Wakil Ketua MPR: Presiden Harus Dukung Riset Vaksin Covid-19

Dalam kondisi normal, idealnya dana riset tidak kurang dari dua persen PDB.

MPR RI
Dr H M Hidayat Nur Wahid meminta agar pemerintah tidak melupakan dan tetap melindungi Warga Negara Indonesia (WNI) di Malaysia dan seluruh dunia yang saat ini terimbas dengan kebijakan lockdown parsial
Red: Budi Raharjo

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Ketua MPR RI Dr HM Hidayat Nur Wahid MA, mengomentari pernyataan Presiden yang hendak berdamai dengan Covid-19. Keinginan berdamai dengan Covid-19 mestinya dibarengi dengan kebijakan perintah kepada Kemenristek, Kemenkes serta lembaga-lembaga lain, melakukan koordinasi serta kerja sama agar segera menemukan vaksin Covid-19.

Karena itu pemerintah harus mendukung riset di Kemenristek, dengan anggaran yang memadai. Tidak malah memotongnya. Hidayat mengatakan mengajak berperang atau berdamai dengan corona, hingga ditemukan vaksin, tanpa usaha serius dan anggaran yang memadai untuk riset, akan menjadi bukti bahwa Pemerintah tak serius ingin memutus penyebaran virus Covid-19.

Pasalnya, anggaran di Kemenristek tidak mengalami penambahan, bahkan dipotong besar-besaran. Padahal, riset sangat dibutuhkan untuk menemukan vaksin Covid-19 sebagai cara efektif untuk menyelesaikan darurat kesehatan bencana nasional ini. Apalagi jumlah korban yang terpapar semakin banyak, termasuk korban meninggal dari kalangan tenaga kesehatan.

Untuk menyelamatkan rakyat Indonesia dan NKRI, mestinya Presiden komitmen dengan menambahkan anggaran riset untuk percepatan penemuan vaksin, bukan malah memangkasnya. "Pak Jokowi, kita tidak akan bisa menang perang atau berdamai dengan Korona, dan berdaulat secara kesehatan, jika kita tidak maksimal mendukung upaya penemuan vaksin”, demikian disampaikan Hidayat dalam keterangan tertulis di Jakarta.

Mengutip Perpres 54/2020 yang memotong anggaran Kemenristekdikti sebesar Rp 40 triliun, menurut Hidayat itu adalah prosentasi potongan anggaran terbesar, dibanding pemotongan Kementerian lainnya. Meskipun Pemerintah bisa berkilah bahwa pemotongan itu terkait perubahan nomenklatur, ruang realokasi internal Kemenristek, namun untuk mendukung riset vaksin tentu semakin kecil, apalagi  dengan hanya anggaran tersisa sebesar Rp 2 triliun. Bahkan, Menteri Ristek menyebutkan bahwa pihaknya hanya menganggarkan Rp 40 miliar untuk riset vaksin Covid-19.

Politisi PKS ini menyebutkan dalam kondisi normal, idealnya dana riset tidak kurang dari dua persen PDB, namun Indonesia selama ini masih terjebak di kisaran 0,3 persen PDB. Apalagi dalam situasi pandemi dan bencana nasional yang mengancam eksistensi Bangsa.

Karena itu menurut Hidayat pemerintah harus memprioritaskan anggaran riset. Ia bahkan mencontohkan anggaran riset vaksin di beberapa negara sangatlah besar. Di Amerika Serikat misalnya mencapai Rp 16,3 triliun, India sebesar Rp 1,6 triliun, dan Inggris dengan Rp 1,1 triliun.

“Saya khawatir Indonesia terlambat menemukan vaksin Covid-19, dan mengakibatkan semakin banyak korban yang jatuh akibat Covid-19. Karena itu agar perang melawan Covid-19 yang digaungkan Presiden Jokowi saat Konferensi virtual G20 bisa dimenangkan, pemerintah perlu senjata yang efektif antara lain adanya vaksin," ujarnya.

Kalaupun damai, maka damai dengan covid-19 akan bermanfaat dan selamatkan Bangsa, bila vaksin itu segera ditemukan oleh  pihak Indonesia. Dan itu hanya akan terjadi bila Pemerintah serius mendorong riset untuk menemukan vaksin covid-19. "Untuk itu pemerintah harus segera merealokasi anggaran unt meningkatkan anggaran riset di kemenristek dan kemenkes, bukan malah memotongnya”, kata Hidayat lagi.  

Hidayat mencemaskan ketidakseriusan ini sebagai tanda bahwa rakyat disuruh cari selamat sendiri tanpa keseriusan Pemerintah. Menurutnya, hal ini akan tercatat sebagai preseden buruk dalam sejarah bangsa.

“Mestinya Pemerintah lebih serius, tidak sekedar menunggu ditemukannya vaksin dan Rakyat dibuat bingung, dengan pernyataan dan kebijakan pejabat Negara yang simpang siur, gonta-ganti, dan tidak fokus untuk efektif atasi penyebaran covid-19, seperti masalah transportasi dan PSBB itu”, ujar Hidayat lagi.




BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Berita Terpopuler