Ahad 15 Mar 2020 18:59 WIB

Jurnalis Bertaruh Nyawa Demi Berita Corona

Nyawa keluarga jurnalis juga menjadi taruhan.

Ichsan Emrald Alamsyah(Republika/Kurnia Fakhrini)
Foto: Republika/Kurnia Fakhrini
Ichsan Emrald Alamsyah(Republika/Kurnia Fakhrini)

REPUBLIKA.CO.ID, oleh Ichsan Emrald Alamsyah*)

Sabtu malam atau Malam Minggu identik dengan waktu istirahat atau bersenang-senang dengan keluarga. Akan tetapi tidak bagi kami, para awak media.

Apalagi bagi mereka yang baru saja menekuni atau nyemplung jadi wartawan, Sabtu-Ahad adalah waktu bekerja. Terutama ketika negara sedang seperti saat ini, ketika wabah Covid-19 atau Corona baru menulari banyak orang.

Nah, Sabtu (14/3) malam kemarin menjadi waktu genting di meja maya redaksi. Alasannya jelas, salah satu petinggi negara positif terjangkit virus Corona. Satu hal yang bikin, mungkin saja di redaksi lain, panik adalah karena kami sering kali mewawancarai beliau. Bukan sekali dua kali, namun sering dalam kurun waktu dua pekan ini.

Sebenarnya soal bertaruh nyawa bukan hal aneh bagi kami para wartawan. Banyak cerita unik sepulang liputan, misalnya dari bencana meletusnya Gunung Merapi, kebakaran hutan, perag sipil di Timur Tengah dan banyak lagi.

Semuanya memang bertaruh nyawa, hanya saja, itu nyawa kami sendiri. Berbeda dengan wabah Corona saat ini, dimana ketika kami terjangkit dan terpaksa bertaruh nyawa, keluarga juga kemungkinan terpapar.

Bisa saja kami hanya jadi hidden carrier, atau si pembawa virus yang kemudian menularkan kepada orang-orang sekitar kami. Tak hanya keluarga namun juga tetangga, mengingat kita masyarakat Indonesia, memang punya kegiatan sosial yang banyak seperti arisan atau kerja bakti.

Belum lagi teman yang memiliki orang tua di daerah lain. Ia misalnya sempat pulang kampung naik transportasi massal dan bercengkrama dengan keluarga lain di kampung. Bayangkan hal itu dan kengerian yang terjadi selanjutnya. Apalagi di saat yang sama, Pemerintah tidak terbuka soal dimana saja titik orang yang dalam pengawasan atau bahkan positif Corona.

Bila pembaca ingat di awal Maret, beberapa teman kami terpaksa menggunakan masker khusus ketika harus liputan Corona. Terlihat lebay memang, bahkan jadi meme di media sosial, namun karena ketidaktahuan dan keterbukaan pemerintah, hanya itu yang bisa kami lakukan.

Berdasarkan data terakhir dari Juru bicara pemerintah untuk penanganan Covid-19 Achmad Yurianto, 96 orang positif terjangkit virus Corona. Pemerintah di saat yang sama dan kami tahu sudah mengerahkan semua usaha untuk mencegah penularan Covid-19. Di tempat-tempat umum, transportasi publik sudah disediakan hand sanitizer. Kebijakan ekonomi dan memberikan keleluasaan bagi Pemda untuk mengambil keputusan sendiri menangani Corona.

Pemerintah, terlebih ketika ada petinggi negeri yang terpapar Covid-19 kemungkinan  akan lebih berhati-hati dalam berucap dan lebih masif dalam memutus mata rantai penyebaran. Terlebih lagi, Covid-19 tidak bisa dilawan dengan tagar #kami tidak takut.

Dan kami, para jurnalis akan tetap berusaha mengabarkan kondisi terkini dari Corona.

*) Penulis adalah jurnalis republika.co.id

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement