MPR Prihatin Pengeroyokan Tewaskan Suporter Jakmania

Pengeroyokan itu disebabkan karena fanatisme yang berlebihan.

MPR
Wakil Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR), Mahyudin.
Red: Gita Amanda

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Ketua MPR Mahyudin merasa prihatin dengan peristiwa pengeroyokan yang dilakukan suporter Bobotoh (Persib) yang menewaskan suporter Jakmania Haringga Sirla (23 tahun). MPR berharap peristiwa itu menjadi yang terakhir dan tidak terulang lagi.

"Kita prihatin dengan peristiwa itu. Kita sesama anak bangsa adalah bersaudara. Saya berharap kejadian itu tidak berulang. Jangan sampai saudara sendiri dianiaya seperti itu," katanya usai menyampaikan sosialisasi Empat Pilar MPR kepada mahasiswa Institut Agama Hindu Negeri (IAHN) Palangkaraya, Kalimantan Tengah, Rabu (26/9).



Menurut Mahyudin, peristiwa pengeroyokan itu disebabkan karena fanatisme yang berlebihan. "Rasa primordialisme dan fanatisme masih terlalu kuat di masyarakat kita. Karena itu MPR mencoba menanamkan nilai-nilai Pancasila, rasa kebersamaan sebagai anak bangsa. Dengan sosialisasi Empat Pilar MPR kita menanamkan nilai-nilai itu ke masyarakat," paparnya.

Mahyudin mengakui bahwa peristiwa perkelahian antarsuporter itu bukan hanya terjadi di Indonesia. Perkelahian suporter sepakbola juga terjadi di negara-negara maju. "Saya kira persoalannya hanya karena fanatisme dukungan. Koordinator suporter seharusnya bisa mengawasi, menjaga, dan memberikan pemahaman kepada anggotanya," imbuhnya seperti dalam siaran pers.

Selain itu, lanjut Mahyudin, faktor keamanan juga penting. Aparat kepolisian seharusnya bisa melakukan pengamanan dengan baik setiap event-event pertandingan sepakbola seperti itu.

"Kalau ada event seperti itu, penyelenggara harus mempersiapkan faktor keamanan. Penonton sudah memenuhi stadion beberapa jam sebelum pertandingan. Jadi keamanan lebih dulu siap," ucapnya.

Mahyudin berpendapat penghentian sementara pertandingan Liga bukan langkah yang bijak. Sebab, jika pertandingan dihentikan maka prestasi sepakbola Indonesia bisa menurun.

"Tidak bijak juga kalau misalnya liga dihentikan. Saya kira ini lebih pada masalah teknis keamanan. Apa yang sudah terjadi harus menjadi pelajaran untuk pertandingan-pertandingan berikutnya lebuh baik lagi," pungkasnya.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler