Bea Cukai dan Australian Border Force Gelar C to C Talk 2024, Ini yang Dibahas

Hadir dalam pertemuan tersebut, Direktur Jenderal Bea dan Cukai dan Komisioner ABF.

Bea Cukai
Dalam mengoptimalkan tugas dan fungsinya sebagai community protector, Bea Cukai terus memperkuat kerja sama pengawasan dengan Australian Border Force (ABF). Salah satu bentuk nyata kerja sama ini adalah penyelenggaraan Customs to Customs Talk (C to C Talk) ke-23 yang berlangsung di Kantor Pusat ABF, Canberra dan Melbourne, Australia, pada tanggal 6 s.d. 8 Agustus 2024.
Red: Ahmad Fikri Noor

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dalam mengoptimalkan tugas dan fungsinya sebagai community protector, Bea Cukai terus memperkuat kerja sama pengawasan dengan Australian Border Force (ABF). Salah satu bentuk nyata kerja sama ini adalah penyelenggaraan Customs to Customs Talk (C to C Talk) ke-23 yang berlangsung di Kantor Pusat ABF, Canberra dan Melbourne, Australia, pada tanggal 6 s.d. 8 Agustus 2024. Hadir dalam pertemuan tersebut, Direktur Jenderal Bea dan Cukai dan Komisioner ABF beserta jajaran.

"Pertemuan C to C Talk merupakan forum bilateral tingkat tinggi antara administrasi kepabeanan Indonesia dan Australia yang dilaksanakan secara bergiliran tiap tahunnya sejak 11 Mei 1993. Saat itu, Australia menjadi tuan rumah," ujar Direktur Kerja Sama Internasional Kepabeanan dan Cukai Bea Cukai, Anita Iskandar.

Dalam pertemuan ini, kedua belah pihak sepakat untuk terus memperkuat kerja sama, terutama di bidang pengembangan K-9 secara komprehensif dan penegakan hukum melalui peningkatan pertukaran informasi dan pelatihan petugas.

Baca Juga



Pada C to C Talk ke-23 tersebut, kedua pihak juga meningkatkan kerja sama dengan penandatanganan Mutual Recognition Arrangement (MRA) Authorized Economic Operator yang mempercepat proses kepabeanan kepada pelaku usaha dan mengurangi hambatan perdagangan lintas negara, guna mendukung perdagangan yang lebih cepat, lancar, dan efisien. Pada tahun 2022-2023, Australia merupakan salah satu mitra dagang terbesar Indonesia, dengan total nilai perdagangan mencapai 12,478.4 juta US$ pada tahun 2023.

Direktur Jenderal Bea dan Cukai, Askolani, menyampaikan bahwa banyak pencapaian yang diperoleh dari kerja sama ini sejak tahun lalu. "MRA AEO yang telah ditandatangani adalah bukti nyata komitmen kami untuk meningkatkan fasilitasi perdagangan internasional antara kedua negara. Hal ini juga akan mendorong efisiensi dan kerja sama yang lebih besar ke depan untuk pertumbuhan ekonomi,” katanya. Hingga saat ini, Indonesia juga telah menandatangani MRA AEO dengan Korea, Hong Kong, Uni Emirat Arab, dan ASEAN.

Dalam rangkaian kegiatan tersebut, para delegasi melakukan kunjungan kerja ke beberapa fasilitas ABF, yaitu Australian Border Operations Centre (ABOC) dan ABF College, untuk mengeksplorasi strategi operasional dan program pelatihan lanjutan. Para delegasi juga menyaksikan demonstrasi Remote Operated Vehicle (Operasi Maritim) yang menampilkan teknologi mutakhir dalam keamanan perbatasan, Melbourne Gateway Facility, National Detector Dog Program Facility, dan Bandara Internasional Melbourne. Kunjungan kerja ini memberikan wawasan berharga tentang infrastruktur kepabeanan di Australia, serta memperkuat komitmen bersama untuk meningkatkan keamanan perbatasan, rantai pasok, dan fasilitasi perdagangan.

Melalui sinergi dengan ABF, Bea Cukai makin dapat mengoptimalkan tugas dan fungsinya sebagai pelindung masyarakat. Dampak positif sinergi ini pun telah dirasakan baik secara internal maupun eksternal. Ke depannya, diharapkan kerja sama antara Bea Cukai dan ABF dapat terus terjalin erat dan berkesinambungan, selaras dengan perubahan kondisi perdagangan global dan keamanan perbatasan yang perlu ditangani bersama.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Berita Terpopuler