REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Hari Kartini tahun ini diperingati di tengah pandemi. Di saat wabah corona atau Covid-19 masih melanda, peran perempuan semakin tampak nyata. Mereka bergerak di hampir semua lini.
Salah satunya tampak dari peran yang dijalankan dokter spesialis paru RSUP Persahabatan, Dr dr Erlina Burhan, SpP(K). Perempuan 56 tahun itu kini menjadi salah satu sosok sentral dalam menghadapi wabah Covid-19.
Ia menjadi salah satu dokter yang paling aktif memberikan penjelasan terkait pencegahan ataupun penanganan Covid-19 kepada masyarakat. Namanya kerap tampil di berbagai media massa dalam menanggapi berbagai kesimpangsiuran isu.
Peran sentral perempuan kelahiran Padang, Sumatra Barat, itu tak terlepas dari sejumlah jabatan yang dipegangnya. Ia adalah Ketua Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI) Cabang Jakarta. Selain itu ia juga merupakan anggota Satgas Covid-19 PB Ikatan Dokter Indonesia (IDI). Belum lagi tugasnya sebagai Juru Bicara Tim Dokter Pasien Covid-19 RSUP Persahabatan.
Namun, Erlina mengaku tak ada hambatannya baginya untuk berkarier sebagai seorang dokter perempuan. Jika pun ada yang membuatnya sedikit kewalahan adalah perihal membagi waktu.
"Hambatannya adalah menyeimbangkan dengan waktu atau family time. Apalagi anak dan suami ada di rumah semua. Sementara saya malah waktu kerjanya lebih dari yang biasa (sebelum pandemi)," kata Erlina kepada Republika.co.id, Senin (20/4).
Memperingati Hari Kartini 21 April, ia pun menyampaikan harapannya agar para dokter perempuan terus berperan membantu bangsa mengatasi Covid-19. "Kerjakan apa pun yang bisa dilakukan. Sedikit atau banyak tidak ada masalah," ucapnya.
Ia juga meminta para dokter memperhatikan kesehatannya masing-masing. "Harapan saya: dokter Indonesia menjaga diri dan kesehatan. Setelah Covid-19 berlalu masih ada keluarga dan pasien lainnya," katanya.
Sosok Kartini di masa pandemi juga tampak dari diri Ika Dewi Maharani. Ia adalah satu-satunya sukarelawan medis perempuan di bawah naungan Relawan Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 yang bertugas sebagai sopir mobil ambulans.
Ia seolah-olah menegaskan, identitas gender tak bisa dijadikan patokan terkait jenis pekerjaan yang digeluti. Bahkan, perempuan muda asal Maluku Utara itu menunjukkan dedikasi yang tinggi meski ada rasa takut tertular corona.
"Rasa takut ada pasti, cuma ini harus kita lihat lagi. Ini adalah tugas bagi kita sebagai relawan medis. Kita harus menangani pasien. Dari awal sampai akhir, pasien itu kita harus tangani," kata Ika dalam konferensi video Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Kamis (16/4).
Jika Ika mengambil peran di lapangan, lain halnya dengan Sri Mulyani Indrawati. Menteri Keuangan RI itu kini terpaksa mengatur ulang keuangan negara lantaran terjadi wabah Covid-19.
Sri berjibaku mengubah pengalokasian sejumlah dana. Sehingga bisa dialihkan sebagai sumber pembiayaan penanganan pasien Covid-19 dan berbagai dampak turunannya.
"Dalam suasana tantangan Covid-19 yang terjadi secara global, kita akan terus menjaga APBN kita secara hati-hati. Meskipun terkanan terhadap APBN sangat besar. Baik dari sisi penerimaan, belanja dan pembiayaan," kata Sri dalam cuplikan video berjudul "Media Briefing Tentang Strategi Pembiayaan APBN 2020" yang diunggah di akun Instagram-nya, Selasa (7/4).
Sri Mulyani, yang merupakan salah satu dari lima menteri perempuan di kabinet Jokowi-Ma'ruf itu, memang terinspirasi dari perjuangan Kartini. Ia bahkan membuat kegiatan dialog khusus pegawai perempuan Kementerian Keuangan guna memperingati Hari Kartini pada 21 April tahun lalu.
"Perjuangan dan pemikiran Kartini adalah sumber inspirasi bagi kami semua, yang hingga kini masih sangat relevan. Kartini tidak berjuang hanya untuk dirinya sendiri, namun beliau berjuang untuk perempuan-perempuan lain dalam memperoleh persamaan hak dan kesempatan untuk maju dan berperan positif dalam keluarga, masyarakat, negara dan dunia," katanya dalam keterangan video tersebut di akun Instagram-nya.