Boom! Drone Super Canggih Amerika Berhasil Dihancurkan Houthi Yaman

Houthi Yaman memiliki sistem pertahanan udara yang hancurkan drone Amerika.

EPA-EFE/Senior Master Sgt.
MQ-9 Reaper drone super canggih Amerika yang sering dibom Houthi Yaman.
Red: Erdy Nasrul

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Di tengah kondisi gencatan senjata yang sudah disepakati pihak Amerika dan Kelompok Houthi Yaman, militer Paman Sam malah mengirim drone MQ-9 untuk memata-matai kawasan tersebut.  

Baca Juga


Media Yaman, Selasa (13/5/2025) dinihari mengabarkan sebuah pesawat nirawak canggih Angkatan Bersenjata AS, MQ-9 kembali jatuh di zona udara Yaman.

General Atomics MQ-9 Reaper merupakan pesawat tak berawak yang mampu dikendalikan dari jarak jauh. Alutsista ini dikembangkan oleh General Atomics Aeronautical Systems (GA-ASI) terutama untuk Angkatan Udara Amerika Serikat (USAF). MQ-9 dan UAV lainnya disebut sebagai pesawat yang dipiloti dari jarak jauh oleh USAF untuk menunjukkan kendali darat oleh manusia.

MQ-9 adalah pesawat yang lebih besar, lebih berat, dan lebih mampu daripada General Atomics MQ-1 Predator sebelumnya dan dapat dikendalikan oleh sistem darat yang sama. Reaper memiliki mesin turboprop berkekuatan 950 tenaga kuda poros (712 kW) (dibandingkan dengan mesin piston Predator berkekuatan 115 hp (86 kW). Tenaga yang lebih besar memungkinkan Reaper untuk membawa muatan persenjataan 15 kali lebih banyak dan melaju sekitar tiga kali kecepatan MQ-1.

Angkatan Udara Amerika mengoperasikan lebih dari 300 MQ-9 Reaper pada Mei 2021. Beberapa pesawat MQ-9 telah dilengkapi dengan peningkatan peralatan untuk meningkatkan kinerja dalam "situasi pertempuran tingkat tinggi", dan semua MQ-9 baru akan memiliki peningkatan tersebut. 2035 adalah proyeksi akhir masa pakai armada MQ-9.

Biaya unit rata-rata MQ-9 diperkirakan sebesar 33 juta dolar AS (Rp 545 miliar). Reaper juga digunakan oleh Bea Cukai dan Perlindungan Perbatasan AS dan militer beberapa negara lain. MQ-9A telah dikembangkan lebih lanjut menjadi MQ-9B, yang (berdasarkan misi dan muatan) disebut oleh General Atomics sebagai SkyGuardian atau SeaGuardian.

Operasi spionase Amerika bocor

Stasiun televisi Russia Today, RT, mengutip media Yaman, melaporkan, sistem pertahanan udara Angkatan Bersenjata Yaman, menembak jatuh sebuah drone MQ-9 saat sedang melakukan operasi spionase di langit Provinsi Saada.

Para pengguna media sosial mengunggah video yang memperlihatkan jatuhnya objek terbang di zona udara Yaman. Sampai saat ini pemerintah Yaman atau AS, belum mengomentari laporan terkait penembakan jatuh drone AS di Yaman.

Ditiru Iran

Pesawat tanpa awak Iran Mohajer-10 diklaim menyerupai drone MQ-9 Reaper bersenjata milik Amerika Serikat (AS). Senjata itu dapat mencapai wilayah musuh bebuyutan Iran, yaitu Israel.

Mohajer-10. - (AP)
 

Kantor berita yang dikelola pemerintah Iran IRNA menerbitkan foto Mohajer-10. Pesawat baru ini dipajang di sebuah konferensi yang menandai Hari Industri Pertahanan. “Mohajer” berasal dari bahasa Farsi yang berarti “imigran” dan telah menjadi jalur drone yang diproduksi oleh Teheran sejak 1985.

Drone tersebut terbang hingga durasi maksimum 24 jam di ketinggian 7.000 meter dengan jangkauan operasional 2.000 kilometer. Sedangkan jarak terdekat antara wilayah Iran ke Israel sekitar 1.724 kilometer.

 

Mohajer-10 mampu sampai ke area musuh dalam beberapa jam karena melakukan perjalanan dengan kecepatan hingga 210 kilometer per jam. Pesawat tanpa awak ini pun dilengkapi dengan sistem elektronik dan intelijen yang diperbarui.

Untuk mendukung kemampuan tersebut, pesawat itu juga memiliki muatan kargo hingga 300 kilogram. Peningkatan ini memungkinkan Mohajer-10 membawa semua jenis bom dan amunisi.

Pembaru ini dua kali lipat bobot dan kapasitas durasi penerbangan Mohajer-6 yang dapat menampung 150 kilogram senjata dan terbang selama 12 jam. Model sebelumnya juga memiliki ketinggian penerbangan lebih rendah 5.400 meter dan kecepatan 200 kilometer per jam.

Televisi pemerintah Iran telah membagikan video lepas landas dari landasan pacu. Namun, Associated Press dan media-media lain tidak dapat segera memverifikasi klaim kemampuan pesawat tak berawak terbaru Iran itu.

 

Mohajer-10. - (EPA-EFE/IRANIAN PRESIDENTIAL OFFICE )

 

Drone jarak jauh seperti Reaper juga membutuhkan stasiun darat dan komunikasi satelit. Kesamaan ini bisa juga berasal dari tindakan Iran di masa lalu.

Teheran telah menangkap atau bagian dari drone Washington, tetapi tidak ada bukti bahwa negara itu telah mengambil Reaper General Atomics. Pesawat itu sering diterbangkan oleh Angkatan Udara AS dan negara-negara sekutunya sebagai drone "pemburu-pembunuh". Drone itu dapat beroperasi di ketinggian selama berjam-jam dan mengikuti target sebelum menyerang.

Tapi melihat peristiwa sebelumnya yang memodifikasi armada milik AS, kemungkinan Mohajer-10 memiliki kemampuan sama dengan Reaper pun memungkinkan. Iran pada Desember 2011 pernah menyita RQ-170 Sentinel yang diterbangkan oleh CIA untuk memantau situs nuklir setelah memasuki wilayah udara Iran dari negara tetangga Afghanistan. Iran kemudian merekayasa balik drone tersebut untuk menciptakan varian sendiri.

 

Tapi, yang sudah dengan terang-terangan mereplika Reaper adalah Korea Utara. Pyongyang pada Juli memamerkan drone yang mirip dengan Reaper. Kemungkinan pesawat itu dirancang berdasarkan informasi yang tersedia untuk umum tentang spesifikasi Reaper.

Reaper juga memiliki arti khusus bagi Iran, karena salah satu pesawat tanpa awal itu dilaporkan melakukan serangan di Baghdad pada 2020. Dalam serangan ini menewaskan jenderal penting Iran di pasukan paramiliter Garda Revolusi Qassem Soleimani.

Iran telah meluncurkan serangkaian drone yang mereka gambarkan mampu melakukan penerbangan jarak jauh selama beberapa tahun terakhir. Masih belum jelas cara armada-armada udara itu digunakan dalam pertempuran.

Namun drone Iran lainnya telah menjadi elemen kunci dalam kelanjutan perang Rusia terhadap Ukraina. Teheran telah memberikan serangkaian penjelasan yang kontradiktif tentang drone tersebut.

Dalam kesempatan pertama, Teheran menyangkal bahwa mereka memasoknya ke Moskow. Namun kemudian mengklaim bahwa mereka menjual drone hanya sebelum perang dimulai. Hanya saja volume drone yang digunakan dalam konflik tersebut menunjukkan pasokan senjata pembawa bom yang stabil oleh Iran dalam perang tersebut.

Pada Juni, Gedung Putih mengatakan, Iran memberi Rusia bahan-bahan untuk membangun pabrik manufaktur drone di timur Moskow. Tindakan ini dilakukan ketika Istana Kremlin berupaya mengunci pasokan persenjataan.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Berita Terpopuler