REPUBLIKA.CO.ID,Berbagai persiapan menjelang pernikahan banyak dilakukan oleh calon pasangan pengantin di Indonesia, baik pria maupun wanita. Salah satunya adalah dengan melakukan serangkaian tes kesehatan. Tes ini wajar dilakukan, mengingat semakin banyaknya jenis penyakit baru bermunculan dan masih sulit ditemukan obat penawarnya. Hal ini tentunya membuat banyak pasangan cukup khawatir.
Oleh karena itu, sebelum menikah banyak pria di Indonesia yang melakukan tes kesehatan, termasuk salah satunya adalah Andre (27 tahun). Pengusahan konveksi muda ini sudah melakukan rangkaian tes kesehatan, seperti pemeriksaan darah, urine, dan kadar HBsAg (hepatitis B surface antigen) di sebuah laboratorium ternama di Jakarta. Hasilnya pun menunjukkan tidak ada masalah dengan kesehatan tubuhnya.
Namun, dia disarankan teman-temannya untuk melakukan tes analisis sperma guna mengetahui kualitas dan kemungkinan gangguan yang dialaminya. "Beberapa dokter yang saya temui menyarankan tidak perlu screening pranikah semacam ini, sebab kurang etis. Meski beberapa layanan kesehatan bersikeras mempromosikannya," kata dia di kediamannya, Jakarta, beberapa waktu lalu.
Menanggapinya, spesialis urologi Rumah Sakit Umum (RSU) Bunda Jakarta, Dr Sigit Solichin SpU, mengungkapkan bahwa screening pranikah berupa tes sederhana, seperti pemeriksaan darah dan sebagainya memang boleh dilakukan. Tujuannya untuk mengetahui risiko penyakit bawaan, seperti hepatitis, penyakit penularan seksual, dan sebagainya. Namun, screening berupa analisis sperma, menurutnya, kurang direkomendasikan, karena dapat menimbulkan beban psikis pada pria itu sendiri.
A PHP Error was encountered
Severity: Notice
Message: Undefined index: gaya-hidup
Filename: helpers/all_helper.php
Line Number: 4234
A PHP Error was encountered
Severity: Notice
Message: Undefined index:
Filename: helpers/all_helper.php
Line Number: 4248
Analisis sperma ditujukan untuk melihat kualitas sperma dan berbagai gangguannya. Tes ini masih banyak mengundang kontroversi di berbagai kalangan, jika dilihat dari dampak pasien dan sisi agama, terutama bagi pria yang belum menikah. Oleh sebab itu, menurut Sigit, dengan melakukan tes kesehatan secara sederhana sebenarnya sudah cukup membantu mengatasi masalah kesehatan pada pria lajang.
Dia menjelaskan, untuk melaksanakan analisis sperma membutuhkan sampel sperma dari seorang pria. Cara mendapatkan sampel ini sebaiknya dengan alami. Tes ini baik untuk melihat adanya gangguan pada sperma. Jika ada gangguan bisa segera diatasi. "Tapi di Indonesia tes seperti ini masih mengundang kontroversi. Saya pribadi pun kurang menyarankan melakukan tes ini jika belum menikah," kata dia.