Kamis 23 Apr 2020 11:18 WIB

Ilmuwan Sebut Ada Risiko Tsunami di Dekat Ibu Kota Baru

Ilmuwan menemukan bukti tanah longsor kuno di Selat Makassar.

Rep: Puti Almas/ Red: Dwi Murdaningsih
Tsunami (ilustrasi)
Foto: [ist]
Tsunami (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Para ilmuwan telah mengindentifikasi potensi risiko tsunami di daerah dekat dengan Ibu Kota Indonesia di masa depan, yaitu sebagian Kabupaten Penajam Paser Utara dan sebagian di Kabupaten Kutai Kartanegara, Provinsi Kalimantan Timur. Dalam sebuah penelitian, bukti dari beberapa tanah longsor kuno terjadi di bawah laut di Selat Makassar, yang terletak antara pulau Kalimantan dan Sulawesi.

Dilansir BBC, jika yang terbesar terulang kembali, maka ini akan menghasilkan tsunami yang mampu menggenangi Teluk Balikpapan, yang letaknya cukup dekat dengan calon Ibu Kota Indonesia. Namun, tim ilmuwan tetap menekankan agar semua pihak tidak bereaksi berlebihan terhadap prediksi ini.

Baca Juga

“Kami masih memiliki banyak pekerjaan yang harus dilakukan untuk menilai situasi dengan tepat. Ini adalah sesuatu yang mungkin harus dipersiapkan oleh Pemerintah Indonesia, tentang daftar risiko di suatu tempat, bahkan jika hanya berbicara tentang peristiwa 'frekuensi rendah, dampak tinggi’,” ujar  Uisdean Nicholson dari Heriot-Watt University, Inggris.

Tim peneliti yang berada di Inggris dan Indonesia telah menggunakan data seismik untuk menyelidiki sedimen dan strukturnya di dasar laut Makassar. Survei ini mengungkapkan 19 zona berbeda di sepanjang selat tempat lumpur, pasir, dan lanau jatuh ke lereng yang lebih dalam.

Beberapa juga melibatkan ratusan kilometer kubik material, volume yang lebih menganggu kolom air dan menghasilkan gelombang besar di permukaan laut. Dari sana, Rachel Brackenridge dari Universitas Aberdeen, yang menjadi penulis utama penelitian mengatakan tanah longsor atau mass transport deposits (MTDs) cukup mudah dikenali dalam data seismik.

“Ini berbentuk lensa dan sedimen di dalamnya kacau balau. Bukan lapisan datar, teratur, seperti tramline yang Anda harapkan akan ditemukan. Saya memetakan 19 peristiwa, tetapi itu dibatasi oleh resolusi data. Akan ada yang menjadi lainnya, sebuah peristiwa kecil yang tidak bisa saya lihat,” jelas Brackenridge.

Tim peneliti mengatakan material tersebut diambil oleh arus di selat dan kemudian dibuang di tempat yang lebih dangkal dari dasar laut kemudian jatuh sangat dalam. Tumpukan sedimen curam yang dipahat dari waktu ke waktu akhirnya runtuh ke lereng, mungkin dipicu oleh guncangan gempa bumi setempat.

Apa yang tidak bisa dikatakan tim saat ini adalah ketika tanah longsor kapal selam terjadi. Perkiraan terbaik para peneliti adalah dalam periode geologi saat ini, yaitu dalam 2,6 juta tahun terakhir. Core yang diekstraksi dari MTD dapat lebih membatasi usia dan frekuensi kegagalan lereng.

Tim juga berencana untuk mengunjungi daerah pesisir Kalimantan untuk mencari bukti fisik dari tsunami purba dan untuk memodelkan jenis gelombang yang bisa mengenai garis pantai.

Sementara itu, Ben Sapiie, dari Institut Teknologi Bandung (ITB) , mengatakan bahwa penelitian ini memperkaya pengetahuan masyarakat geologi dan geofisika Indonesia tentang bahaya sedimentasi dan tanah longsor di Selat Makassar.

“Masa depan penelitian ilmu bumi menggunakan terintegrasi, multi-ilmiah pendekatan dengan kolaborator internasional,” kata Sapiie, dilansir BBC.

Indonesia mengalami dua peristiwa tsunami yang disebabkan oleh tanah longsor pada 2018. Saat itu sisi Gunung Anak Krakatau runtuh dan secara terpisah gempa memicu kegagalan lereng di Teluk Palu, Sulawesi.

Jadi kewaspadaan tumbuh bahwa tsunami dapat datang dari sumber selain gempa megathrust dasar laut seperti yang terjadi di Aceh pada 2004 yang mendatangkan malapetaka di sekitar Samudera Hindia.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Terkait
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement