REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Ketua MPR RI Lestari Moerdijat meminta Pemerintah Provinsi dan masyarakat DKI Jakarta tetap disiplin menerapkan pembatasan sosial berskala besar (PSBB).
Karena ancaman memanjangnya masa berlangsungnya wabah Covid-19 di tanah air masih terbuka bila terus terjadi penularan.
"Saat ini lalu lintas di sejumlah ruas jalan DKI Jakarta sudah mulai ramai. Padahal, kebijakan PSBB saat ini masih berlaku. Sebagai wilayah yang menjadi epicentrum penyebaran virus korona di tanah air kondisi ini sangat memprihatinkan," kata Lestari yang akrab disapa Rerie dalam keterangannya, Rabu (6/5).
Menurut Rerie, sikap selalu waspada dalam menghadapi wabah Covid-19 di Indonesia saat ini sangat diperlukan. Karena, tambahnya, belum ada data yang cukup konsisten untuk menunjukkan kondisi saat ini lebih baik.
"Beberapa hari lalu memang ada tren menurunnya jumlah penambahan pasien positif Covid-19 di DKI Jakarta. Namun berdasarkan Data Dinas Kesehatan Pemda DKI pada Selasa (5/5) jumlah pertambahan orang positif Covid-19 melonjak kembali sebanyak 169 kasus, walau pada Rabu (6/5) turun kembali dengan jumlah kasus positif baru ada 68. Ini menunjukkan kita tidak bisa abai. Bila kita lengah sedikit saja bukan tidak mungkin bisa melonjak ke puncak lagi," tegas Rerie.
Menurut Legislator Partai NasDem, tren penurunan jumlah positif Covid-19 beberapa waktu lalu seharusnya dijaga dengan disiplin penerapan PSBB yang ketat, bukan dengan melonggarkan aturan atau menerbitkan pengecualian untuk kelompok masyarakat tertentu.
Pada kesempatan itu, Rerie juga mempertanyakan prosedur dan teknis pengamanan, bila pemerintah akan membuka kembali layanan transportasi antardaerah untuk orang berkebutuhan khusus. Dia meminta, pemerintah konsisten dalam menerapkan kebijakan dalam menghadapi wabah Covid-19 ini.
Apalagi, jelasnya, kondisi penyebaran Covid-19 di daerah seputar DKI Jakarta juga masih dalam fase pertambahan yang cukup signifikan. "Tanpa melaksanakan pembatasan sosial dan transportasi yang ketat antarwilayah, peluang untuk terpapar Covid-19 dari wilayah tetangga cukup besar."
Mengutip Data dari Singapore University of Technology and Design (SUTD) pada Sabtu 25 April 2020 yang mengungkap prediksi akhir dari wabah korona di sejumlah negara, menurut Rerie, wabah di Indonesia diprediksi selesai pada 6 Juni 2020.
Namun, kini terdapat perubahan prediksi yang diperbaharui SUTD pada Minggu, 3 Mei 2020. Wabah korona di Indonesia yang sebelumnya diprediksi selesai di 6 Juni bergeser menjadi 23 September 2020.
Menurut Rerie, kondisi saat ini memang dilematis bagi banyak orang. Di satu sisi wabah Covid-19 ini mewajibkan kita untuk membatasi gerak. Di sisi lain menjelang lebaran kebutuhan masyarakat meningkat, sehingga dorongan untuk beraktifitas di luar rumah pun tinggi. "Tetapi inkonsistensi dalam menyikapi wabah Covid-19 ini malah bisa mengakibatkan dampak yang semakin parah dan semakin lamanya masa wabah ini berlangsung," katanya.
Karena itu, tambah Rerie, untuk meredam pergerakan orang di luar rumah, sejumlah program bantuan sosial baik yang tunai maupun dalam bentuk barang, secepat mungkin bisa direalisasikan. "Tentu saja pembagian bantuan ini harus berdasarkan data yang valid sehingga bantuannya tepat sasaran," katanya.