Senin 09 Mar 2020 16:29 WIB

Tulang Belulang Manusia Abad Ketujuh Ditemukan di Inggris

Tulang belulang diprediksi berasal dari abad ke tujuh masehi.

Rep: Rizkyan Adiyudha/ Red: Nora Azizah
Arkeolog menemukan tulang belulang manusia di sebuah gereja di sebuah kota pesisir di Folkestone, Kent County di Inggris (Foto: ilustrasi tulang belulang)
Foto: livescience
Arkeolog menemukan tulang belulang manusia di sebuah gereja di sebuah kota pesisir di Folkestone, Kent County di Inggris (Foto: ilustrasi tulang belulang)

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Arkeolog menemukan tulang belulang manusia di sebuah gereja di sebuah kota pesisir di Folkestone, Kent County di Inggris. Tulang belulang itu diprediksi berasal dari abad ketujuh masehi atau sekitar tahun 1885-an.

Seperti diwartakan Sputniknews, Senin (9/3) tulang belulang manusia itu diyakini milik Saint Eanswythe. Sisa-sisa manusia tersebut ditemukan saat gereja St Mary and St Eanswythe tengah mengadakan sebuah acara.

Baca Juga

Tim alhi dari dari National Heritage Lottery Heritage Fund latnas mendirikan laboratorium sementara di gereja tersebut. Mereka menutup gereja selama lima hari untuk melakukan penelitian lebih lanjut.

Analisis sementara mendapati bahwa tulang itu milik seorang wanita berusia sekitar 17 hingga 20 tahun. Peneliti juga menyimpulkan bahwa tulang itu milik seseorang dengan status tinggi menyusul tidak ada tanda malnutrisi.

Peneliti mengirim sebuah gigi dan tulang kaki ke Queen's University Belfast untuk tes radiokarbon. Tes itu akan mengkonfirmasi kemungkinan besar orang tersebut meninggal pada pertengahan abad ketujuh.

Tes juga dilakukan untuk menghilangkan kekhawatiran bahwa sisa-sisa mungkin menjadi bagian dari mode abad pertengahan. Tes juga dilakukan agar sikap skeptis yang dimliki para peneliti hilang.

"Banyak rekan yang skeptis, tapi semuanya konsisten dengannya," kata Anggota Canterbury Archaeological Trust, Andrew Richardson seperti dikutip The Guardian.

Dia mengatakan hasil analisis itu signifikansi nasional. Menurutnya, penemuan ini diyakini menjadi satu-satunya yang tersisa dari anggota keluarga kerajaan Kentish dan salah satu orang suci Anglo-Saxon yang paling awal.

Dia mengungkapkan, ada banyak pekerjaan yang harus dilakukan untuk mewujudkan potensi penuh dari penemuan ini. Tetapi dia mengatakan, tentu proyek tersebut mewakili hubungan yang luar biasa tidak hanya dari arkeologi dan sejarah.

"Tetapi juga dari tradisi iman yang berkelanjutan di Folkestone dari pertengahan abad ketujuh hingga saat ini," katanya.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement