REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Para ilmuwan telah menemukan mikroba yang sepenuhnya melindungi nyamuk dari infeksi parasit penyebab malaria. Tim di Kenya dan Inggris mengatakan, temuan itu memiliki potensi besar untuk mengendalikan penyakit malaria.
Orang akan merasakan gejala menggigil, demam, dan berkeringat setelah beberapa pekan digigit nyamuk Anopheles betina yang terinfeksi parasit Plasmodium. Tim peneliti meyakini, melindungi nyamuk dari infeksi Plasmodium berarti melindungi orang juga.
Para peneliti kini sedang menyelidiki apakah mereka dapat melepaskan nyamuk yang terinfeksi mikroba ke alam liar atau menggunakan spora untuk menekan penyakit malaria.
Mikroba apa ini?
Bug yang memblokir malaria, Microsporidia MB, ditemukan dengan mempelajari nyamuk di tepi Danau Victoria di Kenya. Mikroba itu hidup di usus dan alat kelamin serangga.
Para peneliti menemukan nyamuk pembawa Microsporidia tak satupun yang menyembunyikan parasit malaria. Dalam jurnal yang diterbitkan di Nature Communications mengonfirmasi mikroba memberi perlindungan pada nyamuk.
Microsporidias adalah jamur--atau setidaknya mirip jamur, sebagian besar adalah parasit. Namun, spesies baru ini mungkin bermanfaat bagi nyamuk dan secara alami ditemukan sekitar lima persen dari serangga yang diteliti.
“Data yang sejauh ini kami sarankan adalah 100 persen pemblokiran, ini merupakan pemblokiran malaria yang sangat hebat,” kata perwakilan Pusat Internasional Fisiologi dan Ekologi Serangga (icipe) di Kenya, dr Jeremy Herren kepada BBC.
Dia menyakini temuan itu akan menjadi terobosan besar. Lebih dari 400 ribu orang terbunuh karena malaria setiap tahun, kebanyakan dari mereka adalah anak-anak di bawah usia lima tahun.
Upaya menekan penyebaran malaria selama ini dilakukan dengan kelambu dan menyemprot rumah dengan insektisida. Kegiatan itu telah terhenti dalam beberapa tahun terakhir. Secara luas disepakati alat-alat baru diperlukan untuk mengatasi malaria.
Bagaimana mikroba menghentikan malaria?
Detail penelitian masih perlu dikerjakan. Namun, Microsporidia MB bisa menjadi faktor utama sistem kekebalan nyamuk, sehingga lebih mampu melawan infeksi.
Keberadaan mikroba dalam serangga bisa memiliki efek mendalam pada metabolisme nyamuk, membuatnya tidak ramah bagi parasit malaria. Infeksi Microsporidia MB tampaknya berlangsung seumur hidup.
Jika ada, percobaan menunjukkan Microsporidia MB menjadi lebih kuat, sehingga efek pemblokiran malaria akan bertahan lama. Paling tidak, sekitar 40 persen nyamuk di suatu daerah perlu terinfeksi dengan Microsporidia untuk membuat penekanan yang signifikan pada malaria.
Mikroba dapat ditularkan di antara nyamuk dewasa dan juga ditularkan dari betina ke anaknya. Para peneliti sedang menyelidiki dua strategi utama untuk meningkatkan jumlah nyamuk yang terinfeksi, yakni Microsporidia membentuk spora yang dapat dilepaskan secara massal untuk menginfeksi nyamuk; dan nyamuk jantan (yang tidak menggigit) dapat terinfeksi di laboratorium dan dilepaskan ke alam liar untuk menginfeksi betina ketika mereka berhubungan seks.
“Ini penemuan baru. Kami sangat gembira dengan potensinya untuk pengendalian malaria. Ini memiliki potensi yang sangat besar,” kata peneliti dari Pusat Penelitian Virus MRC-Universitas Glasgow, Profesor Steven Sinkins.
Konsep pengendalian penyakit menggunakan mikroba ini belum pernah terjadi sebelumnya. Suatu jenis bakteri yang disebut Wolbachia telah terbukti mempersulit nyamuk untuk menyebarkan demam berdarah dalam percobaan dunia nyata.
Para ilmuwan perlu memahami bagaimana penyebaran mikroba, sehingga mereka berencana melakukan lebih banyak tes di Kenya. Namun, pendekatan ini relatif tidak kontroversial karena spesies itu sudah ditemukan pada nyamuk liar dan tidak memperkenalkan sesuatu yang baru. Itu juga tidak akan membunuh nyamuk, jadi tidak akan berdampak pada ekosistem yang bergantung pada mereka sebagai makanan.