Rabu 29 Apr 2020 00:09 WIB

Nasi Anjing: Bukan Saatnya Cari Viral

Penamaan Nasi Anjing itu mencerminkan kehinaan diri

Nasihin Masha
Foto: Republika/Daan
Nasihin Masha

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh Nasihin Masha, Penulis/Mantan Pemred Republika

Jiwa sosial orang Indonesia dari dulu itu luar biasa. Dari awal ribut Covid19, saya termasuk meyakini kekuatan jiwa dan nilai-nilai sosial Indonesia akan menjadi kekuatan utama negeri ini dalam menghadapi pandemi virus corona ini. 

Hiruk pikuk politik dan kegagapan pemerintah juga sudah terprediksi dari awal -- ini sudah gawan bayen karena fragmentasi politik yang luar biasa. Namun daya tahan sosial budaya bangsa ini jangan diremehkan. Ini yang membuat Nusantara tetap bertahan walau terus jadi bancakan elitenya yang tak beradab.

Kita menyaksikan prakarsa masyarakat dalam bekerja sama menghadapi wabah ini. Ada yang menyumbang tenaga, ada yang menyumbang sembako, ada yang menyumbang uang, ada yang menyumbang masker, dlsb. 

Bahkan yang paling sederhana, ada yang mengubah ember bekas cat tembok lalu dilubangi dan dipasang kran. Lalu ditempatkan di depan rumahnya, plus disediakan sabun batang, untuk cuci tangan bagi siapa saja yang lewat. Sebagian ada yang meletakkan gentong atau ember.  Ini merupakan tradisi lama yang dibangkitkan lagi. Nenek moyang kita punya tradisi menaruh padasan di depan rumah untuk cuci kakai atau gentong untuk minum.

Sifat murah hati (generouse) masyarakat Nusantara ini dipotret dunia dan dilaporkan media The Jakarta Post. Dalam laporannya pada 3 November 2018, koran ini mengutip data dari The 2018 World Giving Index yang dikeluarkan Charities Aid Foundation dari Inggris. Indonesia dan Australia meraih skor yang sama: 59 persen. Nilai tertinggi. 

Tak heran jika media ini menulis judulnya dengan gempita: "Welcome to the Most Generous Country in the World: Indonesia". Ada tiga kriteria: donasi uang, menolong orang asing/tak dikenal, dan relawan. Laporan ini beredar lagi di media sosial di tengah pandemi ini. Sifat generous ini yang membuat siapapun yang datang bisa diterima dengan baik.

Sebelumnya juga ada tulisan di laman thediplomat.com yang berjudul "Indonesia and Covid-19: What the World is Missing", terbit 24 April 2020. Artikel yang ditulis expatriat itu menceritakan bagaimana media internasional dan dunia luput dalam melihat Indonesia dalam menghadapi pandemi ini. 

Ia mengakui bahwa pemerintahnya terseok-seok. Namun masyarakatnya justru menerbitkan harapan bagaimana bangsa ini menghadapi wabah penyakit ini. Ya, harapan itu justru dari masyarakat. 

Tapi tulisan ini tak hendak fokus pada upaya pemerintah yang sudah melakukan berbagai upaya untuk memenangkan pertarungan ini, dengan segala kekurangannya.

Kita boleh jengkel karena pemerintah tak bisa mengendalikan harga masker dan alat pelindung diri. Kita juga boleh sebal pada industri alat-alat tersebut yang tetap menjual harga alat itu hingga lebih dari 10 kali lipat. 

Tapi lebih baik simpan energi kita untuk yang positif saja. Fokus pada kemajuan yang diraih dan pada prakarsa masyarakat. Ini lebih baik. Bagus untuk imunitas tubuh dan juga karena wabah ini akan lama. Jadi hemat energi sangat berarti bagi kesehatan serta kedamaian keluarga.

Ada grup kelas sekolah menggalang dana. Ada grup ngobrol yang cuma belasan orang juga menggalang dana. Ada komunitas ketetanggaan menggalang dana. Ada yang perorangan bagi-bagi sendiri. Semua bahu membahu menghadapi masa sulit ini. 

Ada yang kehabisan tabungan, ada yang kehilangan pekerjaan, ada yang seret rezeki, ada yang lapak usahanya tutup, yang keluarganya terkena covid19, dan beragam kisah pilu lainnya yang penuh derai air mata. Dan kita semua serentak sebisa yang bisa dilakukan untuk membantu dan menolong sesama.

Namun kita tak perlu berolok-olok, tak perlu bercanda, dan tak perlu mencari viral. Penamaan Nasi Anjing itu mencerminkan kehinaan diri. Memang di situ kelasnya.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Disclaimer: Retizen bermakna Republika Netizen. Retizen adalah wadah bagi pembaca Republika.co.id untuk berkumpul dan berbagi informasi mengenai beragam hal. Republika melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda baik dalam dalam bentuk video, tulisan, maupun foto. Video, tulisan, dan foto yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim. Silakan kirimkan video, tulisan dan foto ke [email protected].
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement