Mengapa Tuhan dalam Islam Disebut Allah?

Allah merupakan Tuhan yang mahasempurna, tiada yang setara dengan-Nya.

Republika/Thoudy Badai
Ilustrasi berdoa menyebut Allah.
Red: Erdy Nasrul

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Ajaran Islam menyebut Tuhan dengan Allah, sebagaimana dijelaskan dalam Surah al Ikhlas misalkan. Arti firman tersebut dalam Bahasa Indonesia sebagai berikut, katakanlah bahwa Allah itu satu, semua makhluk bergantung kepada Allah, bahwa Allah tidak melahirkan dan tidak dilahirkan,dan tidak ada apapun dan siapapun yang setara dengannya.

Baca Juga


Mengapa disebut Allah?

Penyebutan ini hanya menunjukkan konsep Tuhan dalam Islam, tidak yang lain. Bangsa Arab dahulu hanya menggunakan kata Allah untuk Tuhan yang Mahaesa. Sedangkan yang disembah pada masa jahiliyah dahulu berupa berhala tidak disebut dengan Allah.

Tafsir Kementerian Agama menjelaskan, Allah adalah nama bagi Zat yang ada dengan sendirinya (wājibul-wujūd). Kata “Allah” hanya dipakai oleh bangsa Arab kepada Tuhan yang sebenarnya, yang berhak disembah, yang mempunyai sifat-sifat kesempurnaan. Mereka tidak memakai kata itu untuk tuhan-tuhan atau dewa-dewa mereka yang lain.

Terkait dengan Surah al Ikhlas, suatu ketika orang-orang kafir bertanya, “Wahai Muhammad, jelaskan kepada kami tentang Tuhan yang Engkau sembah?” Kemudian empat ayat Surah al Ikhlas itu turun, sebagai jawaban atas pertanyaan tersebut.

Nabi Muhammad memuliakan surah satu ini sebagaimana dijelaskannya dalam hadits. Suatu ketika Nabi bertanya kepada para sahabat, siapa yang keberatan untuk membaca sepertiga Alquran di malam hari? Mendengar hal tersebut, mereka berkata, siapa dari kami yang menanggung beban itu? lalu Rasulullah menjelaskan, surah al Ikhlas adalah sepertiga Alquran. Ini penjelasan yang menunjukkan bahwa Rasul menganjurkan setiap orang untuk membaca Surah al Ikhlas setiap malam, Surah yang jika dibaca, setara dengan sepertiga Alquran.

 

Sejumlah warga lanjut usia (lansia) membaca Alquran saat mengikuti Pesantren Ramadhan Lansia di Masjid Pusdai, Kota Bandung, Rabu (6/4/2022). Pesantren kilat yang digelar oleh Majelis Taklim Pusdai Jawa Barat itu diikuti oleh puluhan lansia untuk mengisi waktu selama Ramadhan dengan belajar mengaji dan wawasan hukum-hukum islam yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari. Foto: Republika/Abdan Syakura - (REPUBLIKA/ABDAN SYAKURA)
 

Begitu banyak ayat Alquran yang menjelaskan siapa Allah. Salah satunya adalah Surah al Hasyr ayat 22,

هُوَ ٱللَّهُ ٱلَّذِى لَآ إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ ۖ عَٰلِمُ ٱلْغَيْبِ وَٱلشَّهَٰدَةِ ۖ هُوَ ٱٱلرَّحْمَٰنُ ٱلرَّحِيمُ

Huwallāhullażī lā ilāha illā huw, 'ālimul-gaibi wasy-syahādah, huwar-raḥmānur-raḥīm

Dialah Allah Yang tiada Tuhan selain Dia, Yang Mengetahui yang ghaib dan yang nyata, Dialah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.

Ilustrasi anak mengaji alquran, - (Republika)
 

Mayoritas ulama penafsir Alquran menyepakati, kandungan ayat tersebut menunjukkan, bahwa Dia lah Allah yang tiada sesembahan yang berhak disembah selain-Nya, Maha Mengetahui yang gaib dan yang nampak, tidak ada sesuatu pun dari hal itu yang luput dari-Nya. Maha Pengasih di dunia dan Akhirat serta Maha Penyayang di dunia dan Akhirat.

 

Ilustrasi Mengaji Alquran - (Pixabay)

Rahmat-Nya meliputi seluruh alam, Maharaja, Mahasuci dan bersih dari semua kekurangan, Mahaselamat dari semua aib, Yang membenarkan para Rasul-Nya dengan ayat-ayat yang jelas, Mahateliti atas amal perbuatan hamba-hamba-Nya, Maha Perkasa yang tidak ada sesuatu pun yang mengalahkan-Nya, Mahakuasa yang bisa memaksa segala sesuatu dengan kekuasaan-Nya dan Maha Memiliki segala keagungan. Mahasuci Allah dan Mahabersih dari apa yang disekutukan oleh orang-orang musyrik berupa berhala-berhala dan lainnya.

Belajar Baca Alquran: Sejumlah mahasiswa bagian dari kepanitiaan Ramadhan Masjid Salman Institut Teknologi Bandung (ITB), membimbing anak-anak belajar mengaji dalam program Pejuang Alquran Cilik, di halaman Masjid Salman ITB, Kota Bandung, Selasa (29/5). - (Republika/Edi Yusuf)

Ibnu Katsir dalam tafsirnya menjelaskan, Allah SWT memberitahukan bahwa Dia adalah Tuhan yang tidak ada Tuhan selain Dia, maka tidak ada Rabb dan Tuhan bagi semua alam selain Dia. Semua yang disembah selain Dia adalah bathil. Dan bahwa Dia Mengetahui yang ghaib dan yang nyata, yaitu Dia mengetahui semua makhluk yang dapat disaksikan dan semua makhluk yang ghaib. Tidak ada sesuatupun yang tersembunyi dariNya di bumi dan tidak pula di langit, baik yang agung dan yang hina, yang kecil dan yang besar, hingga semut-semut kecil di dalam kegelapan.

 

Berdzikir menyebut Allah dan memuji-Nya. - (Republika/Thoudy Badai)

Hikmah menyebut Allah

Orang beriman dianjurkan menyebut nama Allah untuk memulai pekerjaan baik. misalkan hendak keluar rumah, maka dia akan mengucapkan bismillah, begitu juga ketika akan mengantarkan anak berangkat ke sekolah, masuk ke dalam rumah, dan banyak lagi.

Menyebut Allah merupakan upaya menghadirkan motivasi untuk sepenuh hati melaksanakan kebaikan hingga tuntas dan memberikan manfaat kepada diri sendiri dan orang lain. Permulaan untuk menghadirkan inspirasi dalam keseharian.

Muslimah berrdoa kepada Allah. - (Republika/Thoudy Badai)

Penjelasan Mbah Maimun Zubair

KH Maimun Zubair. - (Antara/Deni Santoso)
 

Ulama asal Sarang Rembang Jawa Tengah KH Maimun Zubair (Allah yarhamuhu), menjelaskan, empat huruf yang berada di nama Allah: Alif, Lam, Lam, dan Ha memiliki arti yang istimewa.

Jika satu per satu dari keempat huruf tersebut hilang, maka tetap mengacu kepada nama Allah.

KH Maimun Zubair (kursi roda). - (Antara/Widodo S. Jusuf)
 

Contohnya, jika huruf alif hilang maka akan tersisa lam, lam, dan ha yang artinya lillahi dengan makna milik Allah atau untuk Allah.

Lalu, bila salah satu huruf lam dihilangkan, maka tersisa huruf lam dan ha, dan dapat dibaca Lahu, yang berarti bagi-Nya.

Seandainya kedua huruf lam hilang, akan tersisa huruf ha atau yang biasa dibaca dengan hu, yang berarti Dia, yakni Allah.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler