Rabu 13 May 2020 19:33 WIB

Membaca Peluang Calon AU 1

Dua calon punya posisi kuat untuk menjadi KSAU

Erik Purnama Putra
Foto: Republika/Adi Wicaksono
Erik Purnama Putra

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh Erik Purnama Putra*

Pada Juni mendatang, Kepala Staf Angkatan Udara (KSAU) Marsekal Yuyu Sutisna akan memasuki masa paripurna tugas kedinasan. Dengan waktu tersisa sekitar sebulan, beberapa kandidat sudah muncul ke permukaan untuk digadang-gadang menjadi AU 1.

Tentu saja, untuk menjabat KSAU, syarat utamanya tentu seorang perwira tinggi (pati) harus menduduki jabatan bintang tiga. Dengan aturan itu, hanya hitungan jari saja kandidat yang berpeluang menjadi orang nomor satu di TNI AU.

Saat ini, setidaknya terdapat tujuh pati TNI AU yang menyandang pangkat Marsekal Madya (Marsdya). Pertama, Kepala Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan atau Basarnas Marsdya Bagus Puruhito yang merupakan abituren Akademi Angkatan Udara (AAU) 1984. Kedua, Komandan Staf dan Komando (Dansesko) TNI Marsdya Dedi Permadi (AAU 1985). Ketiga, Wakil KSAU Marsdya Fahru Zaini Isnanto (AAU 1986).

Keempat, Wakil Gubernur Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhannas) Marsdya Wieko Syofyan (AAU 1986). Kelima, Kepala Badan Intelijen Strategis (Bais) TNI Marsda Kisenda Wiranata Kusumah. Keenam, Panglima Komando Gabungan Wilayah Pertahanan (Pangkogabwilhan) II Marsdya Fadjar Prasetyo. Ketujuh, Sekretaris Jenderal Kementerian Pertahanan (Sekjen Kemenhan) Marsekal Muda (Marsda) Donny Ermawan Taufani.

Melihat peluang Marsdya Bagus yang akan pensiun beberapa bulan mendatang, jelas peluangnya kecil. Pun bagi Marsdya Dedi, ia kurang dari setahun memasuki masa purnatugas, sehingga tidak masuk kandidat menjadi KSAU. Adapun bagi Marsdya Fahru, Wieko, Kisenda yang sama-sama angkatan 86, peluang keduanya sangat kecil untuk mendapat kenaikan pangkat lagi. Bahkan, bagi Kisenda yang jabatannya mengharuskan ia mendapat promosi bintang tiga, peluangnya dipastikan tertutup. Selain lantaran sebentar lagi pensiun, ia juga bukan korps Penerbang yang menjadi tradisi pati menjadi KSAU.

Kalau begitu, mengapa peluang alumnus AAU 1986 kecil? Tidak lain tak bukan, lantaran Marsekal Yuyu dan KSAU sebelumnya, yaitu Marsekal Hadi Tjahjanto merupakan abituren AAU 1986. Setelah dua orang beruntun dari angkatan 86 menjadi KSAU, apakah mungkin posisi tersebut berikutnya dijabat pati dari angkatan yang sama? Tentu hal itu sangat tidak baik bagi roda organisasi militer. Belum lagi, nanti muncul kesan seolah ada nepotisme di balik penunjukan keduanya menjadi KSAU. Dengan begitu, peluang Marsdya Fahru dan Wieko yang seangkatan dengan Marsekal Yuyu dan Marsekal Hadi dapat dikatakan sangat kecil demi memberikan kesempatan bagi juniornya untuk tampil.

Berarti, tinggal dua calon yang benar-benar serius untuk dimasukkan ke dalam nominasi unggulan menjadi KSAU yang nantinya dipilih Presiden Joko Widodo (Jokowi). Bagi Marsdya Fadjar, namanya jelas berpeluang untuk meneruskan jabatan yang kini diduduki Marsekal Yuyu. Hal itu lantaran masa dinasnya masih sekitar empat tahun lagi. Pun Marsdya Fadjar sebelumnya mengemban jabatan Panglima Komando Operasi AU (Pangkoopsau) I dan II, serta Komandan Lanud Halim Perdananakusuma (2016-2018).

Meski tidak ada aturan tertulis, biasanya calon KSAU memiliki riwayat menjabat Pangkoopsau atau Panglima Komando Udara Nasional (Pangkohanudnas). Perkecualian bagi Marsekal Hadi yang kariernya meroket, lantaran memiliki kedekatan dengan Presiden Jokowi. Sehingga, Marsdya Fadjar sangat pantas diperhitungkan menjadi AU 1.

Kandidat berikutnya layak disebut sebagai ‘kuda hitam’, yaitu Marsda Donny. Saat ini, bintang yang disandangnya memang baru dua. Dengan jabatan Sekjen Kemenhan, dalam hitungan hari pangkatnya akan naik dan satu bintang bertambah di pundaknya. Otomatis, Marsda Donny juga masuk bursa calon KSAU, dan bahkan memiliki ‘keunggulan’ yang tidak dimiliki pesaingnya.

Apa itu? Dia kelahiran Solo, yang merupakan kampung halaman Presiden Jokowi. Tentu saja, hal itu bukan berarti dia pasti terpilih menjadi KSAU. Riwayat pekerjannya sebagai mantan Pangkoopsau II, Komandan Sekolah Staf dan Komando AU (Danseskoau), serta Komandan Lanud Iswahjudi menjadi bekal berharga baginya untuk memimpin matra AU hingga pensiun empat tahun mendatang. Belum lagi, statusnya sebagai peraih Adhi Makayasa atau lulusan terbaik AAU 88 menandakan Marsda Donny termasuk perwira intelektual.

Dengan ‘hanya’ dua kandidat menonjol, tentu sebenarnya bukan perkara sulit bagi RI-1 untuk memilih KSAU. Tidak seperti penunjukan Marsekal Yuyu menjadi KSAU yang saat itu berlangsung alot hingga Panglima TNI Marsekal Hadi harus merangkap jabatan KSAU sebulan lebih lantaran proses pemilihan cukup rumit, kali ini calon yang ada bisa dengan mudah diputuskan.

Apakah ada peluang bagi pati angkatan 87 atau 88 untuk menyalip di tikungan? Menurut penulis, kesempatan itu hampir tertutup. Yang terjadi, Marsda Donny yang tiba-tiba mendapatkan promosi kenaikan pangkat usai dilantik Menteri Pertahanan (Menhan) Prabowo Subanto pada 6 Mei lalu. Dengan begitu, kehadirannya mengubah peta persaingan KSAU yang sebelumnya Marsdya Fadjar menjadi kandidat paling kuat menggantikan Marsekal Yuyu.

Adapun bagi alumnus AAU 1987 dan 1988, sepertinya ada di antara mereka yang akan mengisi pos bintang tiga yang akan ditinggalkan seniornya yang purnatugas. Apalagi berdasarkan Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 66 Tahun 2019 tentang Susunan Organisasi TNI, ada jabatan mengalami kenaikan status. Misalnya, Komandan Komando Pendidikan dan Latihan AU (Dankodiklatau) serta Panglima Komando Operasi Udara Nasional (Pangkohanudnas) yang akan dijabat pati bintang tiga. Seperti kasus Kepala Bais TNI yang sebelumnya dijabat bintang dua, dan orang yang sama akhirnya mendapat promosi bintang tiga karena validasi organisasi dan tugas (orgas), kasus yang sama juga terbuka peluangnya bagi Dankodiklatau dan Pangkohanudnas.

Sehingga Marsda Tatang Harlyansyah (AAU 1987) dan Marsda Imran Baidirus (AAU 1988) juga memiliki kesempatan naik pangkat menyandang Marsyda di pundak ketika validasi orgas dijalankan di lingkungan Mabes TNI dan TNI AU. Dengan begitu, pati angkatan 87 dan 88 ke depannya besar kemungkinan mendominasi pangkat bintang tiga di masa mendatang, mendampingi KSAU yang pasti dijabat dari kedua angkatan tersebut.

Kita tunggu saja tanda tangan Presiden Jokowi yang akan mengantarkan karier seorang pati AU mendapatkan pangkat bintang empat.

*)Penulis adalah jurnalis Republika

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يٰبَنِيْٓ اٰدَمَ لَا يَفْتِنَنَّكُمُ الشَّيْطٰنُ كَمَآ اَخْرَجَ اَبَوَيْكُمْ مِّنَ الْجَنَّةِ يَنْزِعُ عَنْهُمَا لِبَاسَهُمَا لِيُرِيَهُمَا سَوْاٰتِهِمَا ۗاِنَّهٗ يَرٰىكُمْ هُوَ وَقَبِيْلُهٗ مِنْ حَيْثُ لَا تَرَوْنَهُمْۗ اِنَّا جَعَلْنَا الشَّيٰطِيْنَ اَوْلِيَاۤءَ لِلَّذِيْنَ لَا يُؤْمِنُوْنَ
Wahai anak cucu Adam! Janganlah sampai kamu tertipu oleh setan sebagaimana halnya dia (setan) telah mengeluarkan ibu bapakmu dari surga, dengan menanggalkan pakaian keduanya untuk memperlihatkan aurat keduanya. Sesungguhnya dia dan pengikutnya dapat melihat kamu dari suatu tempat yang kamu tidak bisa melihat mereka. Sesungguhnya Kami telah menjadikan setan-setan itu pemimpin bagi orang-orang yang tidak beriman.

(QS. Al-A'raf ayat 27)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement