REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menggagas proyek kolaborasi menjadi cara penulis Boim Lebon untuk terus mengembangkan ide dan karya. Hal itu juga dia lakoni sejak awal aktif menulis, yaitu ketika diajak Hilman Hariwijaya menggarap sejumlah serial novel Lupus.
Saat hadir di acara "Bincang Buku Online" di Instagram @bukurepublika, Selasa (19/5), Boim mengatakan predikat buku laris hanyalah bonus. Saat ini, hal yang dia targetkan adalah membuat buku dengan melibatkan banyak orang, berkolaborasi dan berkarya bersama.
"Saya selalu berusaha membuka diri, berkenalan, berakrab-akrab ria dengan penulis dan komikus muda. Saling berbagi jauh lebih penting daripada sekadar mengejar best seller. Jauh lebih bermanfaat karena bisa mengangkat ide-ide yang lahir dari anak muda," tuturnya.
Boim yang tinggal di Tangerang punya beberapa proyek kolaborasi terpisah dengan penulis atau komikus di Sukabumi, Yogyakarta, Lombok, bahkan Australia. Dengan kolaborasi, dia bisa memadukan ide serta saling berbagi pengetahuan sehingga memperluas wawasan.
Keuntungan lain dari proses kolaborasi adalah saling mengisi. Seperti Boim yang bukan ilustrator, tapi bisa menerbitkan buku sketsa dan komik bergizi Haji Boim. Itu karena dia melibatkan ilustrator. Boim meminta cerita yang sudah dia tulis dituangkan dalam bentuk gambar.
Boim mengenang pula proses berkarya bersama Hilman Hariwijaya. Dia mengatakan, Hilman yang mengajaknya terlibat dalam pembuatan serial Lupus sebenarnya adalah sosok pendiam. Setiap melakoni promosi buku, Boim yang kocak diminta menghadapi audiens.
Dia menunjukkan bahwa itu bukti orang pendiam bisa membuat karya jenaka, mengingat hampir semua serial novel Lupus memuat lelucon dan cerita kocak. Menurut Boim, penulis punya kebebasan untuk menghasilkan karya seperti apapun untuk pembaca.
"Saya terus terang masih proses belajar bikin komik baik yang memuat pesan-pesan moral. Selalu berusaha jadi orang baik, jadi saat bikin cerita atau komik akan teraplikasikan. Karya kita sejalan dengan proses perbaikan diri," kata Boim.