapai untuk membebaskan lebih banyak sandera. Komentar ini ia lontarkan bersamaan serangan udara Israel terhadap dua rumah sakit pada hari Selasa menewaskan sedikitnya delapan orang dan melukai puluhan lainnya 

Baca Juga


Komentar Netanyahu kemungkinan akan mempersulit pembicaraan mengenai gencatan senjata baru yang tampaknya mendapatkan momentum setelah Hamas membebaskan sandera Amerika terakhir yang masih hidup pada hari Senin sebagai isyarat kepada Presiden AS Donald Trump, yang mengunjungi wilayah tersebut namun tidak mengunjungi Israel.

Komentar Netanyahu meningkatkan potensi perpecahan yang semakin besar antara Netanyahu dan Trump, yang telah menyatakan harapan bahwa pembebasan tentara Israel-Amerika Edan Alexander akan menjadi langkah untuk mengakhiri perang yang telah berlangsung selama 19 bulan.

Dalam komentar yang dikeluarkan oleh kantor Netanyahu pada Selasa dari kunjungan ke tentara yang terluka pada hari sebelumnya, perdana menteri mengatakan pasukan Israel hanya tinggal beberapa hari lagi dari janji peningkatan kekuatan. Mereka akan memasuki Gaza “dengan kekuatan besar untuk menyelesaikan misi tersebut.…Itu berarti menghancurkan Hamas.”

Kesepakatan gencatan senjata apa pun yang dicapai hanya bersifat sementara, kata perdana menteri. Jika Hamas mengatakan mereka akan melepaskan lebih banyak sandera, “kami akan menerima para sandera, dan kemudian kami akan masuk. Tapi kami tidak akan bisa menghentikan perang,” kata Netanyahu. “Kami bisa melakukan gencatan senjata untuk jangka waktu tertentu, tapi kami akan melakukan perang sampai akhir.”

Warga Palestina mendoakan jenazah pria, wanita, dan anak-anak yang syahid dalam dua serangan terpisah tentara Israel, di rumah sakit Al-Shifa di Kota Gaza, Senin, 5 Mei 2025. - (AP Photo/Jehad Alshrafi)

Hamas mengatakan pihaknya hanya akan membebaskan sandera yang tersisa sebagai imbalan atas lebih banyak tahanan Palestina, gencatan senjata abadi, dan penarikan Israel dari Gaza. Perselisihan mengenai apakah konflik akan diakhiri telah menjadi hambatan utama dalam negosiasi selama lebih dari setahun.

Komentar Netanyahu ini berkebalikan dengan sasaran Trump. Di sela kunjungan ke Saudi, Presiden Trump mengatakan pemerintahannya berupaya untuk membebaskan sandera yang tersisa dan mengakhiri perang di Gaza.

“Kami telah bekerja tanpa kenal lelah untuk memulangkan semua sandera yang ditahan oleh Hamas,” kata Trump, menyoroti pembebasan Edan Alexander warga Amerika-Israel kemarin. "Kami terus berupaya untuk mengakhiri perang ini secepat mungkin. Ini adalah hal yang mengerikan yang sedang terjadi," kata Trump. 

Menurut The Times of Israel, pernyataan Trump sekali lagi tampak memutuskan hubungan dengan Israel, yang telah menolak seruan untuk mengakhiri perang, dengan alasan bahwa hal itu akan membuat Hamas tetap berkuasa.

Trump menambahkan bahwa “semua masyarakat beradab harus mengutuk kekejaman 7 Oktober terhadap Israel.” “Rakyat Gaza berhak mendapatkan masa depan yang lebih baik, tapi hal itu akan terjadi atau tidak bisa terjadi selama para pemimpin mereka memilih untuk menculik, menyiksa, dan menargetkan pria, wanita, dan anak-anak yang tidak bersalah untuk tujuan politik,” kata Trump.

 

Sebelumnya, Netanyahu di balik layar mengakui alasan sebenarnya Israel masih melancarkan Agresi ke Gaza. Ia menyatakan bahwa pemboman brutal di Gaza memang untuk mengusir warga tempatan, bukan untuk melawan Hamas atau membebaskan sandera seperti yang ia klaim selama ini.

The Times of Israel melansir, Netanyahu mengungkapkan hal ini kepada anggota parlemen (Knesset) selama kesaksian tertutup di depan Komite Urusan Luar Negeri dan Pertahanan Knesset pada Ahad lalu. “Israel “menghancurkan semakin banyak rumah di Gaza supaya warga Palestina tidak punya tempat untuk kembali,” ujarnya menurut sebagian transkrip yang bocor ke media. “Satu-satunya akibat yang jelas adalah warga Gaza memilih untuk pindah ke luar Jalur Gaza,” lanjut Netanyahu.

“Tetapi masalah utama kami adalah menemukan negara yang bisa menerima mereka.” Netanyahu mengatakan kepada anggota parlemen bahwa dia telah mendiskusikan rencana Donald Trump agar AS mengambil alih Gaza dengan presiden tersebut dalam beberapa hari terakhir, namun mengakui bahwa ada kesulitan dalam melaksanakannya.

Meskipun Trump pada awalnya meminta Mesir dan Yordania untuk menerima warga Palestina, kedua negara dengan cepat menolak gagasan tersebut. Kedua negara bersikeras bahwa warga Palestina harus diizinkan untuk tetap tinggal di tanah mereka. 


Israel juga menahan diri untuk tidak memberikan jaminan kepada warga Gaza secara terbuka bahwa mereka yang meninggalkan Gaza akan diizinkan untuk kembali, sehingga semakin mengurangi insentif bagi negara-negara untuk menerima warga Gaza. Hal ini mengingat persepsi bahwa mereka akan ikut campur dalam penjajahan yang telah berlangsung selama beberapa dekade.

Times of Israel juga melaporkan bahwa puluhan orang yang telah meninggalkan Gaza sebagai program percontohan untuk bekerja di luar negeri dilaporkan diminta untuk menandatangani dokumen yang mengakui bahwa tidak ada batas waktu kapan mereka dapat kembali karena situasi keamanan. Anak-anak yang dievakuasi untuk perawatan medis ke luar negeri juga dilarang untuk berkumpul kembali dengan keluarga mereka di Gaza setelah mereka selesai dirawat di rumah sakit.

Dalam pertemuan komite Knesset pada Ahad, Netanyahu mengklaim bahwa meskipun belum berhasil dalam menemukan negara untuk menampung warga Gaza, AS masih tertarik untuk mengambil alih Gaza. Namun, sumber yang mengetahui masalah ini mengatakan kepada The Times of Israel bahwa pemerintahan Trump hanya melakukan sedikit upaya untuk benar-benar memajukan rencana pengambilalihan Gaza oleh Trump sejak diumumkan pada awal Februari menyusul penolakan besar-besaran yang diterimanya dari sekutu-sekutu Arabnya. 

Tetap saja, Netanyahu mengatakan kepada anggota parlemen. “Saya tahu saya akan mengecewakan beberapa orang di sini, tapi saat ini kita tidak sedang membicarakan pemukiman Israel di Jalur Gaza.”

sumber : Associated Press
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler