REPUBLIKA.CO.ID --- Oleh Dr Ade Solihat
“Putik Safron di Sayap Izrail” menjadi judul yang dipilih sebagai judul pada sampul antologi cerpen karya Akmal Nasery Basral (ANB). Namun judul cerpen tersebut tidak mewakili sembilan cerita lainnya.
Bahkan, cerpen dengan judul tersebut diletakkan pada bagian akhir dari buku setebal 258 ini. Pembaca bisa mulai membaca kesepuluh cerpen itu secara acak. Tidak harus berurutan. Saya pun memulai membaca antologi cerpen ini dari judul yang ada pada sampul.
Terus terang, judul cerpen “Putik safron di Sayap Izrail” dan sampul buku antologi cerpen ini cukup menggelitik rasa ingin tahu saya. Judul pada sampul tertulis dengan warna putih pada halaman sampul yang didominasi warna hitam. Ada gambar sebuah gelas belimbing berisi air berwarna kuning. Saya sempat berpikir judul itu mungkin suatu metafora.
Sempat terpikir juga untuk mencari info dengan bertanya kepada Mbah Google tentang putik safron itu. Namun saya mengurungkan niat itu, karena teringat, jika kita terbiasa membaca karya-karya ANB, yakinlah ada penjelasan tentang banyak hal di dalam tulisan-tulisannya. Memang demikian, deskripsi yang panjang dan detail merupakan salah satu ciri khas karya-karya fiksi ANB.
Selain itu, bagi yang sudah terbiasa membaca karya-karya ANB, pasti juga terbiasa dengan kalimat-kalimat panjang dari penulis. Membaca cerpen-cerpen karya ANB tidak melulu membaca sebuah cerita fiktif.
Akan tetapi lebih dari itu, pembaca mendapatkan banyak informasi dan berbagai deskripsi tentang banyak hal, seperti tentang: tokoh, latar belakang budaya, karakteristik suatu hal atau tokoh, dan berbagai fenomena dalam kehidupan kontemporer.
Membaca satu per satu cerpen pada antologi “Putik Safron di sayap Izrail” seolah diajak memperhatikan sketsa kehidupan kontemporer yang sangat sulit diprediksi, absurd, dan di luar nalar.
Cerpen pertama yang berlatar budaya Minang, mengisahkan tokoh utama yang diberi nama tidak biasa oleh ayahnya, Jems Boyon.
Dari nama yang tidak biasa itu mengalir cerita dan konflik yang dibangun dari kehidupan si pemilik nama itu, mulai dari masa menjelang kelahiran hingga si tokoh utama meraih kesuksesan.
Bukan sekadar membaca kisah-kisah konyol dari persoalan nama yang tidak biasa yang dimiliki si tokoh utama, pembaca juga akan mendapat pengetahuan tentang budaya Minang, seperti tradisi tidur di surau bagi anak laki-laki yang menjelang dewasa, dan lain sebagainya.
Selain itu juga penulis memberi informasi detil tempat-tempat yang menarik yang berada di Sumatera Barat, seperti Danau Maninjau, Kapau, Bukit Tinggi, Koto Gadang, dan lain-lain.
Cerita berlatar belakang budaya Minang juga terdapat pada cerpen berjudul “Anjay”, meskipun hanya tentang julukan nama tokoh-tokoh di dalam cerpen itu.