Empat Pilar Benteng Terakhir Pertahanan Bangsa
REPUBLIKA.CO.ID, PONTIANAK -- Ancaman budaya asing terhadap keutuhan nilai luhur bangsa Indonesia dinilai terus meningkat. Hal ini seiring arus informasi dari luar yang tidak bisa dikendalikan.
Untuk itu, Indonesia diminta tidak lengah dan membiarkan nilai-nilai asing tersebut merusak budaya bangsa Indonesia. Didorong kekhawatiran itu, MPR RI terus melakukan Sosialisasi Empat Pilar MPR. Tujuannya adalah membentengi nilai-nilai luhur bangsa Indonesia dari kerusakan yang diakibatkan masuknya budaya asing. Wakil Ketua MPR RI, Oesman Sapta, mengatakan Sosialisasi dibutuhkan karena banyak anak-anak Indonesia yang lupa atau belum mengetahui Empat Pilar MPR RI.
Hari ini, Oesman mendatangi acara Gerakan Ekonomi Budaya (Gebu) Minang, Provinsi Kalimantan Barat yang berlangsung di pelataran Hotel Grand Mahkota, Pontianak, Kalimantan Barat. Dalam ksesmpatan itu, dia menyebut,
empat pilar (Pancasila, UUD NRI 1945, NKRI, dan Bineka Tunggal Ika) adalah pertahanan terakhir untuk mempertahankan nilai-nilai luhur bangsa Indonesia. Empat pilar juga bagian dari fondasi bagi anak-anak bangsa agar tingkat intervensi asing bisa diminimalisir. "Melalui nilai-nilai yang ada di dalamnya, MPR berusaha menjaga dan mempertahankan gempuran asing terhadap nilai-nilai bangsa Indonesia," ujarnya dalam keterangan tertulis yang diterima Republika.co.id, Sabtu (26/8).
Anggota MPR Fraksi Nasdem Prof Bachtiar Aly mengatakan, masalah Pancasila sudah selesai sejak Indonesia diproklamirkan pada 17 Agustus 1945. Karena itu, tidak perlu lagi ribut soal Pancasila. "Apalgi di kalangan masyarakat Minang. Karena saat Pancasila dilahirkan tokoh Minang ikut meramu Pancasil sehingga seperti sekarang. Moh Yamin, adalah orang Minang yang ikut meletakkan dasar Ketuhanan yang Maha Esa di dalam Pancasila," kata dia.